Anda di halaman 1dari 10

HAK ASASI MANUSIA DI ERA GLOBALISASI

Oleh:
Jung Jaehyun

NPM. 57567878

FAKULTAS SUKA SUKA UNIVERSITAS TERBUKA


2023
PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan fenomena penting dalam hubungan internasional.
Pasca Perang Dingin, hak asasi manusia menjadi bahan acuan baik negara maju maupun
negara berkembang dalam kebijakan luar negerinya.
Persoalan hak dan kewajiban merupakan persoalan penting dalam konteks kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Negara pada hakikatnya adalah institusi yang terdiri atas manusia-manusia yang masing-
masing memiliki hak asasi semenjak dilahirkan. Indonesia adalah negara yang menganut
paham demokrasi yang memberikan tempat yang penting bagi keberadaan hak asasi dan
kebebasan manusia. Indonesia sebuah negara yang mengakui bahwa kebebasan dan
kemerdekaan merupakan hak segala bangsa.
Berdasarkan tiga pembahasan tersebut tentang hak warga negara oleh karenanya menjadi
pembahasan yang relevan dan perlu diberikan kepada setiap warga negara agar masing-
masing warga negara memiliki kesadaran dan kemampuan untuk memprtahankan hak-
haknya.
Secara filosofis, persoalan tentang hak asasi manusia ini mengemuka karena adanya satu
pandangan yang sangat prinsip bahwa manusia terlahir dalam keadaan bebas.
Manusia dilahirkan sebagai makhluk Tuhan dengan berbagai keistimewaan dan anugerah
yang berbeda-beda, salah satunya berupa kehormatan dan martabat, salah satu faktor penentu
kehormatan manusia. Hak Asasi Manusia merupakan anugerah, anugerah dari Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga sudah selayaknya setiap orang menghormati hak tersebut.
Negara sebagai organisasi yang melindungi kepentingan pribadi warga negaranya juga
mempunyai kewajiban untuk melindungi hak-hak warga negara tersebut. Salah satu solusinya
adalah dengan mengembangkan peraturan yang ketat tentang perlindungan hak asasi manusia
dan membangun sistem peradilan hak asasi manusia yang layak dan dapat dipercaya.
Globalisasi politik antara lain mencakup Gerakan Hak Asasi Manusia (HAM), Globalisasi
semakin memperkuat gagasan-gagasan yang bertujuan mewujudkan nilai-nilai fundamental
hak asasi manusia yang universal. Dalam hal ini, pemerintah harus memasukkan norma-
norma yang terkandung dalam instrumen hak asasi manusia internasional dan prinsip-prinsip
hak asasi manusia Islam ke dalam undang-undang nasional, serta juga memperhatikan
ideologi bangsa serta kondisi manusia, sifat dan tradisi yang melekat. lokal

1
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berkaitan dengan persamaan hak dan kebebasan yang melekat dalam interaksi
antar individu atau lembaga.
Secara teoritis HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga dan dilingungi.
Hakekat HAM sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi
manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu pula upaya menghormati, melindungi dan
menjunjung tinggi HAM menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara
invididu. Pemerintah (aparatur pemerintah baik sipil maupun militer) dan negara (Harapan &
Sutardi, 2006:33-34).
Konsep Hak Asasi Manusia (HAM)
Konsep tentang HAM bangsa Indonesia dapat diruntut sejak Proklamasi Kemerdekaan:
1. Proklamasi
Sebagai pernyataan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia berimplikasi kebebasan bagi
rakyatnya. Kemerdekaan dan kebebasan inilah merupakan unsur dasar HAM.
2. Pembukaan UUD 1945
Pada paragraf pertama disebutkan bahwa kemerdekaan adalah hak seluruh negara.
Menurut Profesor Notonagoro, setiap bangsa sebagai satu kesatuan kelompok
manusia sebagai individu mempunyai hak kodrati dan hak moral untuk menyatakan
diri sebagai manusia atau hidup bebas. Jika ada bangsa yang tidak mempunyai
kebebasan, itu bertentangan dengan kodrat manusia. Pasal dijelaskan lebih lanjut
pada alinea keempat, dimana pasal menganggap Pancasila sebagai landasan moral
negara. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memuat ajaran kemanusiaan dan
keadilan yang merupakan unsur hak asasi manusia.
3. Pancasila
Konsep hak asasi manusia dalam Pancasila didasarkan pada ajaran sila kedua tentang
kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kesatuan dengan sila lainnya.Konsep hak
asasi manusia dalam Pancasila menjadi lebih mendasar jika dijelaskan dalam tatanan
filosofis. Pemahaman Pancasila sebagai filsafat didasarkan pada hakikat hakikat
manusia sebagai makhluk perseorangan dan makhluk sosial. Konsep hak asasi
manusia dalam Pancasila tidak hanya didasarkan pada kebebasan individu tetapi juga
mengedepankan kewajiban sosial dalam masyarakat. Kemerdekaan dalam Pancasila
adalah kebebasan dalam keseimbangan antara hak dan kewajiban antara manusia
sebagai individu dan masyarakat, manusia sebagai makhluk mandiri dan makhluk
Tuhan, serta keseimbangan antara jiwa dan raga.
Prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM)
Secara umum masyarakat global mengakui bahwa setiap manusia mempunyai hak-hak
tertentu yang menjadi miliknya sejak diakui keberadaannya sebagai manusia. Hak-hak

2
tersebut melekat pada setiap manusia dan bahkan merupakan martabat manusia. Hak-hak
pokok yang dimiliki oleh manusia hakiki antara lain:
a. hak untuk hidup
b. hak akan kebebasan dan kemerdekaan
c. hak milik
d. bebas dari rasa takut
Dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR), 10 Desember 1948 yang menandai
langkah maju bersejarah bagi pembangunan hak asasi manusia, dikemukakan ciri-ciri sebagai
berikut: pertama, hak asasi manusia adalah hak, dalam arti didefinisikan dan diprioritaskan.
kriteria penerimaan. Kedua, hak-hak tersebut bersifat universal dan menjadi milik manusia
semata-mata karena ia adalah manusia dan tidak diberikan oleh negara atau pemerintah.
Ketiga, hak asasi manusia ada dalam haknya sendiri, terlepas dari penerapannya dalam
sistem hukum adat atau sistem hukum beberapa negara. Keempat, hak asasi manusia
dianggap sebagai standar yang penting dan kelima hak ini menetapkan standar minimum bagi
praktik sosial dan kenegaraan yang baik.

3
PEMBAHASAN
Indonesia adalah salah satu negara yang memberikan prioritas yang besar terhadap hak-hak
warga negaranya. Pengakuan tentang hak asasi manusia tersebut bahkan dinyatakan pada
bagian paling awal dari konstitusi atau Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Hal besar lainnya adalah bahwa pengakuan bangsa Indonesia tentang hak asasi
manusia tersebut bahkan mendahului pengakuan universal atas hak asasi manusia yang
dilakukan oleh PBB pada tahun 1948. Kenyataan ini menunjukkan bahwa hak asasi manusia
bagi bangsa Indonesia adalah salah satu hal fundamental yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengakuan atas hak asasi manusia tersebut
sekaligus merupakan bentuk kesadaran bangsa Indonesia akan arti pentingnya negara
melindungi hak-hak warga negaranya. Dengan diakuinya hak asasi manusia di dalam UUD
NRI Tahun 1945 menunjukkan bahwa negara Indonesia menjadikan hak asasi manusia
sebagai prioritas.
Macam-macam Hak Warga Negara
Persoalan tentang hak asasi manusia adalah salah satu persoalan terbesar di dalam sejarah
kehidupan umat manusia. Sejarah mencatat telah banyak perjuangan yang dilakukan manusia
untuk mendapatkun pengakuan dan penghormatan atas hak asasi manusia tersebut. Tidak
mengherankan karenanya jika persoalan tentang hak asasi ini selalu menjadi perbincangan
banyak kalangan. Hal ini salah satunya disebabkan karena penegakan HAM hingga saat ini
masih menghadapi berbagai macam persoalan. Sekalipun deklarasi universal tentang hak
asasi manusia telah dilakukan sejak tahun 1948, nyatanya penegakan HAM sclalu
menghadapi masalah. Inilah yang membuat persoalan HAM senantiasa menjadi persoalan
yang pelik bahkan hingga di era
Ketentuan tentang Hak Asasi Manusia yang terdapat di dalam UUD NRI Tahun 1945 dapat
dikatakan sangat lengkap. Ketentuan tersebut mengatur implementasi hak asasi manusia, baik
pada ranah pribadi maupun pada ranah publik. Adapun beberapa hak yang diatur di dalam
Pasal 28 A-J UUD NRI Tahun 1945 tersebut sebagai berikut.
1. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya (Pasal 28A)).
2. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan perkawinan melalui perkawinan
yang sah (Pasal 28B (1))
3. Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, berkembang, serta hak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28B(2))
4. Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar, mendapat
pendidikan, memperoleh manfaat Ipteks (Pasal 28C (1))
5. Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif (Pasal
28C (2))
6. Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum (Pasal 28D (1)).
7. Bekerja dengan imbalan dan perlakuan yang layak, mendapat kesempatan yang sama
dalam pemerintahan (Pasal 28D(3))
8. Hak atas status kewarganegaraan (Pasal 28 D (4))
9. Kebebasan beragama dan beribadah, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di negara tertentu, meninggalkannya, dan berhak kembali
(Pasal 28E (1)).

4
10. Kebebasan beragama dan beribadah, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di negara tertentu, meninggalkannya,dan berhak kembali
(Pasal 28E (1)).
11. Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28E
(3)).
12. Hak atas komunikasi dan informasi (Pasal 28 F).
13. Hak atas perlindungan diri dan bebas dari penyiksaan (Pasal 28 G).
14. Hak atas kesejahteraan lahir batin: hak atas jaminan sosial; hak milik (Pasal 28 H).
15. Hak untuk hidup, untuk tidak disiksa; bebas dari perlakuan diskriminatif; hak budaya
(Pasal 28 I)
Ketentuan tentang hak asasi manusia tersebut adalah ketentuan yang terdapat di dalam
UUD NRI Tahun 1945. Sebagai sumber hukum yang mengatur ketentuan pokok. UUD
NRI Tahun 1945 mengatur dengan sangat detail berbagai macam ketentuan tentang HAM
di atas. Peraturan-peraturan tersebut belum termasuk yang terdapat di dalam peraturan-
peraturan yang lebih rendah, seperti misalnya yang terdapat di dalam UU No. 39 Tahun
1999 dan UU No. 26 Tahun 2000. Berbagai macam ketentuan tersebut menunjukkan
komitmen negara Indonesia terhadap hak-hak warga negaranya.
Upaya Perlindungan HAM di Indonesia
Secara obyektif prinsip-prinsip perlindungan HAM antar negara adalah sama, namun secara
subyektif dalam pelaksanaannya tidak sama, artinya pada suatu waktu terdapat persamaan
mengenai hakikat apa yang perlu dilindungi dan dikelola, namun untuk derajat yang berbeda.
Pada saat yang sama, terdapat perbedaan kesadaran terhadap hak asasi manusia antar negara.
Keadaan ini lebih sering terjadi karena perbedaan konteks ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya serta perbedaan kepentingan nasional masing-masing negara. Di Indonesia, antara
masa Orde Baru dan Reformasi. Pada masa reformasi, perjuangan perlindungan hak asasi
manusia membawa harapan lebih. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah,
organisasi masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), walaupun hasilnya masih
jauh dari apa yang diharapkan masyarakat Indonesia namun kemajuan dibandingkan periode
sebelumnya (Penetapan Orde Baru) sudah mulai terlihat. Upaya perlindungan hak asasi
manusia telah dimulai, dimulai dan berlanjut hingga saat ini. Hak Asasi Manusia di Indonesia
yang dulunya kacau, bahkan dianggap paling keras sepanjang sejarah Indonesia, padahal
perkembangan saat ini tentu sangat berbeda. (Arinanto, 2008:6).
a) Perlindungan HAM dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan, yaitu antara lain:
b) Kegiatan belajar bersama, berdiskusi untuk memahami pengertian HAM.
c) Mempelajari peraturan perundangan mengenai HAM.
d) Mepelajari peran lembaga-lembaga perlindungan HAM.
e) Memasyarakatkan tentang pentingnya memahami dan melaksanakan HAM agar
kehidupan bersama menjadi tertib, damai, dan sejahtera kepada lingkungan
masing-masing.
f) Menghormati hak orang lain.
g) Mematuhi peraturan yang berlaku.
h) Berbagai kegiatan untuk mendorong negara mencegah tindakan anti
pluralisme.
i) Mendorong aparat penegak hukum untuk bertindak adil

5
Upaya perlindungan hak asasi manusia menekankan pada berbagai tindakan pemaksaan
terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Melindungi hak asasi manusia, termasuk melalui
pembentukan instrumen dan institusi hak asasi manusia. Hal ini juga dapat disebabkan oleh
berbagai faktor yang berkaitan dengan upaya menghambat terwujudnya hak asasi manusia
yang dilakukan oleh individu, masyarakat, dan negara.
Meskipun terdapat jaminan konstitusional di Indonesia dan lembaga-lembaga yang dibentuk
untuk menegakkannya, namun hal tersebut tidak menjamin terwujudnya hak asasi manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Di bidang hukum, penegakan hukum selalu terlihat jelas,
banyak pejabat yang melanggar hukum sulit dihukum oleh hukum, namun bila yang
melanggar adalah masyarakat biasa, maka kekuatan mereka nampaknya sangat kuat.
Upaya Penagakan HAM di Indonesia
Upaya penegakan HAM di Indonesia harus diparesiasi oleh setiap elemen
bangsa, mengapa demikian.
a. Karena HAM adalah hak-hak dasar yang mutlak harus dimiliki manusia.
b. Pelanggaran terhadap HAM ditentang oleh ajaran agama manapun, HAM
mendapatkan perhatian serius.
c. Tujuan bangsa Indonesia akan dapat dicapai kalau nilai-nilai kemanusiaan ini
juga dapat dijunjung tinggi dan mendapatkan perhatian yang memadai.
d. Penegakan HAM di Indonesia telah melakukan langkah-langkah konkrit,
antara lain
e. Memasukkan HAM ke dalam berbagai perundang-undangan. Berbagai
peraturan perumdang-undangan di Indonesia sebenarnya telah sangat
akomodatif terhadap HAM. Sebutsaja di dalam Pancasila, Pembukaan UUD RI
1945, dalam batang tubuh UUD RI 1945 dan beberapa ketetapan, peraturan dan
undang undang produk penguasa.
f. Meratifikasi dan mengadopsi instrumen-instrumen HAM Internasional
Indonesia telah ikut meratifikasi berbagai macam hukum-hukum Internasional
yang berkenaan dengan perlindungan terhadap HAM.
g. Menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap masalah HAM. Kesadaran
masyarakat terhadap masalah HAM perlu ditumbuhkan dan dibangun sejalan
dengan nilai-nilai kemanusiaan yang memang harus dilindungi dan
diperjuangkan. Membangun kesadaran dapat pula diartikan dengan
membudayakan penghormatan terhadap nilai-nilai dasar kemanusiaan.
Pemberdayaan tidak sekedar menjadikan HAM sekedar sebagai wacana publik, tapi
mendorong agar penghormatan terhadap HAM menjadi satu keniscayaan dalam
tindakan nyata.

Pengaruh Globalisasi Terhadap Hak Asasi Manusia dalam Bidang Ekonomi, Sosial, dan
Budaya di Indonesia
Globalisasi merupakan sebuah keadaan sebagai konsekuensi dari transformasi global yang
menjadikan dunia dalam kondisi compresed serta terjadi intensifikasi kesadaran terhadap
dunia sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dampak yang paling jelas muncul kepermukaan
adalah pengaruh nilai liberalisasi yang begitu besar dalam muatan yang diatur melalui
ketentuan hukum perundang-undangan, bahkan sering kali globalisasi bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila, padahal dalamn konteks ke Indonesia bahwa hak asasi manusia bidang
ekonomi, sosial dan budaya harus mengacu dan merujuk pada Pancasila, faktanya hal ini

6
ditandai dengan memudarnya implementasi nilai – nilai Pancasila dalam penyelenggaraan
hukum (pembentukan, penemuan, dan penerapan hukum terkait hak asasi manusia bidang
ekonomi, sosial dan politik) (Endang Sutrisno, 2007.115).
Pendapat David C. Korten tersebut ada benarnya mengingat industrialisasi teknologi
informasi semakin mencengkeram, dan kondisi sosial masyarakat mengalami pergeseran dari
komunalistik kearah individualistik, dimensi hak asasi manusia pun tak ubah sama telah
mengalami pergeseran, selain itu pemerintah pusat dan daerah mulai berpihak pada
globalisasi (investasi asing, perusahaan asing) dan mengacuhkan perlindungan,
penghormatan dan pemenuhan hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Seiring dengan itu peran pemerintah nasional dan daerah pun menjadi berubah dari semula
sebagai pelindung rakyat dan basis sumber daya manusia alam mereka dari ancaman
eksternal menjadi penjamin rakyat mereka harus dapat menikmati ragam pilihan yang luas
diantara berbagai barang dan jasa terbaik dan termurah dari seluruh dunia, karenanya
pemerintah yang terpaku menjalani peran tradisionalnya sebagai penguasa tunggal ekonomi
dipandang akan menghambat investasi dan memiskinkan rakyatnya sendiri, inilah gambaran
mediated violence atau mediated crime (kekerasan atau kejahatan karena dimediasi).
Bagi Indonesia, sangat tidak mungkin melawan arus globalisasi yang tengah berlangsung
secara akseleratif, hal ini disebabkan: 1) Indonesia berada dalam posisi yang kurang
menguntungkan yang disebabkan oleh lemahnya sumber daya manusia dalam penguasaan
teknologi dan buruknya birokrasi investasi; 2) pada saat bersamaan setelah Indonesia
meratifikasi WTO, maka peranan pemerintah dalam kehidupan ekonomi semakin tereduksi
secara sigifikan. Meski globalisasi, yang pada dasarnya merupakan proses perubahan yang
sangat cepat di semua lini kehidupan dan munculnya kompetisi yang sangat kejam, telah
menempatkan Indonesia pada posisi yang sangat lemah, tetapi masih ada celah- celah yang
dapat digunakan untuk memperkuat diri, yakni pemerintah Indonesia harus dapat
membangun kekuatan internal yang dimilikinya.
Dalam pandangan Anis Ibrahim bahwa pemerintah Indonesia harus berupaya melakukan
barrier to entry yang bisa diciptakan melalui: 1) membangun nasionalisme konsumen yang
tinggi untuk mencintai produk dalam negeri; 2) mondorong dan menfasilitasi agar sumber
daya manusia yang dimiliki dapat menguasai teknologi; 3) memperkuat asosiasi-asosiasi ahli
untuk melindungi kepentingan profesi; 4) memperkuat market ekonomi dalam negeri untuk
memasarkan produk lokal; 5) melakukan pembaharuan hukum yang dapat memproteksi
semua itu tanpa melanggar kesepakatan global yang sudah ditandatangani Indonesia (Anis
Ibrahim, 2007:97-98). Dalam pandangan penulis, hal di atas penting untuk dilaksanakan agar
pembangunan hukum hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial dan budaya dapat terealisasi
dengan baik, logika terbaliknya jika pemerintah Indonesia tidak mampu melaksanakan solusi
sederhana di atas, tentu bukan hanya pembangunan hak asasi manusia saja yang terbengkalai,
tetapi juga pelanggaran hak asasi manusia dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini
dapat terlihat semakin bertambahnya kemiskinan, kelaparan, semakin rendahnya sumber daya
manusia diakibatkan biaya pendidikan melangit, dan lainnya.

7
PENUTUP
Kesimpulan
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik, atau asal usul sosial dan bangsa. HAM tidak boleh/ bisa dilanggar,
tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain.Dengan
mendasarkan pada pengertian HAM, maka HAM memiliki landasan utama, yaitu:
Landasan langsung yaitu kodrat manusia & Landasan Tuhan Yang Maha Esa yang
menciptakan manusia Menghargai perlindungan HAM berarti juga menghargai upaya
penegakan HAM. Dengan adanya perlindungan dan penegakan HAM, maka kehidupan
bangsa Indonesia yang beradab, tenteram, damai, dan sejahtera dapat diwujudkan
Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial dan
budaya sangat kuat, terjadi pergeseran nilai dan norma yang melandasi dan mengatur hak
asasi manusia diberbagai negara, namun dengan adanya globalisasi sekat pembatas nilai-nilai
tersebut menjadi hilang, ada nilai yang tetap survive dan ada nilai-nilai yang kemudian
bergeser. Solusi yang tepat adalah melakukan pembangunn hukum hak asasi manusia dalam
bidang ekonomi, sosial, dan budaya (HESB) merupakan hak asasi yang harus di lindungi,
dihormati dan dipenuhi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (penyelenggara
otonomi daerah.
Saran
1. Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain, jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh
orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain
2. Kita sebagai warga negara yang baik, bila melihat dan mendengar
terjadinyapelanggaran HAM, harus memiliki kepedulian, meskipun pelanggaran itu
tak mengenai pada diri kita atau keluarga kita Sebagai sesama anak bangsa
harus peduli terhadap korban pelanggaran HAM atas sesamanya.
3. Kepedulian kita semua sebagai warga negara Indonesia terhadap penegakan
HAM merupakan amanat dari nilai-nilai Pancasila yakni kemanusiaan yang adil dan
beradab yang sama-sama kita junjung tinggi, karena akan dapat
menghantarkan sebagai bangsa yang beradab

8
DAFTAR PUSTAKA

B, E. (2011). Pengaruh Globalisasi Terhadap Perkembangan Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi,
Sosial, Budaya (HESB) di Indonesia. Jurnal Pranata Hukum.

Robertua, V. (2015). GLOBALISASI DAN HAK ASASI MANUSIA (HAM): STUDI KASUS PELANGGARAN
HAM DI MYANMAR. Jurnal Sociae Polites, 1-16.

Ruang Baca Virtual Universitas Terbuka. (n.d.). MKDU411103.

Triwahyuningsih, S. (2018). PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA(HAM) DI


INDONESIA. Jurnal Hukum Legal Standing, 1-9.

Wilujeng, S. R. (n.d.). HAK ASASI MANUSIA: TINJAUAN DARI ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS. e-journal
undip.

Anda mungkin juga menyukai