Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2020

MATA KULIAH : KAPITA SELEKTA HUKUM TATA NEGARA


KELAS : C.1.4
HARI / TANGGAL : SABTU/18 APRIL 2020 (via WA dan email)
DOSEN : Prof. Dr. H. DUDU Duswara M.,Drs.,S.H.,M.Hum
SIFAT UJIAN : TAKE HOME.

DIKERJAKAN OLEH :
NAMA : MOCH. TEGUH BARGAWA
KELAS : C. 1.4
NPM : 41151010170205

SOAL :

1. Dalam mempelajari Kapita Selekta Hukum Tata Negara ada beberapa periode berlakunya
Undang-Undang Dasar/Konstituisi di Negara Republik Indonesia.
a. Coba sebut dan jelaskan periode apa saja yang pernah berlaku di Indonesia?
b. Menurut saudara periodesasi mana yang paling cocok dan nyaman diberlakukan di
Indonsia? Jelaskan secara gambling!

2. Apa yang saudara ketahui tentang istilah hukum dibawah ini? Jelaskan disertai contoh
masing-masing dengan komprehensif, bukan arti dari istilah tersebut.
a. Amandemen
b. States of law
c. Konvensi ketatanegaraan
d. Trias politica

3. Sebagai mahasiswa yang mempelajari materi pokok mata kuliah Kapita Selekta Hukum Tata
Negara, idealnya dapat menerangkan hal-hal dibawah ini :
a. Coba sebut dan jelaskan apa yang disebut dengan Kapita Selekta Hukum Tata Negara
b. Sebutkan lima buah buku wajib yang saudara ketahui. Apa substansi inti dari masing-masing
buku wajib tersebut!

JAWABAN :

1. a. 1). Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949


(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang baru ini
belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia setelah mengalami beberapa proses.
2)Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak Belanda
yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk
mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa
Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi Belanda 1
pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang
melahirkan negara Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk
seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.

3) Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959


(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan
perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945
menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena
terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari
pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata sepakat
untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang
akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu
dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang
kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus
1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal 17 Agustus 1950.

4) Periode 5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999


(Masa berlakunya Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dan
perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965
menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan karena
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang mencerminkan
pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

5) Periode 19 Oktober 1999 sampaidengan 10 Agustus 2002


(Masa berlaku pelaksanaan perubahan Undang-Undang Dasar 1945)
Sebagai implementasi tuntutan reformasi yang berkumandang pada tahun 1998, adalah
melakukan perubahan terhadap UUD 1945 sebagai dasar negara Republik Indonesia. Dasar
hukum perubahan UUD 1945 adalah Pasal 3 dan Pasal 37 UUD 1945 yang dilakukan oleh MPR
sesuai dengan kewenangannya, sehingga nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi di Negara
Kesatuan Rapublik Indonesia nampak diterapkan dengan baik.

6) Periode 10 Agustus 2002 sampai dengan sekarang


(Masa berlaku Undang-Undang Dasar 1945, setelah mengalami perubahan)
Bahwa setelah mengalami perubahan hingga keempat kalinya UUD 1945 merupakan dasar
Negara Republik Indonesia yang fundamental untuk menghantarkan kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi bangsa Indonesia, tentu saja kehidupan berdemokrasi lebih terjamin lagi, karena
perubahan UUD 1945 dilakukan dengan cara hati-hati, tidak tergesa-gesa, serta dengan
menggunakan waktu yang cukup, tidak seperti yang dilakukan BPUPKI pada saat merancang
UUD waktu itu, yaitu sangat tergesa-gesa dan masih dalam suasana dibawah penjajahan Jepang.

b. Periodesasi berlakunya Undang-Undang Dasar 1945. Karena dengan berlakunya kembali


Undang-undang Dasar 1945 maka asas ketatanegaraan dan sistem pemerintahan mengalami
perubahan, yaitu dari asas Demokrasi Liberal menjadi asas Demokrasi Terpimpin, dan dari
sistem parlementer menjadi sistem presidensiil. Tentang asas demokrasi terpimpin, presiden
dalam sidang konstituante tanggal 22 April 1959 menegaskan bahwa Demokrasi Terpimpin
adalah demokrasi yang didasarkan atas "kerakyatan" yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan. Jadi, inti dari demokrasi terpimpin adalah permusyawaratan
tetapi suatu permusyawaratan yang "dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan", bukan oleh
perdebatan dan penyiasatan yang diakhiri dengan pengadaan kekuatan dan perhitungan suara pro
dan kontra. Dengan sistem presidensiil yang dianut oleh Undang-undang Dasar 1945, maka
presiden adalah pemegang kekuasaan eksekutif (pemerintahan) tertinggi (concentration of power
and responsibility upon president), yang dalam melaksanakan kekuasaannya dibantu oleh
seorang wakil presiden dan menteri-menteri (Pasal 4 dan 17 Undang-undang Dasar 1945).

2. a. Amendemen adalah istilah untuk perubahan resmi sebuah dokumen resmi atau catatan
tertentu, terutama untuk memperbaikinya. Perubahan yang dilakukan ini dapat berupa
penambahan atau juga penghapusan catatan yang salah atau tidak sesuai lagi. Umumnya
amendemen merujuk pada perubahan perundang-undangan sebuah negara (konstitusional).
Konstitusional merupakan prinsip dasar politik dan hukum yang mencangkup struktur, prosedur,
serta kewenangan/hak serta kewajiban. Oleh karena itu, konstitusional sangat berhubungan
dengan amendemen karena bertujuan untuk memperbaiki catatan/dokumen penting suatu negara
agar menjadi lebih baik.Dalam dunia bisnis dan keuangan, amendemen sering terjadi pada
dokumen perjanjian kerja sama. Hal ini biasanya diperlukan untuk menyesuaikan perjanjian
sebelumnya dengan kondisi yang terjadi saat ini. Proses amendemen pada umumnya juga
tercantum pada dokumen sebelumnya dan memerlukan persetujuan dari pihak yang terlibat
untuk menjadikannya dokumen sah yang baru.

Contoh Amendemen
Banyak contoh amendemen yang sudah pernah terjadi di Indonesia, khususnya dalam hal
konstitusional. Misalnya, peranan Presiden sebagai lembaga eksekutif Negara. Banyak yang
menafsirkan kekuasaan eksekutif tersebut tidak mencerminkan Negara demokrasi sehingga
dilakukan amendemen dengan meningkatkan kekuasaan lembaga legislatif seperti DPR, DPD,
serta lembaga Yudikatif seperti MPR dan Mahkamah Agung yang memiliki kedudukan setara
dan saling memberikan pengawasan.

b. State Law dimana yang diutamakan adalah adalah supremasi hukum atau superioritas hukum
regular yang mutlak yang bertentangan dengan pengaruh kekuasaan yang sewenang-wenang, dan
mencabut hak prerogatif atau bahkan kekuasaan bertindak yang besar di pihak pemerintah.

contoh : "Indonesia adalah negara terkorup di dunia.”

c. Konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan merupakan sumber dari hukum tata negara Indonesia.
Kebiasaan dalam Praktek Ketatanegaraan yang Dilakukan Berulang-ulang, sehingga Mempunyai
Kekuatan yang Sama dengan Undang-undang. Karena Diterima dan Dijalankan, Tidak Jarang
Dapat Menggeser Peraturan Hukum Tertulis.

Contoh :
Pidato Presiden Setiap Tanggal 17 Agustus
Pidato Presiden Setiap Awal Tahun Minggu Pertama Bulan Januari.

d . Trias politika adalah suatu prinsip normatif, bahwa kekuasaan negara tidak diserahkan
sepenuhnya kepada orang/ badan yang sama untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Namun dalam perkembangannya sampai saat ini, trias
politika telah dipahami sebagai pembagi kekuasaan bukan sebagai pemisah kekuasaan. Konsep
trias politica ini pertama dicetuskan oleh John Locke yang kemudian dikembangkan sayap lagi
oleh Montesquieu, dengan merumuskan mesin politik formal dalam struktur politik teori
pemisahan kekuasaan pemerintah. Trias Politika sendiri yang kini banyak diterapkan adalah,
pemisahan kekuasaan kepada 3 lembaga berbeda : Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Dari
ketiga lembaga itu masing-masing mempunyai peranan dan tanggungjawab tersendiri dalam
mengemudikan jalannya suatu pemerintahan yang berdiri disuatu negara.

Contoh :
Yudikatif = KY (Komisi Yudisial), MA (Mahkamah Agung), MK (Mahkamah
Konstitusi).Eksekutif = Presiden dan Wakil Presiden
Legislatif =  DPR (Dewan Perwakilan Rakyat),DPD (Dewan Perwakilan Daerah),DPRD (Dewan
Perwakilan Takyat Daerah)

3. a. Kapita Selekta Hukum Tata Negara (HTN) mempelajari aturan kenegaraan lebih ke aspek
statis, alias pokok aturannya itu sendiri. Hukum tata negara membahas konsep dasar hukum tata
negara, pembentukan dan perkembangan konstitusi, lembaga perwakilan rakyat, sejarah
ketatanegaraan Republik Indonesia, pemilihan umum, demokrasi dan hak asasi manusia,
hubungan antar lembaga tinggi negara, kapita , materi dan model pembelajaran hukum tata
negara.
HTN mencakup Susunan dari jabatan, penunjukan mengenai jabatan, tugas dan kewajiban dari
lembaga dan pimpinan, kebenaran dan kewenangan dari lembaga-lembaga negara, batas
wewenang dan tugas dari jabatan beberapa daerah dan yang dikuasainya, hubungan antar
lembaga dan hubungan antara jabatan dan pejabat.

Hukum Tata negara merupakan perwujudan konstitusional dari nilai-nilai Pancasila untuk di
implementasikan dalam kehidupan bernegara. Maka yang menjadi sumber materiil itu tidak lain
dari Pancasila. Kekuatannya bahan yang akan dijadikan muatan hukum tata negara tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Bahkan jika bertentangan maka hukum tersebut cacat karena hukum, tidak memiliki kekuatan
lagi. Berdasarkan hal tersebut di atas maka yang menjadi sumber hukum tata negara di Indonesia
ialah ‘Pancasila’

b. 1. BAGIR MANAN, PERJALANAN HISTORIS PASAL 18 UUD 1945 ,PENERBIT


UNSIKA-KARAWANG, 1993;

2. BAGIR MANAN EDITOR), KEDAULATAN RAKYAT, HAK ASASIMANUSIA DAN


NEGARA HUKUM, GAYA MEDIA PRATAMA,1996;

3. BAGIR MANAN DAN KUNTANA MAGNAR, BEBERAPA MASALAHHUKUM


TATA NEGARA INDONESIA, PENERBIT ALUMNI, 1997;

4. SRI SOEMANTRI, BUNGA RAMPAI HUKUM TATANEGARA INDONESIA,


PENERBIT ALUMNI, 1992;

5. ROSJIDI RANGGAWIDJAJA, HUBUNGAN TATA KERJAANTARA MAJELIS


PERMUSYAWARATAN RAKYATDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN
PRESIDEN ,PENERBIT GAYA MEDIA PRATAMA, 1991.

Anda mungkin juga menyukai