Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pe


ndidikan
kewargane garaan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pe
ndidikan
kewargane garaan
HAK ASASI MANUSIA DI ERA GLOBALISASI

Disusun oleh:
ABDILLAH FAHMI
NIM.859663208

PROGRAM S.1 PGSD UNIVERSTTAS TERBUKA


UPBJJ-UT BANDAR LAMPUNG
SEMESTER I 2023
PENDAHULUAN

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas
terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam
era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan
hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai
kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau
pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat
makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”.

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga,
dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama
antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.
PEMBAHASAN

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia
tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John Locke HAM adalah hak- hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Perlindungan hak asasi manusia tidak lagi dipandang sebagai isu nasional, tapi juga
lingkup global. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap ekspansi dan komitmen dalam
agenda-agenda global hak asasi manusia yaitu:

Pembentukan institusi global yang peduli terhadap perlindungan hak asasi manusia
Semakin diterimanya hak interdependen dan indivisibility, di mana pelanggaran hak asasi
dalam suatu negara akan berimplikasi terhadap orang di negara lain. Penekanan terhadap
penegakan demokrasi yang dianggap penting untuk mewujudkan perdamaian internasional
Pandangan bahwa kepedulian terhadap hak asasi manusia difasilitasi oleh perkembangan
ekonomi yang berbasis pasar. Efektivitas aktor nonnegara Konsep hak asasi manusia secara
signifikan semakin dikuatkan dengan kemunculan NGO multilateral yang peduli terhadap
penegakan hak asasi manusia. Contohnya adalah Amnesty International, Human Rights
Watch, dan institusi internasional yang berbasis pada hak asasi manusia seperti International
Criminal Court dan United States Commission on Human Right. Peran institusi dan NGO
dalam penegakan hak asasi manusia tidak dapat dipungkiri justru lebih signifikan
dibandingkan peran negara, misalnya Human Rights Watch (HRW). HRW adalah organisasi
hak asasi manusia nonpemerintahan yang nonprofit. HRW memiliki staf sebanyak lebih dari
275 di seluruh dunia yang mereka sebut sebagai defender yang memiliki keahlian di bidang
masing-masing seperti pengacara, jurnalis, akademisi dari berbagai studi dan kebangsaan.
HRW, yang didirikan pada tahun 1978, terkenal dengan penemuan fakta yang akurat, laporan
yang nonparsial, penggunaan efektif terhadap media, dan memiliki target advokasi. Setiap
tahunnya, HRW mempublikasikan lebih dari 100 laporan tentang kondisi hak asasi manusia
di berbagai negara. HRW mengadakan pertemuan dengan pemerintah negara yang
bersangkutan, PBB, kelompok regional seperti Uni Afrika atau Uni Eropa, institusi finansial,
dan perusahaan untuk menekan agar terjadi perubahan kebijakan yang membantu penegakan
hak asasi manusia dan keadilan di seluruh dunia.

Ruang lingkup HAM meliputi:

 Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;


 Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
 Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta
 Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu,
pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :

 HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
 HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
 HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

Hak Asasi Manusia (HAM) pada tataran Global


Sebelum konsep HAM diritifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai
HAM ,yaitu:

Ham menurut konsep Negara-negara Barat

 Ingin meninggalkan konsep Negara yang mutlak.


 Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas.
 Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
 Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan Negara.

HAM menurut konsep sosialis;

 Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat


 Hak asasi tidak ada sebelum Negara ada.
 Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.

HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika:

 Tidak boleh bertentangan ajaran agama sesuai dengan kodratnya.


 Masyarakat sebagai keluarga besar, artinya penghormatan utama terhadap kepala
keluarga
 Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan kewajiban sebagai
anggota masyarakat.

HAM menurut konsep PBB;

Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin oleh Elenor
Roosevelt (10 Desember 1948) dan secara resmi disebut “Universal Declaration
of Human Rights”. Di dalamnya menjelaskan tentang hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang dinikmati manusia di dunia yang
mendorong perhargaan terhadap hak-hak asasi manusia. Sejak tahun 1957 konsep
HAM tersebut dilengkapi dengan tiga perjanjian, yaitu

1) Hak ekonomi sosial dan budaya.


2) Perjanjian internasional tentang hak sipil dan politik .
3) Protokol opsional bagi perjanjian hak sipil dan politik internasional. Pada
Sidang Umum PBB tanggal 16 Desember 1966 ketiga dokumen tersebut
diterima dan diratifikasi.
Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang mempunyai:

 Hak untuk hidup


 Kemerdekaan dan keamanan badan
 Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum
 Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana
 Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara
 Hak untuk mendapat hak milik atas benda
 Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
 Hak untuk bebas memeluk agama
 Hak untuk mendapat pekerjaan
 Hak untuk berdagang
 Hak untuk mendapatkan pendidikan
 Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan masyarakat
 Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.

Pengaruh Globalisasi Terhadap HakAsasi Manusia Bidang Ekonomi, Sosial, Budaya


(HESB) Di Indonesia

Globalisasi merupakan sebuah keadaan sebagai konsekuensi dari transformasi global yang
menjadikan dunia dalam kondisi compresed serta terjadi intensifikasi kesadaran terhadap
dunia sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dampak yang paling jelas muncul kepermukaan
adalah pengaruh nilai liberalisasi yang begitu besar dalam muatan yang diatur melalui
ketentuan hukum perundang-undangan, bahkan sering kali globalisasi benentangan dengan
nilai-nilai Pancasila, padahal dalam konteks ke Indonesia bahwa hak asasi manusia bidang
ekonomi, sosial dan budaya harus mengacu dan merujuk pada Pancasila, faktanya hal ini
ditandai dengan memudarnya implementasi nilai- nilai Pancasila dalam penyelenggaraan
hukum (pembentukan, penemuan, dan penerapan hukum terkait hak asasi manusia bidang
ekonomi, sosial dan politik) (Endang Sutrisno, 2007:115).

Globalisasi merupakan kekuatan baru yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia,


bahkan nilai - nilai kemanusiaan dalam tradisi ketimuran (termasuk Indonesia) semakin
memudar, globalisasi membawa nilai -nilai liberalismemembuat nilai - nilai keilmuan bangsa
Indonesia merasa tak punya jati diri lagi, sebut saja beberapa penormaan hukum dalam bentuk
peraturan perundang-undangan bidang ekonomi yang tidak mengindahkan lagi nilai-nilai
Pancasila. Keberpihakan peraturan perundang-undangan pada nilai nilai liberalisme tersebut
dapat dipandang sebagai penyebab krisis multi dimensi, khususnya dalam pengembangan
teori dan ilmu hukum, krisis yang berkaitan dengan hukum adalah melemahnya sendisendi
nilai hukum budaya bangsa yang terkandung dalam Pancasila dan tentunya nilai - nilai
kearifan lokal.

Keadaan tersebut yang seharusnya dijadikan "cermin berbenah diri" penyelenggaraan


hukum, dan setidaknya upaya yang dilakukan dalam merespon perubahan/ pergeseran nilai,
sebab jika tidak dilakukan, maka hukum hanya sekedar "teks-teks mati" yang tidak dapat
diimplementasikan dengan baik, hal inijelas menjadi permasalahan bagi pembangunan
hukum ekonomi di Indonesia di era globalisasi. Dalam bahasaAmold Toynbee bahwa telah
terjadi ketimpangan sangat besar antara sains dan teknologi yang melaju sedemikian pesat
dengan kearifan moral bangsa yang sama sekali tidak berkembang atau kalau boleh dikatakan
justru malah mengalami kemunduran (Anthon F. Susanto, 2010: I). Globalisasi sebagaimana
yang dikemukakan oleh David C.Korten telah menyebabkan peran politis pemerintah
menjadi jauh berkurang, saat ini yang jauh lebih berkuasa adalah jaringan yang berpusat pada
ekonomi global, yang didominasi oleh perdagangan antar perusahaan dan hubungan antar
pribadi.

Pendapat David C. Korten tersebut ada benarnya mengingat industrialisasi teknologi


infonnasi semakin mencengkeram, dan kondisi sosial masyarakat mengalami pergeseran dari
komunalistik kearah individualistik, dimensi hak asasi manusia pun tak ubah sama telah
mengalami pergeseran, selain itu pemerintah pusat dan daerah mulai berpihak pada
globalisasi (investasi asing, perusahaan asing) dan mengacuhkan perlindungan,
penghormatan dan pemenuhan hak asasi manusia bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Seiring dengan itu peran pemerintah nasional dan daerah pun menjadi berubah dari semula
sebagai pelindung rakyat dan basis sumber daya manusia alam mereka dari ancaman
eksternal menjadi penjamin rakyat mereka harus dapat menikmati ragam pilihan yang luas
diantara berbagai barang dan jasa terbaik dan termurah dari seluruh dunia,
karenanyapemerintah yang temaku menjalani peran tradisionalnya sebagai penguasa tunggal
ekonomi dipandang akan menghambat investasi dan memiskinkan rakyatnya sendiri, inilah
gambaran mediated violence atau mediated crime (kekerasan atau kejahatan karena
dimediasi).
Bagi Indonesia, sangat tidak mungkin melawan arus globalisasi yang tengah
berlangsung secara akseleratif, hal ini disebabkan: 1) Indonesia berada dalam posisi
yang kurang menguntungkan yang disebabkan oleh lemahnya sumber daya manusia
dalam penguasaan teknologi dan buruknya birokrasi investasi; 2) pada saat bersamaan
setelah Indonesia meratifikasi WTO, maka peranan pemerintah dalam kehidupan
ekonomi semakin tereduksi secara sigifikan. Meski globalisasi, yang pada dasamya
merupakan proses perubahan yang sangat cepat di semua lini kehidupan dan munculnya
kompetisi yang sangat memperkuat diri, yakni pemerintah Indonesia harus dapat
membangun kekuatan internal yang dimilikinya.

PENUTUP

Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara
HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran
HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu
Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-
Undang pengadilan HAM.

Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang
lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Muladi, 2004, Hak Asasi Manusia (hakekat, konsep, dan implikasinya dalam perspekti hukum dan
masyarakat), Semarang : Refika Aditama.
Maidah Purwanti, Kewajiban dan Tanggung Jawab Negara dalam Pemenuhan Hak Asasi Manusia,
Isc.bphn.go.id diakses pada tanggal 3 Februari 2021

Endang Sutrisno, Bunga Rampai Hukum dan Globalisasi, Genta Press, Yogyakarta, 2007.
Anis Ibrahim, Merekontruksi Keilmuan ilmu Hukum Dan Hukum Milenium Ketiga, Intrans dan
STIH Lumajang, Malang, 2007.

Anthon F. Susanto, Hukum dari Consilience Menuju Paradigma Hukum Konstruktif-


Transgresif, Refika Aditama, Bandung, 2007.
David M.Trubek, et.all, Global Restructuring nad The Law: The Inter nationalization of Legal
Fields and the Creation ofTransnational Arenas, University of Wincosin, 1993.

Anda mungkin juga menyukai