Anda di halaman 1dari 9

HUKUM PERKAWINAN MENURUT BW

DAN KHI BERDASARKAN INPRES


NO. 1 TAHUN 1991.
Pengertian Perkawinan

BW/ KUH Perdata KHI

Perkawinan adalah suatu persetujuan Perkawinan menurut hukum Islam adalah


kekeluargaan yang menurut Kitab Undang- pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
Undang Hukum Perdata, perkawinan atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati
merupakan persetujuan seorang laki-laki perintah Allah dan melaksanakannya
dan seorang perempuan yang secara hukum merupakan ibadah.
untuk hidup bersama-sama untuk
berlangsung selama-lamanya.
Tujuan Perkawinan

BW/ KUH Perdata KHI

tujuan perkawinan adalah untuk Perkawinan bertujuan untuk


membentuk keluarga yang bahagia dan mewujudkan kehidupan rumah tangga
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Maha Esa.
Syarat Perkawinan

BW/ KUH Perdata KHI


syarat untuk melangsungkan perkawinan Rukun perkawinan seperti pasal 14
dibagi dua macam adalah: menyebutkan bahwa:

1. syarat materiil : yaitu syarat yang Untuk melaksanakan perkawinan harus ada:
a. Calon Suami;
berkaitan dengan inti atau pokok dalam
b. Calon Isteri;
melangsungkan perkawinan.
c. Wali nikah;
2. syarat formal : syarat yang berkaitan
d. Dua orang saksi dan;
dengan formalitas- formalitas dalam e. Ijab dan Kabul.
pelaksanaan perkawinan.
Larangan Perkawinan

BW/ KUH Perdata KHI


Pencegahan dan Batalnya Perkawinan

BW/ KUH Perdata KHI

Orang yang dapat melakukan pencegahan Dasar hukum dan sebab batalnya
perkawinan adalah: perkawinan seperti dijelaskan dalam KHI
a. Para keluarga pada garis keturunan Berdasarkan Instruksi Presiden No 1 tahun
lurus ke atas dan ke bawah; 1991 BAB XI BATALNYA
b. Saudara; PERKAWINAN dalam pasal 70 s/d 71.
c. Wali nikah;
d. Pengampu;
e. Pihak yang berkepentingan.
Perjanjian Perkawinan

BW/ KUH Perdata KHI


Yang dimaksud dengan perjanjian
Perjanjian Perkawinan dijelaskan juga
perkawinan adalah perjanjian yang dibuat
dalam KHI Berdasarkan Instruksi Presiden
oleh calon pasangan suami istri sebelum
No 1 tahun 1991 dalam pasal 45 s/d Pasal
atau pada saat perkawinan dilangsungkan
51
untuk mengatur akibat perkawinan
terhadap harta kekayaan mereka. Perjanjian
perkawinan dilakukan sebelum atau pada
saat akan dilangsungkan perkawinan.
Persamaan Hukum Perkawinan Menurut BW dan KHI

1. Sama-sama berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.

2. Sama-sama menjelaskan tentang perkawinan.

3. Dalam Pencatatan Perkawinan sama-sama memiliki kewajiban


untuk mencatatkan perkawinanya dilembaga berwenang.

4. Syarat sahnya Perkawinan sama-sama harus berdasarkan hukum


masing-masing agama. Atau kepercayaan yang dianutnya.

5. Perjanjian perkawinan sama-sama dibuat oleh kedua calon


suami-istri sebelum pernikahan dilangsungkan.
Perbedaan Hukum Perkawinan Menurut BW dan KHI

1. Dalam BW, tidak dimasukkan unsur keagamaan secara tegas. Sedangkan dalam KHI berdasarkan
Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991, disebutkan bahwa sahnya perkawinan dilakukan menurut
agama.

2. Dalam KHI berdasarkan Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991, larangan perkawinan bagi orang
sesusuan tidak diperbolehkan namun Dalam KUH Perdata/ BW larangan perkawinan sesusuan
maupun karena agama. Karena dalam konsep KUH Perdata, perkawinan itu hanya dipandang dari
hubungan keperdataan saja dan tidak mempunyai hubungan agama, maupun konsep lainnya.

3. Dalam BW, pencatatan perkawinan dilakukan oleh petugas pencatatan sipil. Sedangkan dalam
KHI berdasarkan Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991. Pencatatan perkawinan dilakukan oleh
kantor urusan agama.

4. Dalam BW, menganut sistem monogami artinya satu suami satu isteri, Sedangkan dalam KHI
berdasarkan Instruksi Presiden No. 1 tahun 1991, di perbolehkan berpoligami asalkan memenuhi
syarat-syarat tertentu.

Anda mungkin juga menyukai