Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................


A. Latar Belakang ........................................................................................................2
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2
BAB II PEMABAHASAN .....................................................................................................3
A. Pengertian Hak Asasi Manusia ...............................................................................3
B. Hak Asasi Manusia Menurut Konsep Barat............................................................5
C. Respon Masyarakat Dan Generasi Hak Asasi Manusia Internasional. ...................6
D. Perkembangan Pemikiran Hak Asasi Manusia Dunia. ...........................................7
E. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Dunia. ............................................................8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................10
A. Kesimpulan .............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HAK ASASI MANUSIA Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar atau hak
pokok yang manusia dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan yang maha esa.
Sedangkan menurut Meriam Budiardjo menegaskan bahwa hak asasi manusia sebagai hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan di bawanya bersamaan dengan kelahiran
atau kehadirannya di dalam masyarakat. Dalam Pasal 1 Undang-undang No. 39 Tahun
1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia ( HAM ) adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakekatnya dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan yang
Maha Esa, dan merupakan Anugerah-Nya yang wajib dihormati, di junjung tinggi dan di
lindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.”.
Hak Asasi Manusia Tinjauan Barat Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946,
disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk
sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk
komisi hak asasi manusia (commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan
januari 1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal
10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris
menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVERSAL
DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia tentang Hak – Hak
Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang
umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara
lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak
Asasi Manusia.
Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence- nya tanggal 4 Juli 1776,
suatu deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13 negara bagian,
merupakan pula piagam hak–hak asasi manusia karena mengandung pernyataan “Bahwa
sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua
manusia dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk
menikmati kebahagiaan.” Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan
Amerika sebagai negara yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia
dalam konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu
memulainya sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas jasa presiden Thomas Jefferson.
Presiden Amerika Serikat lainnya yang terkenal sebagai “pendekar” hak asasi manusia
adalah Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson dan Jimmy Carter.
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Hak Asasi Manusia ?
2) Hak Asasi Manusia Menurut Konsep Barat ?
3) Respon Masyarakat Dan Generasi Hak Asasi Manusia Internasional ?
4) Perkembangan Pemikiran Hak Asasi Manusia Dunia ?
5) Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Dunia ?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia ( HAM ) adalah hak dasar atau hak pokok yang dibawa manusia
sejak lahir sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa. Secara definitif,hak merupakan
unsur nominatif yang berfungsi sebagai pedoman berprilaku, melindungi kebebasan,
kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan
martabatnya.
Secara etimolgi hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman
perilaku , melindumgi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi
manusia dalam menjadi harkat dan martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat
paling mendasar yang dimiliki manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun
makhluk mengintervensinya apalagi mencabutnya.
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa
HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia.
Dalam Pasal 1 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
“Hak Asasi Manusia ( HAM ) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekatnya
dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa, dan merupakan
Anugerah-Nya yang wajib dihormati, di junjung tinggi dan di lindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Hak-hak asasi manusia dapat dibagi atau dibedakan menjadi:
1) Hak-hak asasi pribadi atau Personal Right yang meliputi kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.
2) Hak-hak asasi ekonomi atau Property Right, yaitu hak untuk memiliki sesuatu,
membeli dan menjualnya serta memanfaatkannya.
3) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hokum dan
pemerintahan atau yang biasa disebut Right of Legal Equality.
4) Hak-hak asasi politik atau Political Right, yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), dan
mendirikan partai politik.
5) Hak-hak asasi social dan kebudayan atau Social and Cultur Right, misalntya hak
untuk memilih Pendidikan dan mengembangkan kebudayaan.
6) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
atau Prosedural Right, misalnya pengaturan dalam hal penangkapan,
penggeledahan dan peradilan.
Ada tiga prinsip utama dalam pandangan normatif hak asasi manusia, yaitu berlaku
secara universal, bersifat non-diskriminasi dan imparsial.
➢ Prinsip keuniversalan ini dimaksudkan agar gagasan dan norma-norma HAM telah
diakui dan diharapkan dapat diberlakukan secara universal atau internasional.
Prinsip ini didasarkan atas keyakinan bahwa umat manusia berada
dimana-mana,disetiap bagian dunia baik di pusat-pusat kota maupun di pelosok
pelosok bumi yang terpencil. Berdasar hal itu ham tidak bisa didasarkan secara
partikular yang hanya diakui kedaerahahan dan diakui secara lokal.
➢ Prinsip kedua dalam norma HAM adalah sifatnya yang non-diskriminasi.
Prinsip ini bersumber dari pandangan bahwa semua manusia setara (all human
being are equal). Pandangan ini dipetik dari salah satu semboyan Revolusi Prancis,
yakni persamaan (egalite). Setiap orang harus diperlakukan setara. Seseorang tidak
boleh dibeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi latar belakang
kebudayaan sosial dan tradisi setiap manusia diwilayahnya berbeda-beda.
➢ Prinsip ketiga ialah imparsialitas.
Maksud dari prinsip ini penyelesaian sengketa tidak memihak pada suatu pihak atau
golongan tertentu dalam masyarakat. Umat manusia mempunyai beragam latar
belakang sosial aupun latar belakang kultur yang berbeda antara satu dengan
yang lain hal ini meupakan sebuah keniscayaan. Prinsip imparsial ini diimaksudkan
agar hukum tidak memihak pada suatu golongan.Prinsip ini juga dimaksudkan agar
pengadilan sebuah kasus diselesaikan secara adil atau tidak meihak pada salah satu
pihak. Pemihakan hanyalah pada norma-norma ham itu sendiri.

2. Hak Asasi Manusia Menurut Konsep Barat


Istilah hak asasi manusia baru muncul setelah Revolusi Perancis, dimana para tokoh
borjuis berkoalisi dengan tokoh-tokoh gereja untuk merampas hak-hak rakyat yang
telah mereka miliki sejak lahir.Akibat dari penindasan panjang yang dialami
masyarakat Eropa dari kedua kaum ini, muncullah perlawanan rakyat dan yang
akhirnya berhasil memaksa para raja mengakui aturan tentang hak asasi manusia.
Diantaranya adalah pengumuman hak asasi manusia dari Raja John kepada rakyat
Inggris tahun 1216.Di Amerika pengumuman dilakukan tahun 1773.Hak asasi ini lalu
diadopsi oleh tokoh-tokoh Revolusi Perancis dalam bentuk yang lebih jelas dan luas,
serta dideklarasikan pada 26 Agustus 1789.Kemudian deklarasi Internasional
mengenai hak-hak asasi manusia dikeluarkan pada Desember 1948.
Akan tetapi sebenarnya bagi masyarakat muslim, belum pernah mengalami
penindasan yang dialami Eropa, dimana sistem perundang-undangan Islam telah
menjamin hak-hak asasi bagi semua orang sesuai dengan aturan umum yang diberikan
oleh Allah kepada seluruh ummat manusia.
Dalam istilah modern, yang dimaksud dengan hak adalah wewenang yang diberikan
oleh undang-undang kepada seseorang atas sesuatu tertentu dan nilai tertentu. Dan
dalam wacana modern ini, hak asasi dibagi menjadi dua:
a) Hak asasi alamiah manusia sebagai manusia, yaitu menurut kelahirannya, seperti:
hak hidup, hak kebebasan pribadi dan hak bekerja.
b) Hak asasi yang diperoleh manusia sebagai bagian dari masyarakat sebagai anggota
keluarga dan sebagai individu masyarakat, seperti: hak memiliki, hak berumah-
tangga, hak mendapat keamanan, hak mendapat keadilan dan hak persamaan dalam
hak.
Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda mengenai hak asasi manusia menurut
pemikiran barat, diantaranya :
a) Pembagian hak menurut hak materiil yang termasuk di dalamnya; hak keamanan,
kehormatan dan pemilihan serta tempat tinggal, dan hak moril, yang termasuk di
dalamnya: hak beragama, hak sosial dan berserikat.
b) Pembagian hak menjadi tiga: hak kebebasan kehidupan pribadi, hak kebebasan
kehidupan rohani, dan hak kebebasan membentuk perkumpulan dan perserikatan.
c) Pembagian hak menjadi dua: kebebasan negatif yang memebentuk ikatan-ikatan
terhadap negara untuk kepentingan warga; kebebasan positif yang meliputi
pelayanan negara kepada warganya.
Dapat dimengerti bahwa pembagian-pembagian ini hanya melihat dari sisi larangan
negara menyentuh hak-hak ini.Sebab hak asasi dalam pandangan barat tidak dengan
sendirinya mengharuskan negara memberi jaminan keamanan atau pendidikan, dan lain
sebagainya.Akan tetapi untuk membendung pengaruh Sosialisme dan Komunisme,
partai-partai politik di Barat mendesak agar negara ikut campur-tangan dalam memberi
jaminan hak-hak asasi seperti untuk bekerja dan jaminan sosial.

3. Respon Masyarakat Dan Generasi Hak Asasi Manusia Internasional


Dari Selatan Afrika ke Uni Soviet hingga ke Amerika Latin dan tempat-tempat lain
di dunia, suatu arus perubahan global telah meninggalkan otokrasi politik. Sejak 1989,
sejumlah besar negara di pelbagai belahan dunia telah melaksanakan reformasi dan
bergerak ke arah kategori kemunculan kembali demokrasi serta memproklamirkan
dukungan terhadap HAM internasional. Pada tahun 1989 misalnya, Komite Helsinki di
Polandia telah mengumumkan bahwa isu-isu yang berkaitan dengan ideologi akan
dikeluarkan dari kurikulum sekolah, dan digantikan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Universal Declaration of Human Rights. Tiga puluh lima negara yang
menandatangani Persetujuan Helsinki pada tahun 1975 itu telah menyatakan niat
mereka agar pada dekade terakhir dari abad ke-20, sekolah-sekolah dan institusi
pendidikan didorong untuk mempertimbangkan penyebarluasan nilai-nilai HAM dan
kebebasan-kebebasan fundamental dalam kurikulumnya (Arinanto, 2003: 2).
Selain itu, Deklarasi Universal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang HAM,
Deklarasi Amerika di Bogota tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban (1948),
Konvensi Hak-hak Asasi Manusia Eropa (1961), dua perjanjian internasional tahun
1966 (satu tentang hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya; yang lain tentang hak-hak
sipil dan politik), Konferensi Helsinki (1975), Resolusi UNESCO (1975) mengenai
sirkulasi informasi dan gagasan-gagasan internasional, semua teks ini
memproklamasikan kemenangan internasionalisasi pandangan yang dijabarkan di
Barat sepanjang dasawarsa itu (Vatin, 1995: 115).
Arinanto (2003: 4-5) dengan merujuk berbagai sumber mencatat bahwa di tingkat
internasional, regional, dan domestik, semenjak pendirian PBB, kuatnya penghormatan
terhadap HAM juga ditandai dengan ditetapkannya berbagai instrumen HAM yang
antara lain terdiri dari: Pertama, pada tingkat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
terdapat: Charter of the United Nations 1945, Universal Declaration of Human Rights
1948, Convention Relating to the Status of Refugees 1954, International Covenant on
the Elimination of all Forms of Racial Discrimina- tion (CERD) 1965, International
Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR) 1966, Convention on
the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) 1979,
Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or
Punishment (CAT) 1984, Convention on the Rights of the Child (CRD) 1990, Vienna
Declaration and Programme of Action (1993). Kedua,pada tingkat regional terdapat:
European Convention on Human Rights (ECHR) 1952, American Convention on
Human Rights 1969, African (Banjul) Charter on Human and Peopleís Rights 1981,
Cairo Declaration on Human Rights in Islam 1990, ëBangkok Declarationí 1993,
Asian Human Rights Charter 1997. Ketiga, pada tingkat domestik: Declaration of the
Rights of Man and Citizen (Declaration des droits de líhomme et du citoyen) 1789 di
Perancis, Bill of Rights 1791 di Amerika, Charter of Rights and Fundamental
Freedoms 1982 di Kanada, Bill of Rights 1996 di Afrika Selatan, Human Rights Act
1998 di Inggris, dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia di Indonesia.
Muatan dan penerapan HAM internasional, sebagaimana tradisi normatif lainnya,
tradisi HAM tidak bisa disangkal adalah produk dari masanya dan dinamis sesuai
proses sejarah. Ahli hukum Prancis, Karel Vasak diilhami Revolusi Prancis, seperti
dikutip Arinanto (2003: 78-80), membagi HAM dalam tiga generasi.
Generasi Pertama, generasi yang tergolong dalam hak-hak sipil dan politik,
terutama yang berasal dari teori-teori kaum reformis pada awal abad ke-17 dan ke-18,
yang berkaitan dengan revolusi-revolusi Inggris, Amerika, dan Perancis. Dipengaruhi
filsafat politik individualisme liberal dan doktrin sosio ekonomi laissez-faire. Generasi
ini meletakkan HAM lebih pada terminologi yang negatif (ìbebas dariî) daripada
terminologi yang positif (ìhak dariî). Lebih menghargai ketiadaan intervensi
pemerintah dalam pencarian martabat manusia. Termasuk dalam kelompok ini adalah
hak-hak sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 2-21 Universal Declaration of Human
Rights yang telah diadopsi dalam konstitusi lebih dari 175 negara. Mayoritas deklarasi
internasional dan kovenan-kovenan yang ditetapkan sejak Perang Dunia II dipandang
sebagai kemenangan individualisme Hobbes dan Locke terhadap statisme Hegel.
Generasi Kedua, generasi yang tergolong dalam hak-hak ekonomi, sosial, dan
budaya, yang berakar secara utama pada tradisi yang membayang-bayangi di antara
Saint-Simonians pada awal abad ke-19 di Perancis dan secara beragam diperkenalkan
melalui perjuangan revolusioner dan gerakan-gerakan kesejahteraan setelah itu. Dalam
bagian yang luas, ia merupakan respon terhadap pelanggaran-pelanggaran dan
penyelewengan-penyelewengan dari perkembangan kapitalis dan menggaris
bawahinya; tanpa kritik yang esensial, konsepsi kebebasan individual yang
mentoleransi bahkan melegitimasi eksploitasi kelas pekerja dan masyarakat kolonial.
Generasi Ketiga, generasi yang mencakup hak-hak solidaritas (solidarity rights)
yang merupakan rekonseptualisasi dari kedua generasi HAM sebelumnya. Ia dapat
dipahami sebagai suatu produkósekalipun sebagian masih dalam proses
pembentukanódari kebangkitan dan kejatuhan negara-bangsa dalam paruh kedua dari
abad ke-20. Tercantum dalam Pasal 28 Universal Declaration of Human Rights, yang
tampak mencakup enam hak sekaligus. Tiga dari mereka merefleksikan bangkitnya
nasionalisme Dunia Ketiga dan keinginannya untuk mendistribusikan kembali
kekuatan, kekayaan, dan nilai-nilai lain yang penting. Lahirnya generasi ketiga, dalam
sekup yang luas, sekaligus menandai kritik terhadap ide dan penerapan HAM itu
sendiri. Kritik terhadap PBB, kritik terhadap dominasi Barat yang terutama berkaitan
dengan penyelewengan HAM (Arinanto, 2003: 78-80).
4. Perkembangan Pemikiran Hak Asasi Manusia Dunia
a) Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan
Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan
bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum,
tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi
kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum
(Mansyur Effendi,1994).
b) The American declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American
Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu.
Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya,
sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.
c) The French declaration
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi
Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam
The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan
yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-
orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak
bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang
menyatakan ia bersalah.
d) The Four Freedom
Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan
memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak
kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat
kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari
ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun
bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap
Negara lain ( Mansyur Effendi,1994).
5. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di Dunia
1.Rezim Benito Mussolini di Italia
Rezim otoriter pernah berkuasa di Italia sejak 1924. Aktor utamanya adalah
Benito Mussolini, pemimpin faham fasisme di Italia. Mussolini memerintah di Italia
dalam periode 1924-1943.Selama 19 tahun dalam masa pemerintahannya, ia dikenal
sebagai seorang pemimpin otoriter dan tidak segan membunuh orang-orang yang
tidak sepaham dengannya. Kekejaman Mussolini ini berlaku kepada siapa pun tanpa
pandang bulu.
2.Rezim Adolf Hitler di Jerman
Adolf Hitler dianggap sebagai salah satu pemimpin terkejam yang pernah ada di bumi.
Hitler yang merupakan pimpinan Nazi di Jerman pada medio 1930-an terlibat dalam
salah satu contoh pelanggaran HAM berat. Ia melakukan banyak kejahatan
kemanusiaan, seperti menangkap tokoh-tokoh politik yang menentangnya dan
melakukan pembasmian pada orang-orang Yahudi. Hitler dikenal sebagai anti-Yahudi.
3.Konflik Israel dan Palestina
Sengketa Israel dan Palestina menjadi salah satu konflik berkepanjangan. Hal ini
bermula ketika Israel memperluas wilayahnya dengan menguasai sebagian besar
wilayah Palestina. Dengan bantuan Amerika Serikat, Israel beberapa kali melancarkan
serangan ke wilayah Palestina. Ratusan ribu warga Palestina, termasuk anak-anak,
wanita bahkan relawan dari negara lain menjadi korban akibat konflik ini. Dunia pun
mengutuk tindakan Israel tersebut meski masih berlanjut hingga saat ini.tindakan
sewenang-wenang Israel.
4.Perang Sipil di Bosnia
Perang sipil antara Bosnia dengan Serbia terjadi di periode 1992-1995 setelah pecahnya
negara Yugoslavia. Dalam perang itu, terjadi pembunuhan massal terhadap sekitar 800
warga muslim Bosnia yang bermukim di Kota Srebenica yang didominasi warga
muslim Bosnia. Hal ini sempat menimbulkan reaksi keras banyak negara. Kasus ini
menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM berat. Bahkan dua orang yang berperan
besar di perang ini yakni Slobodan Milosevic, Radovan Karadzic, dan Ratko Mladic
sudah diseret ke pengadilan HAM dunia di Belanda.
5.Kasus Apartheid di Afrika Selatan
Kasus HAM khusus apartheid (perbedaan ras dan warna kulit) terjadi sekitar tahun
1960, ketika rezim apartheid yang didominasi orang-orang kulit putih berhasil
menguasai pemerintahan di Afrika Selatan.Mereka kemudian melakukan kebijakan-
kebijakan yang merugikan warga kulit hitam, hingga menimbulkan banyak korban
jiwa.
6.Kekerasan Etnis Rohingya Myanmar
Situs Myanmar Times pada Maret 2018 mempublikasi pernyataan Dewan HAM PBB
yang menyebut adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat keamanan
Myanmar. Tudingan itu berdasarkan bukti temuan sejumlah kuburan masal pada
Februari 2018, tindak perkosaan terhadap perempuan etnis Rohingya, pembakaran
rumah-rumah penduduk dan pencabutan hak-hak dasar etnis Rohingya seperti
disaksikan oleh sejumlah Komisi Penasehat pada 2017.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
HAK ASASI MANUSIA Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang
manusia dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan yang maha esa. Sedangkan
menurut Meriam Budiardjo menegaskan bahwa hak asasi manusia sebagai hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan di bawanya bersamaan dengan kelahiran
atau kehadirannya di dalam masyarakat. Dalam Pasal 1 Undang-undang No. PBB
membentuk komisi hak asasi manusia . Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di
bawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember
1948 Sidang Umum PBB yang diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik
hasil kerja panitia tersebut. Dari 58 Negara yang terwakil dalam sidang umum
tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2 negara lainnya
absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi
Manusia.

Anda mungkin juga menyukai