Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada suatu negara di dunia pasti mempunyai konstitusi, karena konstitusi merupakan
salah satu syarat penting untuk mendirikan dan membangun suatu negara yang merdeka. Oleh
karena itu, begitu pentingnya konstitusi dalam suatu negara. Konstitusi merupakan suatu
kerangka kehidupan politik yang sesungguhnya telah dibangun pertama kali sejak peradaban
dunia dimulai, karena hampir semua negara menghendaki kehidupan bernegara yang
konstitusional, adapun ciri-ciri pemerintahan yang konstitusional di antaranya memperluas
partisipasi politik, memberi kekuasaan legislatif pada rakyat, menolak pemerintahan otoriter dan
sebagainya.

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia merupakan hukum tertinggi yang
ditetapkan secara konstitusional, sedangkan hukum itu merupakan produk politik, karena dalam
kenyataannya setiap produk hukum merupakan produk politik, sehingga hukum dapat dilihat
sebagai kristalisasi dari pemikiran politik yang saling interaksi di kalangan politisi (M. Agus
Santoso, 2009: 9). Sedangkan politik itu kental dengan kepentingan, oleh karena itu tidak
mustahil karena kepentingan itulah kemudian dapat merubah produk hukum juga, demikian
halnya terhadap konstitusi di Indonesia yang selalu berubah dan mengikuti perkembangan
politik. Sejak Proklamsai Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dan diikuti
pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi pada tanggal 18 Agustus 1945, hingga kini UUD 1945
sebagai konstitusi telah mengalami perkembangan dan perubahan-perubahan, hal itu disebabkan
karena perkembangan politik demokrasi yang selalu berkembang dan berubah-ubah pula.
Kepentingan yang berubah-ubah juga menjadi sebab berubahnya konstitusi. Namun, semuanya
pasti mempunyai tujuan yang sama, yaitu menuju hukum yang dicita-citakan (ius
constituendum). Perkembangan konstitusi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem politik
pada waktu tertentu, pada mulanya UUD 1945 dijadikan konstitusi. Namun, sempat tidak
diberlakukan pada pemerintahan Republik Indonesia Serikat dan masa sistem pemerintahan
parlementer, akhirnya UUD 1945 sebagai konstitusi di Indonesia diberlakukan kembali hingga
kini dan telah mengalami sejumlah perubahan.

Undang-Undang Dasar 1945 memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan
ketatanegaraan di Indonesia. Peranannya dapat dilihat dari kandungan yang terdapat di
dalamnya. UUD 1945 mengandung cita-cita dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tertuang
dalam pembukaan UUD 1945 dan diikat oleh pasal dan ayat yang dijelaskan di dalam batang
tubuh UUD 1945.
Dalam perkembangannya, batang tubuh UUD 1945 telah diamandemen sebanyak empat
kali. Amandemen yang dilakukan bertujuan untuk memperjelas hukum-hukum yang terkandung
di dalamnya, atau untuk membentuk suatu hukum yang belum dijelaskan, demi penyempurnaan
UUD 1945. Dengan dilakukannya amandemen UUD 1945 diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan hukum dalam pelaksanaan ketatanegaraan. Sehingga, tidak ada celah untuk
melakukan pelanggaran terhadapnya.
Pemikiran untuk melaksanakan amandemen didasarkan pada kenyataan yang terjadi
selama masa pemerintahan orde lama dan baru, sehingga kehidupan ketatanegaraan berjalan

1
secara sentralisasi kekuasaan sepenuhnya di tangan presiden. Karena latar belakang inilah,
UUD 1945 menjadi suatu peraturan dasar yang tidak dapat diganggu gugat.
Amandemen UUD 1945 dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999,
amandemen pertama dilaksanakan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap 9
Pasal UUD 1945. Selanjutnya amandemen kedua dilaksanakan pada tahun 2000, amandemen
ketiga dilaksanakan pada tahun 2001, dan amandemen terakhir dilaksanakan pada tahun 2002
dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
Amandemen UUD 1945 mengawali kehidupaan ketatanegaraan baru bagi rakyat
Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan kehidupan rakyat. Di samping itu, sebagai
warga negara, kita hendaknya memahami UUD 1945. Sehingga, kita dapat menjalankan fungsi
kita sebagai seorang intelek yang dapat mengkritik jalannya pemerintahan. Untuk itu, tulisan ini
akan mengupas perkembangan konstitusi di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai terjadinya
reformasi konstitusi pasca pemerintahan Orde Baru, serta kajian tentang hasil amandemen UUD
1945.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Perumusan dan Penetapan Undan-Undang Dasar 1945?
2. Apa Pengertian dari Undang-Undang Dasar 1945?
3. Bagaimana Fungsi Undang-Undang Dasar 1945?
4. Bagaimana Perubahan Undang-Undang Dasar 1945?
5. Bagaimana Tujuan Perubahan Undang-Undang Dasar 1945?

1.3. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Undang-Undang Dasar 1945


Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, tentu saja Indonesia memiliki suatu
konstitusi yang dikenal di Indonesia dengan Undang-Undang Dasar 1945. Eksistensi
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang
sangat panjang hingga akhirnya diterima oleh seluruh rakyat sebagai landasan hukum
bagi pelaksanaan kenegaraan Indonesia.
Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni 1945
oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
dalam Bahasa Jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang beranggotakan
21 orang. Diketuai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua dengan 19
2
orang anggota yang terdiri dari sebelas orang wakil dari Jawa, tigas orang dari Sumatera,
dan masing-masing satu wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda Kecil.
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi
bagi Indonesia Merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 1945). Para tokoh perumus itu antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki
Bagus Hadikoesoemo, Otto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs
Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatera), Mr. Abdul Abdul Abbas (Sumatera),
Dr. Ratulangi, Andi Pangerang, Mr. Latuharhari, Mr. Pudja, AH. Hamidan, R.P. Soeroso,
Abdul Wachid Hasyim, dan Mr. Muhammad Hasan.
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji Jepang
untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Setelah
kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi nampaknya tidak bisa
ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan. Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi
sebuah negara yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar
kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya
yang pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannnya diambil dari
rancangan undang-undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni
1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya diambil
dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni 1945.
3. Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir.Soekarno sebagai presiden dan
wakil ketua Drs.Muhammad Hatta sebagai wakil presiden. Pekerjaan presiden untuk
sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang
menjadi komite nasional.
Pada tanggal 22 Juni 1945, disahkan Piagam Jakarta yang menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945 setelah dihilangkannya anak kalimat dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Naskah rancangan UUD 1945
Indonesia disusun pada masa sidang kedua Badan Penyelidik Usaaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Masa sidang kedua tanggal 10-17 Juli 1945,

3
sedangkan tanggal 18 Agustus PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia.

2.2. Pengertian Undang-Undang Dasar 1945


Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, tentu saja Indonesia memiliki suatu
konstitusi yang dikenal di Indonesia dengan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau disingkat dengan UUD 1945
adalah hukum dasar tertulis, dan juga konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia
saat ini. Undang-Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar lembaga negara yang mengikat
pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap
penduduk yang berada di wilayah begara Republik Indonesia.
Istilah dalam Bahasa Inggris “constitution” atau dalam Bahasa Belanda
“constitutie“ secara harafiah sering diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia Undang-
Undang Dasar. Permasalahannya, penggunaan istilah Undang-Undang Dasar adalah,
bahwa kita langsung membayangkan sesuatu naskah tertulis. Padahal istilah ‘constitution’
bagi banyak sarjana Ilmu Politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan
peraturan–peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara
mengikat cara-cara bagimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat. Ada beberapa teori yang perlu diketahui sebelum masuk ke dalam
pembahasan proses perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yakni
dalam bukunya yang berjudul Politica, Aristoteles mengatakan: “Konstitusi merupakan
penyusunan jabatan dalam suatu negara dan menentukan apa yang dimaksud dengan
badan pemerintahan, dan apa akhir dari setiap masyarakat, konstitusi merupakan aturan-
aturan dan penguasa harus mengatur negara menurut aturan-aturan tersebut.” Konstitusi
sendiri pada prakteknya kerap kali disamakan dengan istilah-istilah seperti Undang-
Undang Dasar, aturan dasar, atau hukum dasar. Ternyata, konstitusi dalam Bahasa
Indonesia berasal dari kata ‘constitutio’ (Bahasa Inggris), ‘constitutie’ (Bahasa Belanda),
‘constitutionel’ (Bahasa Perancis), ‘verfassung’ (Bahasa Jerman), ‘constitution’ Bahasa
Latin), ‘fundamental laws’ (Amerika Serikat).
Perkataan “Konstitusi” berarti “pembentukan” berasal dari kata kerja “constituer”
(Bahasa Perancis) yang berarti “membentuk”. Sedangkan, istilah UUD adalah terjemahan

4
dari Bahasa Belanda ‘grondwet’. Dalam kepustakaan Belanda, selain grondwet juga
digunakan istilah constitutie. Kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama.
Ditinjau dari segi kekuasaan, maka Undang-Undang Dasar dapat dipandang sebagai
lembaga atau kumpulan asas-asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan itu dibagi
antara beberapa lembaga kenegaraan. Mengacu pada konsep Trias Politika, kekuasaan
dibagi antara badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Undang-Undang Dasar
menentukan bagaimana pusat-pusat kekuasaan itu bekerja sama dan menyesuaikan diri
satu sama lain; Undang-Undang Dasar merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam
suatu negara.

2.3. Fungsi UUD 1945


Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang mengikat
pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap
Warga Negara Indonesia di manapun mereka berada dan juga mengikat setiap penduduk
yang berada di wilayah negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. UUD 1945
bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar tertulis. Sebagai
hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan demikian, setiap
hukum seperti Undang-Undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber
pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya bersumber pada aturan perundang-
undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD
1945, dan pedomannya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara.
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hirarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan
yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat
kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih
rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi. UUD juga berperan
sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain

5
itu, UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu hak dan kewajiban negara, aparat negara,
dan warga negara.
Konstitusi memegang peran yang sangat penting dikarenakan dapat
menjadikan suatu negara itu mencapai tujuan yang diinginkan atau diharapkan,
dan dapat mengatur secara mengikat cara suatu pemerintahan yang diselenggarakan
dalam suatu negara. Tanpa konstitusi negara akan hancur atau
tidak berkembang dengan baik. Dalam sebuah konstitusi, tercakup pandangan hidup atau
motivasi dari A.
Hamid. S. Attamimi yang menyatakan, bahwa konstitusi sebagai pemberi
pegangan dan pemberi batas dan sekaligus pegangan dalam mengatur bagaimana
kekuasaan negara itu akan dijalankan. Selain itu, Bagir Manan juga menyatakan, bahwa
hakikat konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusi atau
konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan pemerintahan di satu pihak dan
jaminan terhadap hak-hak warga negara maupun penduduk di setiap pihak lain.
Konstitusi dikatakan sangatlah penting sebab mempunyai dua fungsi utama
sebagai berikut.
a. Membagi kekuasaan dalam negara.
b. Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara.
Dan ada tiga hal yang dapat diatur oleh konstitusi, yaitu:
a. Jaminan HAM bagi seluruh warga negara dan penduduknya.
b. Sistem ketatanegaraan yang mendasar.
c. Kedudukan, tugas, dan wewenang lembaga-lembaga negara.
Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu negara, tanpa konstitusi negara
tidak mungkin terbentuk. Dengan demikian, konstitusi menempati posisi yang
sangat vital dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Sehingga, dalam
hierarki perundang-undangan konstitusi menempati urutan teratas (gundnorm)
dalam segitiga atau lebih dikenal dengan teori Stufenbau des Recht. Konsekuensi logis
dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin terbentuk, maka konstitusi
menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara.
Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam desertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu

6
konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah sebagai pemberi pegangan dan pemberi
batas, sekaligus
tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
2.4. Perubahan UUD 1945
Undang-Undang Dasar 1945 memiliki kedudukan yang tetap, dan melekat bagi
negara Republik Indonesia. Oleh sebab itu, pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah
oleh siapa pun, termasuk DPR dan MPR sesuai dengan sifat konstitusinya Pasal 3 dan
Pasal 37 UUD 1945 berarti meniadakan negara Republik Indonesia. Hal ini disebabkan
Pembukaan UUD 1945 merupakan:
1. Sumber dari motivasi dan inspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia.
2. Sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan dalam
lingkungan Internasional dan nasional.
Pada tahun 1999-2002 UUD 1945 mengalami perubahan amandemen
yang keempat, perubahan dalam bentuk amandemen, yaitu penambahan dan
pengurangan beberapa hal yang selama ini belum dimuat dalam UUD 1945,
perubahan difokuskan pada batang tubuh UUD 1945 dan bukan pada
pembukaan UUD 1945. Maka dari itu, UUD 1945 sudah tidak bisa lagi
diubah, jikalau ada suatu permasalahan yang berkembang sesuai perubahan
zaman, jalan satu-satunya ialah revisi UUD 1945.
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD
1945, yakni:
1. Pada masa Orde Baru kekuasaan tertinggi di tangan MPR dan bukan terletak
pada rakyat.
2. Kekuasaan yang sangat besar pada Presiden.
3. Adanya pasal-pasal yang terlalu luwes (dapat menimbulkan multitafsir).
Tujuan perubahan UUD 1945 sebagai penyempurnaan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, Hak Asasi Manusia, pembagian kekuasaan,
eksistensi negara demokrasi, dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai
dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Pada saat UUD 1945
diamandemen dengan kesepakatan di antaranya tidak mengubah pembukaan

7
UUD 1945, akan tetapi mempertahankan susunan kenegaraan kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial. Berikut
amandemen UUD 1945 yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang
Tahunan MPR:
• Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 (Amandemen
Pertama UUD 1945)
• Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 (Amandemen
Kedua UUD 1945)
• Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001
(Amandemen Ketiga UUD 1945)
• Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 (Amandemen
Keempat UUD 1945).

Selain, itu ada beberapa yang menjadi tujuan bangsa Indonesia


mengubah Amandemen UUD 1945, yakni:

• Untuk mengembalikan UUD 1945 berderajat tinggi dan menjiwai


konstitusionalisme serta negara berdasarkan atas hukum dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Menyempurnakan UUD 1945.
• Menciptakan era baru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
lebih berkeadilan sosial, dan lebih berkemanusiaan sesuai dengan
komitmen bangsa Indonesia.

Di samping itu amandemen UUD 1945 memiliki alasan yang


diharuskan, yaitu:

• Secara Historis
Pada mulanys UUD 1945 disusun oleh BPUPKI dan PPKI sebagai
undang-undang yang bersifat sementara karena dibuat dan ditetapkan
dalam keadaan dan suasan tergesa-gesa, sehingga dianggap tidak
lengkap.

8
• Secara Fisolofis
Materi-materi yang terdapat di dalam UUD 1945 tercampur aduk dari
berbagai gagasan yang kadang-kadang saling bertentangan. Hal ini
disebabkan para pembuat UUD 1945 (anggota BPUPKI dan PPKI)
berasal dari latar belakang macam gagasan yang berbeda pula dan
mengakibatkan timbulnya berbagai perbedaan.
• Secara Teoritis
Secara konstitusionalisme, kebebasan konstitusi suatu negara pada
hakikatnya ialah membatasi kekuasaan negara agar tidak sewenang-
wenang, tetapi di dalam UUD 1945 kurang menonjolkan pembatasan
kekuasaan melainkan lebih menonjolkan prinsip totaliterisme.
• Secara Yuridis
Sebagaimana lazimnya setiap konstitusi, maka UUD 1945 juga telah
mencantumkan klausul perubahan UUD 1945 itu sendiri seperti yang
terdapat dalam Pasal 37.
• Secara Praktis Politis
Bahwa sadar atau tidak sadar, langsung atau tidak langsung, dalam praktiknya
UUD 1945 sering mengalami perubahan dan
penyimpangan dari teks aslinya. Baik pada masa 1945-1949 dan
19591998. Bahkan praktik politik sejak 1959-1994 UUD 1945 yang
kurang membatasi kekuasaan eksekutif dan pasal-pasalnya yang bisa
menimbulkan multi-interpretasi yang telah dimanipulasi oleh
pemerintah yang ingin berkuasa.
2.5. Tujuan Amandemen UUD 1945
1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap
dan mencapai tujuan nasional, serta menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan
dan pelaksanaan kekuatan rakyat.
2. Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai
dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara
hukum.

9
4. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting bagi
eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi.
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai
dengan perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan negara Indonesia,
sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setiap warga berhak mendapatkan hak-hak asasinya yang meliputi hak asasi pribadi, hak
asasi ekonomi, hak asasi politik, hak asasi sosial dan kebudayaan, hak asasi
mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan,
serta hak asasi terhadap perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum.
Keseluruhan Hak Asasi Manusia tercantum di dalam UUD 1945. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dalam Proses sejarah, telah
melalui 4 tahapan perubahan, yakni: Undang-Undang Dasar 1945 (Periode 18 Agustus
1945 – 27 Desember 1949); Undang-Undang Dasar RIS (Periode 27 Desember 1949 –
17 Agustus 1950); Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (Periode 17 Agustus 1950 –
5 Juli 1959); Kembali ke UUD 1945 (Periode 5 Juli 1959 – sekarang). Mengamandemen
konstitusi (Undang-Undang Dasar) jelas bukan urusan sederhana. Sebab, Undang-
Undang Dasar merupakan desain utama negara untuk mengatur berbagai hal
fundamental dan strategis, dari soal struktur kekuasaan dan hubungan antar kekuasaan
organ negara sampai hak asasi manusia. Sistem ketatanegaraan dalam UUD akan
menentukan nasib bangsa dan negara. Proses amandemen UUD 1945 terjadi secara
bertahap selama empat kali, yaitu tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001 dan tahun 2002.

3.2. Saran
Majelis Permusyawaratan Rakyat perlu melakukan amandemen UUD negara Republik
Indonesia 1945 untuk mempertegas kembali lembaga mana yang berwenang menguji
Perppu agar dapat segera terselesaikan demi menjamin kepastian hukum.

10
Daftar Pustaka

Ghaffar, Abdul. 2009. Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD
1945. Jakarta: Kencana.

Maulana, Arafat Lubis. 2019. Pembelajaran PPKN MI/SD. Bandung: Manggu Makmur Tanjung
Lestari.

Feri, Amsari. 2013. Perubahan UUD 1945. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

11
Sejarah

12

Anda mungkin juga menyukai