Anda di halaman 1dari 2

Nama : Moh Gilang Perdana Choiri

Nim : 220413604589
Off : D 18

Resume Perkembangan Konstitusi di Indonesia


Pada suatu negara di dunia pasti mempunyai konstitusi, karena konstitusi merupakan
salah satu syarat penting untuk mendirikan dan membangun suatu negara yang merdeka, oleh
karenanya begitu pentingnya konstitusi itu dalam suatu negara. Konstitusi merupakan suatu
kerangka kehidupan politik yang sesungguhnya telah dibangun pertama kali peradaban dunia
dimulai, karena hampir semua negara menghendaki kehidupan bernegara yang konstitusional,
adapun ciri-ciri pemerintahan yang konstitusional diantaranya memperluas partisipasi politik,
memberi kekuasaan legislatif pada rakyat, menolak pemerintahan otoriter dan sebagainya
(Adnan Buyung Nasution, 1995 : 16). Indonesia sebagai negara yang merdeka tentu saja
mempunyai konstitusi sebagai landasan menjalankan pemerintahan negara. Terbentuknya
konstitusi di Indonesia diawali dari janji Jepang yang kemudian membentuk Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam bahasa Jepang
disebut Dokuritsu Zumbi choosakai, kemudian terbentuk pada tanggal 29 April 1945, dilantik
pada tanggal 28 Mei 1945, mulai bekerja tanggal 29 Mei 1945, maka dengan terbentuknya
BPUPKI bangsa Indonesia secara legal mempersiapkan kemerdekaannya, untuk merumuskan
syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka (Darji Darmodiharjo, 1991 :
26).

Sebagai negara merdeka, Indonesia tidak mungkin dapat membentuk dan


menjalankan pemerintahan jika tidak membentuk konstitusi atau UUD terlebih dahulu,
karena dalam konstitusi disebutkan perintah membentuk pemerintahan seperti yang terurai
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4, yang berbunyi :”Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dst……….” Sehingga atas perintah konstitusi
yang sudah disahkan, maka Indonesia secara legal dapat membentuk pemerintahan sesuai
yang dicita-citakan. Dalam batang tubuh UUD 1945 diuraikan pula mengenai bagaimana dan
siapa yang memegang kekuasaan pemerintahan, yaitu dalam Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 baik
sebelum maupun sesudah mengalami perubahan menyebutkan bahwa :”Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang Dasar.” Disamping
itu batang tubuh UUD 1945 juga menyebutkan kekuasaan-kekuasaan yang lainnya, sehingga
jelas bahwa UUD 1945 sebagai konstitusi Republik Indonesia memuat ketentuan-ketentuan
pokok dalam menjalankan pemerintahan negara, oleh sebab itu dalam suatu negara yang
merdeka, konstitusi atau UUD merupakan hal yang sangat diperlukan.

Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dan diikuti


pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi pada tanggal 18 Agustus 1945, hingga kini UUD
1945 sebagai konstitusi telah mengalami perkembangan dan perubahan-perubahan, hal itu
disebabkan karena perkembangan politik demokrasi yang selalu berkembang dan
berubah-ubah pula. kepentingan yang berubah-ubah juga menjadi sebab berubahnya
konstitusi, namun semuanya pasti mempunyai tujuan sama yaitu menuju hukum yang
dicita-citakan (Ius constituendum). Perkembangan konstitusi di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh sistem politik pada waktu tertentu, pada mulanya UUD 1945 dijadikan konstitusi, namun
sempat tidak diberlakukan pada pemerintahan Republik Indonesia Serikat dan masa sistem
pemerintahan parlementer,akhirnya UUD 1945 sebagai konstitusi di Indonesia diberlakukan
kembali hingga kini dan telah mengalami perubahan.

Konfigurasi politik tertentu akan mempengaruhi perkembangan ketatanegaraan suatu


bangsa, begitu juga di Indonesia yang telah mengalami perkembangan politik pada beberapa
periode tentu akan mempengaruhi perkembangan ketatanegaraan Indonesia. Konstitusi di
Indonesia selalu mengalami perubahan, yang pertama kali berlaku adalah UUD 1945,
kemudian disusul UUD RIS pada tahun 1949 merupakan konstitusi kedua yang
mengakibatkan bentuk Negara Kesatuan berubah menjadi Negara Serikat. UUDS 1950
merupakan konstitusi yang ketiga, walaupun kembali kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia, tetapi sistem pemerintahannya adalah Parlementer sampai dikeluarkannya Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD 1945 yang berlaku hingga reformasi
yang menghantarkan amandemen UUD 1945 keempat kali dan berlaku sampai sekarang.

Perkembangan ketatanegaraan tersebut juga sejalan dengan perkembangan dan


perubahan konstitusi di Indonesia Ada sebab sebab yang mempengaruhi perubahan konstitusi
di Indonesia seperti Situasi yang mempengaruhi perubahan konstitusi juga berasal dari
eksternal yaitu negara asing khususnya Belanda yang mempropaganda agar Indonesia tidak
berbentuk Negara Kesatuan tetapi Negara Serikat. Perubahan konstitusi berarti juga
perubahan sistem ketatanegaraan, sejak awal Pancasila dan UUD 1945 tidak lapang jalannya
karena kolonialis Belanda selalu ingin menancapkan kembali kekuasaannya ( Ni’matul Huda,
2005 : 124). Desakan Belanda ini begitu kuat sehingga memaksa bangsa Indonesia harus
berpikir politis dalam rangka mengelabui Belanda, walaupun menyetujui himbauan Belanda
untuk menjadi negara Serikat tetapi tidak berlangsung lama. Keadaan yang mempengaruhi
perubahan konstitusi di Indonesia juga berasal dari internal (dalam negeri) yang beraneka
ragam desakan dalam hal menjalankan sistem ketatanegaraan, namun hal itu juga akibat dari
faktor eksternal, yaitu perubahan dari negara Serikat kembali ke NKRI. Akibat dari
perubahan konstitusi maka berubah pula sistem ketatanegaraan Indonesia waktu itu. Situasi
yang genting bisa mempengaruhi perubahan konstitusi, karena sistem ketatanegaraan tidak
dijalankan dengan baik, pemerintahan kacau dan terjadi ketidak percayaan dalam
menjalankan pemerintahan, maka melalui dekrit presiden kembali menggunakan UUD 1945.
Presiden mengambil alih kepemimpinan nasional, konstitusi. Perubahan konstitusi sangat
dimungkinkan karena di dalam UUD 1945 sendiri mengatur prinsip dan mekanisme
perubahan UUD 1945, yaitu termuat dalam Pasal 37 UUD 1945. Secara filosofis UUD 1945
telah mencampurkan antara paham kedaulatan rakyat dengan paham integralistik, sehingga
mempengaruhi sistem demokrasi yang tidak bisa berjalan dengan sempurna. Rakyat merasa
banyak dirugikan, demokrasi terberangus dan lain sebagainya kemudian terjadi tuntutan
perubahan sistem ketatanegaraan yang berawal dari perubahan konstitusi, maka untuk
menjadi konstitusi yang kuat harus dilakukan perubahan, agar dapat memfasilitasi bagi
tampilnya konfigurasi politik dan pemerintahan yang demokrasi ( Muh, Mahfud MD, 2003 :
177).

Anda mungkin juga menyukai