Anda di halaman 1dari 1

A.

Latar Belakang
Konsep Konstitusi di indonesia
UUD adalah hukum dasar yang menjadi pedoman penyelenggaraan negara. Penting bahwa
negara memiliki konstitusi sebagai dasar hukum untuk mengatur negara. Oleh karena itu,
penyusunan UUD harus merupakan hasil masyarakat yang hidup bermasyarakat, berdasarkan nilai
dan standar berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, menyusun konstitusi menjadi tugas
mendasar suatu negara untuk mendefinisikan sistem hukumnya.
Di Indonesia, konstitusi adalah konstitusi tertulis, yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 atau biasa dikenal dengan UUD 1945. UUD 1945 pertama kali
disahkan sebagai konstitusi Negara Indonesia pada Sidang Panitia Persiapan Bahasa Indonesia.
Kemerdekaan yaitu tanggal 18 Agustus 1945. Undang-Undang Dasar Nomor 12 Tahun 2011 Pasal
3 (1) menetapkan status UUD sebagai UUD. Namun empat amandemen pertama dilakukan
terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (1945) pada masa pemerintahannya,
yaitu Amandemen Pertama tahun 1999, Amandemen Kedua tahun 2000, Amandemen Ketiga tahun
2001 dan Amandemen Keempat tahun 2002. Yang terjadi , adalah konsekuensi dari pergolakan
politik pada masanya.
Namun, amandemen konstitusi tetap bertujuan untuk memperkuat konstitusi dan bukan
sebaliknya. Konstitusi ini (pasca reformasi) dapat disebut konstitusi politik, konstitusi ekonomi dan
sekaligus konstitusi sosial, yang mencerminkan cita-cita kolektif bangsa baik dalam tataran politik,
ekonomi, dan sosial budaya, sekaligus menaikkan taraf ekonomi nasional.
Perubahan konstitusi memang dilakukan di Indonesia. Namun demikian, tidak berarti bahwa
perubahan yang dilakukan telah mengatasi semua masalah konstitusional dan tidak menimbulkan
masalah baru. Setelah amandemen (1945) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,
muncul beberapa masalah ketatanegaraan. Perubahan tersebut melahirkan beberapa lembaga
negara baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, antara lain Mahkamah Konstitusi (MK) dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD). Mahkamah Konstitusi memiliki salah satu
kewenangannya, meninjau undang-undang inkonstitusional, yang pada masa pemerintahan Orde
Baru tidak ada badan yang berwenang untuk itu. Di sisi lain, amandemen konstitusi juga
menyebabkan pemeriksaan peraturan perundang-undangan dibagi menjadi dua bagian.
Ketika reformasi konstitusi tahun 1999 (UUD 1945) berlangsung, beberapa kesepakatan
mendasar dibuat untuk mengubah UUD 1945, termasuk penguatan sistem presidensial. Namun
kenyataannya, MPR tidak konsisten mengikuti kesepakatan tersebut. Dekonstruksi
presidensialisme yang signifikan pada Perubahan Pertama 1945 (1999), kemudian penguatan
kelembagaan DPR pada Perubahan Kedua (2000) bukannya membangun perimbangan kekuasaan
antara presiden dan DPR. Menciptakan sistem presidensial yang ambigu yang akan ditetapkan
melalui amandemen pada tahun 1945. Kesan “parlemen” lebih kuat.
Berdasarkan dinamika yang terjadi di Indonesia saat ini, banyak pihak memandang perlunya
reformasi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karena di berbagai bidang ketatanegaraan
diperlukan penguatan. Penguatan sistem presidensial, penguatan lembaga perwakilan, penguatan
otonomi daerah, calon presiden perseorangan, seleksi pemilu nasional dan lokal, Forum
Previlegatum, optimalisasi peran Mahkamah Konstitusi, penambahan pasal HAM, pemekaran
Negara Bab komisi dan penajaman bab Pendidikan dan Ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai