Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 2 MATA KULIAH PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN SESI KE-5


ARTIKEL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI ERA
GLOBALISASI

NAMA:DINAR FITRIANY
NIM:857384335

UNIVERSITAS TERBUKA
2023

PENDAHULUAN
Di era modern ini, pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat nampaknya sangat pesat.
Salah satu ciri masa ini adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
juga didukung oleh munculnya semangat globalisasi.
Seperti yang dikatakan Anthony Giddens, globalisasi adalah proses yang kompleks, tidak hanya
didorong oleh satu kekuatan tertentu tetapi oleh banyak kekuatan, seperti budaya, teknologi,
politik dan ekonomi.
Globalisasi politik antara lain terjadi dalam bentuk gerakan hak asasi manusia (HAM),
Selanjutnya dalam pasal ini disingkat HAM. Globalisasi semakin memperkuat gagasan yang
bertujuan mewujudkan nilai-nilai dasar hak asasi manusia yang universal.
Dalam hal ini, pemerintah harus mengintegrasikan norma-norma yang terkandung dalam
instrumen hak asasi manusia internasional dan prinsip-prinsip hak asasi manusia Islam ke dalam
undang-undang nasional, dengan tetap memperhatikan ideologi negara serta kondisi manusia,
alam, dan tradisi yang melekat pada bangsa.

Pembentukan konsensus internasional mengenai Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada
tanggal 10 Desember 1948 hanya didorong oleh sekelompok negara yang memenangkan perang
setelah berakhirnya Perang Dunia II, yaitu Amerika Serikat, Perancis dan Inggris Raya.
Hal ini memperkuat gagasan bahwa permasalahan hak asasi manusia tidak hanya menyangkut
pertanyaan-pertanyaan penting mengenai aspek dan norma universalitas hak asasi manusia,
tetapi juga konteks di mana hak asasi tersebut dididik untuk menciptakan perdamaian dunia.
Pada hakikatnya hak merupakan unsur normatif yang melekat pada setiap manusia yang
penerapannya berada dalam kerangka persamaan hak dan kebebasan yang terkait dengan
interaksi antar individu atau dengan organisasi lain.
Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh.
Persoalan hak asasi manusia sering dibicarakan dan diperdebatkan, terutama di era reformasi
saat ini.
Hak Asasi Manusia dihormati lebih dari dan mendapat perhatian lebih pada masa reformasi
dibandingkan periode sebelumnya.
Kita tidak boleh lupa bahwa dalam hal penghormatan terhadap hak, masyarakat tidak hidup
sendiri tetapi harus berintegrasi dengan orang lain.
Jangan sampai ada orang yang melanggar HAM orang lain demi mencapai atau menegakkan
HAM bagi dirinya sendiri.
Hak Asasi Manusia juga merupakan hak asasi yang secara kodrati ada dalam diri manusia karena
manusia dilahirkan sebagai anugerah Tuhan.
Oleh karena itu, hak asasi manusia harus dilindungi dan dihormati baik oleh hukum, agama, dan
pemerintah.
Sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) yang
diundangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948, setiap orang tanpa
kecuali berhak menikmati hak asasi manusia dan keagungannya.
Prinsip-prinsip hak asasi manusia tidak hanya merupakan aspek terpenting dalam sistem hukum
suatu negara, yang harus diabadikan dalam konstitusinya, namun prinsip-prinsip tersebut juga
memerlukan pengakuan penuh pada tingkat penerapannya (baca: penerapannya), baik dalam
bidang politik maupun politik, Tingkat politik, Bidang ketatanegaraan serta hukum dan keadilan.
Atas dasar itu, jaminan terkait perlindungan hak asasi manusia harus mendapat prioritas mutlak
demi kepentingan penghormatan terhadap hukum dan keadilan dalam masyarakat.
Di era globalisasi yang ditandai dengan semakin kaburnya batasan antara kebudayaan dan
kebangsaan, hampir semua negara baik maju maupun berkembang mulai tertarik untuk
memahami pentingnya pelibatan hak asasi manusia dalam berbagai aspek pemerintahan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, dan anggota komunitas termasuk Indonesia.
Hal ini tercermin dalam Rencana Pembangunan Hukum Nasional yang mengutamakan bidang
hak asasi manusia.
Sebagaimana tercantum dalam pasal UU No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (2005-2025).
Pengertian dan Konsep Hak Asasi Manusia di Indonesia Hak adalah unsur normatif yang
memandu perilaku, melindungi kebebasan, kekebalan, dan menjamin peluang bagi masyarakat
untuk mencapai martabat dan nilainya.
Sedangkan Hak Asasi Manusia merujuk pada hal yang paling mendasar yang dimiliki manusia
sebagai kodrat, sehingga tidak ada makhluk hidup yang dapat mengganggunya, apalagi
mencabutnya.
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam bahasa Arab disebut haq al-insan.
Dalam lingkungan umat Islam sendiri, cara umat Islam memandang hak asasi manusia
mempunyai banyak lapisan.
Dalam dunia pesantren dikenal dua konsep hak yaitu haq al-insan dan hak Allah, di mana setiap
hak saling bertumpukan. Hak Allah mendasari hak asasi manusia dan sebaliknya.
Dalam penerapannya tidak ada yang terpisah dari kedua hak tersebut.
Misalnya soal salat (yang merupakan hak Allah), karena salat adalah hak Allah, maka manusia
tidak bisa campur tangan untuk memaksa seseorang salat, tidak ada kekuatan duniawi, sekalipun
demikian.
Dalam pengertian hak asasi manusia dapat dibentuk dari berbagai pendapat, diantaranya .
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap orang sesuai dengan
kodratnya.
Menurut pendapat Jan Materson, dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB, dalam Teaching Human
Rights, PBB yang dikutip oleh Baharuddin Lopa telah menekankan bahwa hak asasi manusia
adalah hak asasi manusia yang melekat Setiap manusia, tanpanya, tidak dapat ada .
biarkan orang hidup seperti orang.
John Locke mengatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta, sebagai hak kodrati.
Secara filosofis dapat dipahami bahwa hak asasi manusia adalah hak yang melekat atau melekat
pada diri manusia, yang berasal dari Tuhan sejak manusia dilahirkan.
Sebagai ciptaan Tuhan, manusia mempunyai kedudukan mulia yang dikaruniai akal dan hati
nurani.
secara obyektif dapat ditegaskan bahwa hak asasi manusia merupakan hak asasi manusia yang
melekat pada dirinya, oleh karena itu harus diakui dan dihormati oleh negara.
hak asasi manusia dan kewajibannya bersumber dari gagasan Sang Pencipta.
Manusia mendapat hak langsung dari Tuhan sesuai kodratnya (scundum suam naturan).
Dalam istilah hukum resmi Indonesia, ruang lingkup Makna Hak Asasi Manusia (HAM) diatur
dalam UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, khususnya Pasal 1 angka 1 yang
berbunyi: “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan karunia-Nya harus dihormati
dan didukung.
Dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan dan martabat.
Secara konseptual hak asasi manusia dapat dikatakan mempunyai dua aspek, yaitu aspek moral
dan aspek hukum.
Aspek moral hak asasi manusia maksudnya hak asasi manusia adalah hak yang tidak dapat
dicabut dan tidak dapat dicabut (hak yang tidak dapat dilanggar), karena hak ini merupakan hak
asasi manusia yang melekat karena merupakan hak asasi manusia.
Pada aspek kedua, sebagai hak hukum, hak asasi manusia adalah hak yang tunduk pada hukum,
yang tercipta melalui proses pembentukan hukum masyarakat internasional dan domestik.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan
bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan.
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Era globalisasi yang ditandai dengan makin biasnya batas-batas budaya dan nasionalitas, hampir
disetiap negara baik negara maju maupun negara berkembang mulai tertarik untuk memahami
tentang arti pentingnya keterlibatan HAM dalam berbagai aspek penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara, dan bermasyarakat termasuk di negara Indonesia hal ini terlihat dalam
Rencana pembangunan hukum nasional yang mengagendakan adanya bidang HAM.
Arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah membawa pengaruh bagi terbukanya koridor
pembaharuan hukum dan penegakan HAM, terlebih lagi dalam mewujudkan civil society atau
masyarakat madani.
13 Pengguna an istilah masyarakat madani dalam ranah masyarakat yang demokratis lebih
memiliki makna dalam, terlebih lagi dalam mengangkat harkat dan martabat manusia.
Selain itu, civil society sangat penting artinya dalam menggambarkan mendeskripsikan
penegakan HAM di Indonesia.
Seiring dengan tumbangnya rezim orde baru menuju orde reformasi yang lebih menitik beratkan
pada perlindungan hukum dan penegakan HAM, rakyat melalui MPR melakukan Amandemen
terhadap UUD 1945 dengan memasukan pasal yang khusus tentang HAM, yakni Pasal 28 UUD
1945.
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal , Pemerintah mengundangkan Undang-Undang No.39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No.26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.
Pemerintah kemudian meratifikasi perjanjian ekonomi, sosial dan politik masing-masing
berdasarkan undang-undang no.11 dan UU No.12 Tahun 2005 sebagai kelanjutan upaya
ratifikasi sejumlah instrumen hak asasi manusia sebelumnya.
Pada prinsipnya dalam hukum hak asasi manusia, negara dalam hal ini pemerintah berperan
sebagai penanggung jawab dan individu yang berada dalam yurisdiksi negara adalah pemegang
hak izin.
Kewajiban yang diemban negara adalah kewajiban menghormati, kewajiban memenuhi, dan
kewajiban melindungi hak asasi warga negara.
Negara wajib menjamin terwujudnya hak asasi manusia bagi semua orang yang berada di bawah
kekuasaannya.
Kewajiban ini dilaksanakan negara dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan, baik
itu dibidang legislatif, eksekutif, yudisial, maupun praktis, untuk menciptakan semua kondisi
yang dibutuhkan dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun bidang-bidang lain, serta
jaminan hukum yang diperlukan untuk semua orang di wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Era globalisasi yang ditandai dengan makin biasnya batas-batas budaya dan nasionalitas, hampir
disetiap negara baik negara maju maupun negara berkembang mulai tertarik untuk memahami
tentang arti pentingnya keterlibatan HAM dalam berbagai aspek penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara, dan bermasyarakat termasuk di negara Indonesia hal ini terlihat dalam
Rencana pembangunan hukum nasional yang mengagendakan adanya bidang HAM.
Arus reformasi yang terjadi di Indonesia telah membawa pengaruh bagi terbukanya koridor
pembaharuan hukum dan penegakan HAM, terlebih lagi dalam mewujudkan civil society atau
masyarakat madani.13 Pngguna an istilah masyarakat madani dalam ranah masyarakat yang
demokratis lebih memiliki makna dalam, terlebih lagi dalam mengangkat harkat dan martabat
manusia.
Selain itu, civil society sangat penting artinya dalam menggambarkan mendeskripsikan
penegakan HAM di Indonesia.
Seiring dengan tumbangnya rezim orde baru menuju orde reformasi yang lebih menitik beratkan
pada perlindungan hukum dan penegakan HAM, rakyat melalui MPR melakukan Amandemen
terhadap UUD 1945 dengan memasukan pasal yang khusus tentang HAM, yakni Pasal 28 UUD
1945.
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal , Pemerintah mengundangkan Undang-Undang No.
39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No.26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.
Pemerintah kemudian meratifikasi perjanjian ekonomi, sosial dan politik masing-masing
berdasarkan undang-undang no.11 dan UU No.12 Tahun 2005 sebagai kelanjutan upaya
ratifikasi sejumlah instrumen hak asasi manusia sebelumnya. Pada prinsipnya dalam hukum hak
asasi manusia, negara dalam hal ini pemerintah berperan sebagai penanggung jawab dan
individu-individu yang berada dalam yurisdiksinya sebagai pemegang izin.
Kewajiban yang diemban negara adalah kewajiban menghormati, kewajiban memenuhi, dan
kewajiban melindungi hak asasi warga negara.
Negara wajib menjamin terwujudnya hak asasi manusia bagi semua orang yang berada di bawah
kekuasaannya.
Kewajiban ini dipenuhi oleh Negara dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan, baik
di bidang legislatif, eksekutif, yudikatif atau praktis, untuk menciptakan semua kondisi yang
diperlukan di bidang sosial, ekonomi, politik, dan bidang lainnya, serta bidang-bidang lainnya.
jaminan hukum yang diperlukan bagi setiap orang dalam yurisdiksinya, baik secara individu
maupun kolektif, untuk menikmati secara nyata seluruh hak dan kebebasan tersebut.

Pengaruh Globalisasi Terhadap Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi, Sosial, Budaya di
Indonesia
Globalisasi merupakan suatu keadaan akibat transformasi global yang menempatkan dunia pada
keadaan terkompresi dan meningkatnya kesadaran terhadap dunia sebagai satu kesatuan.
Dampak paling kentara di permukaan adalah besarnya pengaruh nilai-nilai liberalisasi pada
konten yang diatur undang-undang.
Faktanya, globalisasi seringkali bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, bahkan dalam
konteks Indonesia, hak asasi manusia dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya semuanya harus
menyebutkan dan mengacu pada Pancasila, sebenarnya hal ini ditandai dengan menurunnya
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam melaksanakan undang-undang (pelatihan, penemuan
dan menerapkan hukum hak asasi manusia di bidang ekonomi, sosial dan politik).
Bagi Indonesia, sangat sulit untuk menahan gelombang globalisasi yang terjadi saat ini yang
semakin pesat, karena:
1.Indonesia berada pada posisi yang dirugikan karena lemahnya sumber daya manusia dalam
tugas teknologi dan kemiskinan birokrasi investasi;
2.Bersamaan dengan meratifikasi WTO, peran pemerintah dalam kehidupan perekonomian
menjadi lebih terdidik.
Meskipun globalisasi, yang pada hakikatnya merupakan sebuah proses perubahan yang sangat
cepat di setiap sektor dan munculnya keterampilan yang sangat kejam, telah menempatkan
Indonesia pada posisi yang sangat lemah, masih ada kemungkinan kerentanan yang digunakan
untuk memperkuat diri, khususnya yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia mampu
memperkuat kekuatan internalnya.
Solusi Melalui Pembangunan Hukum
Perkembangan hukum hak asasi manusia tentu tidak semudah yang dibayangkan, apalagi nuansa
globalisasi yang bernuansa individualistis semakin menonjol dan mulai menyusutkan komunitas
dalam masyarakat Indonesia.
Beberapa dekade bahkan hingga saat ini, jiwa nampaknya masih memiliki setidaknya satu orang
yang masih bergantung pada masyarakat (khususnya di Pulau Jawa), nuansa gotng royong dalam
bidang perekonomian masih tetap terasa, bahkan hingga saat ini Sudah mulai menjadi hal biasa.
agak kabur akibat proses globalisasi yang memaksa masyarakat menjadi lebih egois dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
Realitas hak asasi manusia yang sebenarnya didominasi oleh hak-hak politik dan sipil,
sedangkan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dari pemenuhan kebutuhan
seringkali diabaikan oleh pemerintah melalui proses tersebut, seperti dalam banyak kasus,
kelaparan Dan meningkatnya jumlah penduduk miskin di berbagai wilayah di Indonesia.
Kenyataan ini berbeda dengan Tiongkok, Singapura, dan negara-negara Timur Tengah yang hak
ekonomi, sosial, dan budaya, khususnya hak ekonomi dan sosial diperhatikan.
Hak Ekonomi dan Sosial merupakan hak asasi manusia strategis yang perlu dilindungi dan
dihormati.
Perkembangan hukum hak asasi manusia di bidang ekonomi, sosial, dan budaya merupakan
jaminan bagi kelangsungan hidup manusia, jika tidak maka negara dan bangsa akan kehilangan
“nilai dasar” hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa, tanpa adanya sistem politik dan
hukum yang memuaskan.
Namun mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera bagi seluruh anak bangsa serta
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah tujuan mulia berdirinya bangsa
dan negara Indonesia tercinta ini.
Dalam proses pengembangan hukum ekonomi, sosial, dan budaya perlu diwujudkan gagasan
Pancasila.
Idealnya hal tersebut dilakukan dengan mengkonkretkan nilai-nilai Pancasila dengan melakukan
normalisasi peraturan perundang-undangan terkait penghormatan terhadap hak asasi manusia di
bidang ekonomi, sosial, dan budaya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa Pancasila sebagai
negara dan bangsa mempunyai ideologi.
Gaya hidup seringkali mengalami pasang surut dalam perkembangannya, namun perlu diingat
bahwa naik turunnya tersebut bukan disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai Pancasila, melainkan
akibat dari penerapan nilai-nilai tersebut secara runtut dalam kehidupan setiap orang orang
Indonesia dan Negara, termasuk dalam penyelenggaraan kehidupan perekonomian bangsa dan
Negara.

Prinsip – Prinsip Hak Asasi Manusia dalam Islam


Pembagian hak tersebut merupakan dasar dari ketentuan normatif yang ada dalam agama Islam
itu sendiri, sehingga persoalan mengenai hak Adam harus diselesaikan oleh manusia sendiri,
kemudian oleh Allah.
Persoalan muncul ketika hak diartikan berdasarkan hak Tuhan, kemudian terdistorsi ketika
perilaku penguasa, atau dalam hal ini pemerintah yang mengatur hukum, memandang dirinya
sebagai bayangan penguasa di muka bumi.
Salah satunya mengenai hukum riddah.
Pada mulanya riddah adalah hak setiap orang, sebagaimana firman Al-Quran: “Siapa yang mau
beriman, maka beriman, dan siapa yang tidak mau beriman, maka tidak beriman.” Segala
sesuatunya merupakan pilihan individu, seperti halnya berdoa, namun seiring berjalannya waktu,
hak tersebut diambil alih oleh pemerintah selaku pemimpin negara.
Para cendekiawan dan intelektual muslim juga mendukung konsep hak asasi manusia dengan
teori yang menjunjung tinggi aspek hakiki (dharuriyyat) yang dalam fiqhnya disebutkan lima
prinsip dasar hak asasi manusia yang disebut al-huqūq alkhamsah, detail; hak untuk hidup, hak
atas kebebasan berpendapat dan berekspresi, hak atas kebebasan beragama, hak atas produksi
dan hak untuk berkembang biak.
Informasi lebih rinci mengenai prinsip-prinsip hak asasi manusia dapat dilihat di bawah ini,
antara lain:
1.Hak atas perlindungan hidup atau hak untuk hidup/pemeliharaan hidup (hifzh al-nafs).
Perlindungan terhadap kehidupan adalah hak yang tidak dapat dinegosiasikan. Hak untuk hidup
ini tertuang dalam sistem hukum, termasuk hukum Qisas. Hak ini sesuai dengan bunyi Pasal 28
H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang secara khusus
menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, mempunyai tempat
tinggal, dan berhak mendapatkan tempat tinggal.
mempunyai rumah, tinggal dan mempunyai tempat tinggal.
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta hak atas kesehatan.
2.Perlindungan terhadap keyakinan/pemeliharaan agama (hifzh al-dīn), mencakup juga rasa hak
beragama, yang perlindungannya tersebut tertuang dalam ajaran lā ikrāh fī al dīn (tidak ada
paksaan dalam urusan agama atau lakum dīnukum waliyadīn (bagimu agamamu, bagiku
agamaku)
3.Hak untuk melindungi pikiran/menjaga pikiran (hifzh al-'aql) jika dijelaskan dalam standar hak
asasi manusia, seperti hak untuk menyatakan pendapat, hak untuk pendidikan, dll.
4.Perlindungan hak milik/pemeliharaan (hifzh al mâl).
Perlindungan ini diwujudkan dalam undang-undang yang melarang pencurian dan hukuman
berat bagi pencurian properti yang dilindungi secara hukum.
Lebih lanjut, hak ini mencakup hak atas pekerjaan yang layak.
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 H ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, “Setiap orang berhak atas hak milik pribadi dan hak milik itu tidak boleh
diperoleh oleh siapa pun dengan cara yang tidak sah.
5.Hak untuk berkeluarga atau hak untuk mempunyai keturunan dan melindungi nama
baik/pemeliharaan garis keturunan (hifzh al-nasab) Hak untuk melindungi nama baik dinyatakan
dalam yurisprudensi yang sangat keras terhadap pezina.

Penutup
1. Kesimpulan
Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan hak asasi manusia di bidang ekonomi, sosial dan
budaya sangat kuat, telah terjadi perubahan nilai-nilai dan norma-norma yang melandasi dan
mengatur hak asasi manusia di berbagai negara, namun dengan adanya proses globalisasi maka
sekat-sekat antara nilai-nilai tersebut telah hilang, masih ada dan mempunyai nilai-nilai yang
kemudian mengubah.
2. Saran
Solusi yang tepat adalah dengan mengembangkan undang-undang Hak Asasi Manusia Ekonomi,
Sosial dan Budaya (HESB) yang merupakan hak asasi manusia yang wajib dilindungi, dihormati
dan ditegakkan oleh pemerintah pusat dan daerah, nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi, UUD
1945 berbentuk undang-undang organik, sehingga bisa langsung ditegakkan oleh Pemerintah.
Selanjutnya, ketika mengembangkan undang-undang terkait hak asasi manusia di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya, harus ada mekanisme yang menjamin atau memperjuangkan hak
jika hak ekonomi, sosial, dan budaya tidak diakui oleh Negara, institusi negara dan sosial
diperlukan.

Daftar Pustaka
• Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahun
1948.
• Giddens, Anthony, Jalan Ketiga: Pembaruan Demokrasi Sosial, Jakarta: Gramedia, 1999.
• Muladi, Demokatisasi, Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia, Jakarta; The
Habibi Center, 2002.
• UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
• Undang-Undang Nomor 39 pasal 1,Tahun 1999, tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
• UU No. 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM
• https://media.neliti.com/media/publications/26687-ID-pengaruh-globalisasi-terhadap-
perkembangan-hak-asasi-manusia-bidang-ekonomi-sosi.pdf

Anda mungkin juga menyukai