Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH KONSTITUSI INDONESIA

PEMBAHASAN

Perkembangan Konstitusi di Indonesia

Istilah konstitusi berasal dari Perancis dan secara khusus berarti suatu bentuk yang dimaksudkan
untuk melingkupi suatu negara. Dalam bahasa Indonesia berarti konstitusi, yang terkadang lebih
luas dari pengertian konstitusi, tetapi ada juga perbandingannya. dalam konstitusi. Konstitusi
Latin terdiri dari dua kata: cume, yang berarti bergerak, dan image, yang berasal dari bahasa
Latin sta dan kata kerja utama state, yang berarti berdiri. Oleh karena itu, kata "gambar" berarti
mengatur atau berdiri sesuatu. Menurut definisi Perancis, Inggris dan Latin, kata "konstitusi"
pada dasarnya berarti "menetapkan, menemukan", juga dikenal sebagai "membangun",
"menyusun" atau "menyatakan suatu bangsa". Dengan kata lain, konstitusi dapat dipahami
sebagai pernyataan tentang struktur dan bentuk suatu bangsa yang tertulis sebelum dan sesudah
berdirinya. Karena semakin kompleksnya persoalan nasional, akses terhadap pemahaman
konstitusi tidak hanya dilihat dari segi hukum, khususnya konstitusi, tetapi juga dari segi hukum.
Secara terminologis, konsep konstitusi harus dipahami secara lebih umum dan juga dari
perspektif ilmu politik. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa beberapa konstitusi lebih
bersifat politis daripada legal. Selain itu, ada perbedaan antara sarjana konstitusi dan ilmuwan
alam mengenai konsep ini. Ada yang berpendapat bahwa konstitusi sama dengan hukum dasar
karena semua hukum harus tertulis dan konstitusi tertulis adalah hukum dasar. Ada yang
berpendapat bahwa UUD dan UUD bukanlah hal yang sama. Mereka mengatakan bahwa itu
karena konstitusi seharusnya hanya mencakup dasar-dasar, bukan esensi dari segalanya.
Akibatnya, pendapat kedua kelompok tidak berbeda secara mendasar. Pengertian Konstitusi
bukanlah suatu asas, karena perbedaan-perbedaan itu hanyalah hal-hal yang bersifat materiil atau
immateriil yang perlu dicerminkan dalam Undang-Undang Dasar atau Undang-Undang Dasar.
Menurut definisi konstitusional C.F. Jazim Hamidi, konstitusi yang kuat terdiri dari tiga unsur:

1.prinsip tentang kewenangan pemerintah;

2. asas yang berkaitan dengan hak warga negara; dan


3. prinsip-prinsip panduan bagaimana warga negara dan pemerintah berinteraksi.

Konstitusi secara keseluruhan pada dasarnya bersifat material dan formal. Pengertian formal
“konstitusi” mengacu pada konstitusi tertulis administrasi negara. Menurut pandangan ini,
konstitusi dianggap baru jika diundangkan dalam bentuk tertulis. teks, seperti UUD 1945,
sedangkan konstitusi dianggap sebagai konstitusi materiil jika orang memeriksa isinya. terutama
menyangkut hal-hal yang mendasar atau diperlukan baik untuk negara dan rakyat. Konstitusi
suatu bangsa menyebutkan sifat dari konstitusi tertulis, yang tidak hanya memuat ketentuan
hukum tetapi juga ketentuan politik tambahan, khususnya politik selama periode waktu tertentu.
Konstitusi suatu negara selalu berkembang seiring dengan perkembangan politik negara itu, dan
konstitusi Indonesia telah berkembang seiring dengan perkembangan politik yang pernah ada.
sejak memperoleh kemerdekaan.

Sebab-sebab terjadinya perubahan konstitusi di Indonesia

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan
teks UUD 1945 yang telah disusun oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Konstitusi Indonesia adalah kekurangan dalam praktik berbangsa dan
bernegara. Jepang, yang saat itu masih resmi menjajah Indonesia dan mengundang mereka untuk
mempersiapkan kemerdekaannya, memberikan dukungan yang sangat besar kepada rakyat
Indonesia ketika mereka ingin mendeklarasikan kemerdekaannya. Beberapa negara, termasuk
Jepang dan Belanda, memperhatikan rancangan UUD Indonesia saat sedang dipersiapkan pada
masa Perang Dunia II. Tentu, suasana saat itu berbeda dengan masa kemerdekaan bangsa
Indonesia. Akibatnya, UUD 1945 tidak sesuai lagi untuk periode berikutnya, sehingga perlu
dilakukan peninjauan ulang untuk mengubahnya. Akibatnya, Undang-Undang Dasar sebagai
konstitusi Indonesia mengalami perubahan. Keadaan yang mempengaruhi perubahan konstitusi
juga datang dari luar negeri, khususnya dari Belanda, yang menyebarkan gagasan bahwa
Indonesia akan menjadi negara kesatuan daripada negara kesatuan. satu.

Sejak awal Pancasila dan UUD 1945, jalannya tidak mulus karena penjajah Belanda selalu ingin
menegakkan kembali kekuasaannya. Perubahan konstitusi juga berarti perubahan sistem
ketatanegaraan. Meskipun rakyat Indonesia menyetujui permintaan Belanda untuk menjadi
negara Amerika Serikat, persetujuan mereka tidak berlangsung lama karena desakan Belanda
begitu kuat sehingga memaksa mereka untuk berpikir secara politik. untuk menipu mereka.
Faktor eksternal, seperti transisi dari Amerika Serikat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
untuk menipu Belanda, serta tekanan internal (dalam negeri) pada sistem ketatanegaraan,
mempengaruhi perubahan konstitusi di Indonesia. Konstitusi digunakan untuk itu. Menggunakan
UUD 1950 daripada UUD 1945. Sistem ketatanegaraan di Indonesia pada saat itu juga berubah
sebagai akibat dari amandemen konstitusi. Karena sistem ketatanegaraan tidak berjalan dengan
baik, pemerintah kacau, dan orang-orang tidak mempercayai orang yang menjalankannya. Hal
ini dapat menyebabkan perubahan konstitusi yang dilakukan dengan keputusan presiden
menggunakan UUD 1945 lagi. Kepemimpinan nasional dan konstitusi diambil alih oleh
presiden.

Karena Pasal 37 UUD 1945 yang mengatur tentang asas dan tata cara perubahan UUD 1945,
maka perubahan UUD 1945 sangat mungkin terjadi. Secara filosofis, pemahaman tentang
kedaulatan rakyat dan ideologi integralistik telah tercampur dalam UUD 1945. , mempengaruhi
sistem demokrasi yang tidak dapat berfungsi dengan sempurna. Rakyat sangat dirugikan,
demokrasi dibatasi, dan lain sebagainya. Kemudian ada tuntutan perubahan sistem
ketatanegaraan yang dimulai dengan perubahan konstitusi. Agar konstitusi menjadi kuat, perlu
dilakukan perubahan agar struktur politik dan pemerintahan yang demokratis dapat lebih mudah
muncul.
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji. 1991. Santiaji pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.

Fajar, Mukti. 2005. Tipe Negara Hukum. Malang: Bayumedia.

Hamidi, Jazim. 2009. Hukum perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.

Huda, Ni’matul. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Koesnardi, Moh. 1985. Ilmu Negara. Jakarta: Perintis Press.

Anda mungkin juga menyukai