Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PKN

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HAM

Disusun Oleh:

ALWI AHMAD BASTIAN


NPM : 21010033

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA


DAN KOMPUTER (STMIK) DHARMA WACANA
A. Latar Belakang

Istilah Hak Asasi Manusia dalam beberapa bahasa asing dikenal


dengan sebutan droit de l‘home (Perancis), yang berarti hak manusia, human
rights (Inggris) atau mensen rechten (Belanda) yang dalam bahasa Indonesia
disalin menjadi hak-hak kemanusian atau hak-hak asasi manusia.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri
manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak seperti hak untuk hidup, hak
berkeluarga, hak untuk mengembangkan diri, hak keadilan, hak
kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan
merupakan hak yang tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun,
seperti yang tercantum pada rumusan hak asasi manusia sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan Piagam Hak Asasi Manusia vide Tap MPR No.
XVII/MPR/1998.
Hak asasi manusia pada hakekatnya merupakan hak kodrati yang
secara inheren melekat dalam setiap diri manusia sejak dilahirkan. Pengertian
ini megandung arti bahwa HAM merupakan karunia dari yang maha kuasa
kepada setiap umat-Nya. 2 Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang melekat
pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak
sebagai manusia.
Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya, atau
kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Hak Asasi bersifat umum
(universal), karena diyakini beberapa hak dimiliki tanpa perbedaan atas
bangsa, ras, agama, atau jenis kelamin. Dasar dari hak asasi, bahwa
manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
bakat dan cita-citanya. Hak Asasi manusia bersifat supralegal, artinya tidak
bergantung kepada adanya suatu Negara atau Undang-Undang Dasar,
maupun kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi,
karena hak asasi manusia dimiliki manusia bukan karena kemurahan atau
pemberian pemerintah, melainkan karena berasal dari sumber yang lebih
tinggi. Disebut HAM karena melekat pada eksistensi manusia, yang bersifat
universal, merata dan tidak dapat dialihkan.
Karena HAM itu bersifat kodrati, sebenarnya ia tidak memerlukan
legitimasi yuridis untuk pemberlakuannya dalam suatu sistem hukum
Nasional maupun Internasional. Sekalipun tidak ada perlindungan dan
jaminan konstitusional terhadap HAM , hak itu tetap eksis dalam setiap diri
manusia. Gagasan HAM yang bersifat teistik ini diakui kebenarannya sebagai
nilai yang paling hakiki dalam diri manusia. Namun karena sebagian besar
tata kehidupan manusia bersifat sekuler dan positivistic, maka eksistensi
HAM memerlukan landasan yuridis untuk diberlakukan dalam mengatur
kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


2. Perkembangan HAM di Indonesia Maupun Dunia
3. Sejarah Hak Asasi Manusia

C. Pembahasan

1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi manusia adalah hak dan kebebasan fundamental bagi semua orang,
tanpa memandang kebangsaan, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis, ras,
agama, bahasa atau status lainnya.Hak asasi manusia mencakup hak sipil dan
politik, seperti hak untuk hidup, kebebasan dan kebebasan berekspresi. Selain itu,
ada juga hak sosial, budaya dan ekonomi, termasuk hak untuk berpartisipasi dalam
kebudayaan, hak atas pangan, hak untuk bekerja dan hak atas pendidikan.Hak
asasi manusia dilindungi dan didukung oleh hukum dan perjanjian internasional dan
nasional.
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) adalah dasar dari sistem
internasional untuk perlindungan hak asasi manusia. Deklarasi tersebut diadopsi
oleh Sidang Umum PBB pada 10 Desember 1948, untuk melarang kengerian
Perang Dunia II agar tidak berlanjut. 30 pasal UDHR menetapkan hak sipil, politik,
sosial, ekonomi dan budaya semua orang. Ini adalah visi martabat manusia yang
melampaui batas dan otoritas politik dan membuat pemerintah berkomitmen untuk
menghormati hak-hak dasar setiap orang. UDHR adalah pedoman di seluruh
pekerjaan Amnesty International.

2. Perkembangan HAM di Indonesia Maupun Dunia

Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang


menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia
adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan
kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat
dicabut. Hak asasi manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan
saling bergantung. Hak asasi manusia biasanya dialamatkan kepada negara, atau
dalam kata lain, negaralah yang mengemban kewajiban untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan
menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh swasta. Dalam terminologi
modern, hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi hak sipil politik yang
berkenaan dengan kebebasan sipil (misalnya hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, dan kebebasan berpendapat), serta hak ekonomi, sosial dan budaya yang
berkaitan dengan akses ke barang publik (seperti hak untuk memperoleh pendidikan
yang layak, hak atas kesehatan, atau hak atas perumahan).
Secara konseptual, hak asasi manusia dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa
hak tersebut “dianugerahkan secara alamiah” oleh alam semesta, Tuhan, atau nalar.
Sementara itu, mereka yang menolak penggunaan unsur alamiah meyakini bahwa
hak asasi manusia merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh
masyarakat. Ada pula yang menganggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaim
kaum yang tertindas, dan pada saat yang sama juga terdapat kelompok yang
meragukan keberadaan HAM sama sekali dan menyatakan bahwa hak asasi
manusia hanya ada karena manusia mencetuskan dan membicarakan konsep
tersebut. Dari sudut pandang hukum internasional, hak asasi manusia sendiri dapat
dibatasi atau dikurangi dengan syarat-syarat tertentu. Pembatasan biasanya harus
ditentukan oleh hukum, memiliki tujuan yang sah, dan diperlukan dalam suatu
masyarakat demokratis. Sementara itu, pengurangan hanya dapat dilakukan dalam
keadaan darurat yang mengancam “kehidupan bangsa”, dan pecahnya perang pun
belum mencukupi syarat ini. Selama perang, hukum kemanusiaan internasional
berlaku sebagai lex especialis. Walaupun begitu, sejumlah hak tetap tidak boleh
dikesampingkan dalam keadaan apapun, seperti hak untuk bebas dari perbudakan
maupun penyiksaan.
Masyarakat kuno tidak mengenal konsep hak asasi manusia universal seperti
halnya masyarakat modern. Pelopor sebenarnya dari wacana hak asasi manusia
adalah konsep hak kodrati yang dikembangkan pada Abad Pencerahan, yang
kemudian memengaruhi wacana politik selama Revolusi Amerika dan Revolusi
Perancis. Konsep hak asasi manusia modern muncul pada paruh kedua abad kedua
puluh, terutama setelah dirumuskannya Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi
Manusia (PUHAM) di Paris pada tahun 1948. Semenjak itu, hak asasi manusia telah
mengalami perkembangan yang pesat dan menjadi semacam kode etik yang
diterima dan ditegakkan secara global. Pelaksanaan hak asasi manusia di tingkat
internasional diawasi oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Badan-Badan
Traktat PBB seperti Komite Hak Asasi Manusia PBB dan Komite Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya, sementara di tingkat regional, hak asasi manusia ditegakkan
oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, Pengadilan Hak Asasi Manusia Antar-
Amerika, serta Pengadilan Hak Asasi Manusia dan Hak Penduduk Afrika. Konvenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) dan Konvenan Internasional
tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) sendiri telah diratifikasi
oleh hampir semua negara di dunia saat ini. Sejarah HAM atau Hak Asasi Manusia
berawal dari dunia Barat (Eropa).Serorang Filsuf Inggris pada abad ke 17 ,John
Locke,merumuskan adanya hak alamiah (natural right) yang melekat pada setiap
manusia,yaitu hak atas hidup,hak kebebasan dan hak milik. Pada masa itu,hak
masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan bidang politik. Sejarah perkembangan
HAM ditandai dengan adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna
Charta,Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis.
3. Sejarah Hak Asasi Manusia

Tanggal 10 Desember 1948 adalah tonggak sejarah hak asasi manusia di dunia
dengan disahkannya Universal Declaration of Human Rights (UDHR). Sehingga
pemenuhan, perlindungan dan penghormatan mesti dijalankan oleh bangsa yang
beradab. Termasuk Indonesia yang sudah meratifikasi beberapa konvenan tentang
hak aasi manusia (HAM) mulai dari konvensi hak sipil politik, hak ekonomi sosial dan
budaya, dan yang lain. Oleh karena itu sudah sepatutnya Indonesia yang besar dan
multikultural menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Sejak disahkannya deklarasi universal hak asasi manusia ada beberapa hal yang
seharusnya menjadi tolok ukur penyelenggaraan negara khususnya pemerintahan
agar hak asasi manusia betul-betul hidup di tengah masyarakat. Yaitu perlindungan
dari negara terhadap warga negara dari gangguan pihak ketiga, pemenuhan
kebutuhan warga negara yang meliputi hak sosial, ekonomi, dan budaya dari
penghormatan terhadap hak-hak dasar warga negara untuk hidup aman, damai dan
tenteram. Hak asasi manusia menjadi perbincangan yang sangat hangat di
masyarakat di era modern sehingga seluruh lini kehidupan yang berhubungan
dengan tanggung jawab negara selalu dikorelasikan dengan hak asasi manusia. Hal
ini akibat sejarah umat manusia pada masa lampau yang penuh kekerasan dan
kekejaman penguasa.

Implementasi hak asasi manusia dewasa ini belum sampai pada substansi.
Seperti yang dikatakan oleh Alfridson, banyak persoalan hak asasi manusia
sekarang ini bukan lagi pada pengakuan hak tersebut, tetapi memiliki lebih banyak
untuk menyelesaikan masalah dalam implementasi hak itu sendiri seperti
pemenuhan dan perlindungan. Sehingga perlu tindakan lebih dari negara untuk
membumikan hak asasi manusia di Indonesia.

Indonesia sebagai negara demokrasi sudah selayaknya mengimplementasikan


hak asasi manusia dalam segala lini kehidupan bernegara dan tidak hanya sebatas
pengakuan dalam konstitusi sehingga cita-cita Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 yang disusun oleh founding fathers kita dapat tercapai dan bisa dirasakan oleh
segenap warga negara Indonesia. Penegakan hak asasi manusia harus tercermin
dari segala lini, baik itu di pemerintahan atau masyarakat. Pertama, dalam
pemerintahan penegakan hak asasi manusia paling tidak yang menjadi cerminan
adalah perlindungan dan pemenuhan penegakan hukum yang tidak boleh
membeda-bedakan warga negara di depan hukum, serta beberapa kebijakan yang
diambil oleh penyelenggara negara yang berwenang tidak boleh melanggar hak
warga negara. Kedua, penegakan hak asasi manusia dalam masyarakat
implementasinya adalah penghormatan terhadap sesama warga negara.
DAFTAR PUSTAKA

https://hukum.uma.ac.id/2020/09/17/apa-itu-hak-asasi-manusia/

https://www.sembilanbintang.co.id/perkembangan-ham-di-dunia-internasional-maupun-di-
indonesia/

https://law.uii.ac.id/blog/2020/05/21/membumikan-ham-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai