Menurut E.C.S. Wade dalam bukunya Constitutional Law, Undang Undang Dasar adalah naskah
yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan pemerintahan suatu Negara dan
menentukan pokok-pokoknya cara kerja badan-badan tersebut.
Karena banyaknya pengertian konstitusi menurut para ahli hukum tersebut disebabkan sudut
pandang yang berbeda yang juga tidak terlepas dari banyaknya klasifikasi konstitusi itu sendiri.
Oleh karena itu, seorang ahli konstitusi dari Inggris bernama K.C. Wheare setelah banyak
mengungkapkan secara panjang lebar mengenai konstitusi dan mengklasifikasikan konstitusi
sebagai berikut:
1. Konstitusi tertulis dan konstitusi bukan tertulis,
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi Rijid,
3. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi tidak derajat tinggi,
4. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan,
5. Konstitusi sistem pemerintahan presidensiil dan konstitusi sistem pemerintahan
parlamenter.
Pada mulanya konstitusi tentunya kebanyakan bersifat tidak tertulis, namun seiring
berkembangnya sistem hukum pemerintahan dunia menyebabkan adanya kodifikasi terhadap
hukum-hukum yang sebelumnya hanya sebuah kebiasaan dituangkan dalam sebuah kitab
undang-undang dan diiringi juga dengan pembentukan peraturan-peraturan yang sesuai dan
dibutuhkan pada masa pembuatan undang-undang, sehingga bersifat konkrit dan memiliki
kekuatan hukum. Namun, disamping itu ada juga di beberapa Negara yang menggunakan
konstitusi tidak tertulis dalam menegakkan hukum di Negara tersebut, seperti di Inggris, Israel,
dan New Zaeland.
James Bryce memberikan pemahaman tentang konstitusi fleksibel dengan melihat keriteria
cara perubahan terhadap konstitusi tersebut. Menurutnya konstitusi yang mudah dalam
proses perubahan undang-undangnya disebut konstitusi fleksibel sedangkan yang susah dan
banyak persyaratan serta prosedur yang harus dilalui untuk mengubah suatu undang-undang
itulah yang disebut dengan konstitusi rijid.
Adapun ciri-ciri khusus dari konstitusi fleksibel menurut Bryce adalah; a. elastis, b. diumumkan
dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Berbeda dengan ciri-ciri pokok
konstitusi yang rijid, meliputi; a. mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari
peraturan perundang-undangan yang lain, dan b. hanya dapat diubah dengan cara yang khusus
atau istimewa atau dengan persyaratan yang berat.
Dilihat dari ciri-ciri, kedudukan serta syarat untuk mengubah undang- undang tersebut konstitusi
rijid dapat disamakan dengan konstitusi derajat tinggi yang mana undang-undang ini
berkedudukan diatas peraturan perundang- undangan lainnya dan konstitusi derajat rendah
sama dengan konstitusi fleksibel.
Bentuk konstitusi serikat dan kesatuan ini sesuai dengan bentuk pemerintahannya, apabila suatu
Negara itu berbentuk serikat maka pembagian kekuasaannya adalah antara pemerintah Negara
serikat dengan Negara bagian dan masing-masing Negara memiliki konstitusi sendiri.
Sedangkan dalam Negara kesatuan pemerintahan terpusat pada satu pemerintah saja dan
konstitusinya yang bersifat satu untuk semua.
Sebagaimana halnya konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan yang tergantung pada bentuk
pemerintahannya maka pada konstitusi presidensiil dan konstitusi parlementer juga tergantung
pada jenis sistem pemerintahannya. Konstitusi ini mengikut pada ciri-ciri dan sifat sistem
pemerintahan yang berlaku.
Jadi, UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia termasuk pada konstitusi yang bersifat rijid, dan
berderajat tinggi, dengan bentuk konstitusi kesatuan dengan sistem presidensiil serta
memberlakukan konstitusi tertulis dan tidak tertulis.
UUD 1945 ini dirancang oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Pada masa sidang pertama yang
berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan
tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota
BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam
Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak
kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk- pemeluknya" maka naskah
Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945
dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29
Agustus 1945.
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37
pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal
dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan
Tambahan), serta Penjelasan.
UUD 1945 adalah konstitusi NKRI yang berdasarkan Pancasila, dengan tujuan negara seperti
yang termuat dalam pembukaan UUD 1945, yaitu : “melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan soial”, bentuk susunan pemerintahan adalah kesatuan dengan kabinet presidensiil.
Sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Umum UUD 1945 ayat 1, undang-undang dasar
suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar Negara itu. Yang dimaksud hanya
sebagian adalah karena selain UUD (hukum tertulis) juga berlaku hukum tidak tertulis. Sebagai
konstitusi negara Indonesia UUD 1945 berada di posisi tertinggi dalam tata urutan perundang-
undangan. Semua hukumyang berlaku di Indonesia haruslah sesuai dan berintisari dari UUD
1945. Akan tetapi biar bagaimanapun UUD 1945 adalah hukum yang di ciptakan manusia dan
tidak dapat dikatakan sempurna. Setidaknya telah ada 4 sejarah amandemen UUD 1945 dan
ada tiga macam UUD yang telah digunakan di Indonesia. Yang dimaksud ketiganya adalah UUD
1945, UUD RIS 1949, dan UUDS 1950.
Ketiga konstitusi tersebut berlaku dalam enam periode yang tercatat sebagai berikut:
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945;
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950 berlaku Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (KRIS);
3. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950;
4. Periode Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai 22 Februari 1967 berlaku kembali UUD 1945
di bawah pemerintahan Orde Lama;
5. Periode 22 Februari 1967 sampai 21 Mei 1998 berlaku UUD 1945 di bawah
pemerintahan Orde Baru;
6. Periode 21 Mei 1998 sampai sekarang dengan era reformasi dan berkonstitusikan UUD
1945 yang telah di amandemen.
Beruntung saat ini kita tetap menggunakan produk pendiri bangsa kita sebagai konstitusi negara
yaitu UUD 1945. Namun dalam perjalanannya bangsa Indonesia semakin berkembang dan
memiliki kebutuhan yang lebih beragam lagi. UUD 1945 yang diposisikan sebagai dasar negara
ternyata memiliki beberapa kelemahan. Wajar saja karena dalam proses penyusunan UUD 1945
ini dilakukan dalam situasi kondisi genting, sama halnya seperti proses perumusan pancasila,
oleh karena itu keadaan dan perkembangan zaman menuntut untuk diadakan amandemen
terhadap UUD 1945.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum. Terbukti dengan adanya konstitusi yang berlaku di
Indonesia yaitu Undang – Undang Dasar 1945, seperti yang kita kenal saat ini. Tapi seolah-
olah warga negara Indonesia, tidak menganggap adanya UUD 1945 tersebut. Terbukti bahwa
mereka sangat tidak menghiraukan hukum, dengan melakukan berbagai macam
penyimpangan-penyimpangan hukum, baik hukum sosial, maupun Hak Asasi Manusia
(HAM).
Pengetahun ataupun materi tentang Undang-undang Dasar 1945 harus kita pelajari
sejak dini. Yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita. Apalagi selaku tunas bangsa
yang nantinya akan ikut memimpin negeri ini harus mengetahui segala hal yang berkaitan
dengan kenegaraan termasuk Undang-undang Dasar 1945.
Sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah bangsa yang masih
muda dalam menyusun pemerintahan, politik, dan administrasi negaranya. Landasan berpijaknya adalah
ideologi Pancasila yang diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri beberapa minggu sebelumnya dari penggalian
serta perkembangan budaya masyarakat Indonesia dan sebuah Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pra Amandemen yang baru ditetapkan keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen) tersebut mengatur
berbagai macam lembaga negara dari Lembaga Tertinggi Negara hingga Lembaga Tinggi Negara. Konsepsi
penyelenggaraan negara yang demokratis oleh lembaga-lembaga negara tersebut sebagai perwujudan dari sila
keempat yang mengedepankan prinsip demokrasi perwakilan dituangkan secara utuh didalamnya. Kehendak
untuk mengejawantahkan aspirasi rakyat dalam sistem perwakilan, untuk pertama kalinya dilontarkan oleh Bung
Karno, pada pidatonya tanggal 01 Juni 1945. Muhammad Yamin juga mengemukakan perlunya prinsip
kerakyatan dalam konsepsi penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Soepomo yang mengutarakan idenya
akan Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah dengan istilahBadan Permusyawaratan. Ide ini didasari
oleh prinsip kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga dapat memberikan pendapatnya.
Dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Soepomo menyampaikan bahwa ‘’Badan
Permusyawaratan’’ berubah menjadi ‘’Majelis Permusyawaratan Rakyat’’ dengan anggapan bahwa majelis ini
merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, yang mana anggotanya terdiri atas seluruh wakil rakyat,
seluruh wakil daerah, dan seluruh wakil golongan. Konsepsi Majelis Permusyawaratan Rakyat inilahang
akhirnya ditetapkan dalam Sidang PPKI pada acara pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (pra Amandemen).
Salah satu wewenang MPR hingga saat ini yaitu mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, anggota MPR tidak dapat mengusulkan pengubahan terhadap Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan oleh
sekurang-kurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah anggota MPR. Setiap usul pengubahan diajukan secara
tertulis dengan menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan diubah beserta alasannya.
Usul pengubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan kepada
pimpinan MPR. Setelah menerima usul pengubahan, pimpinan MPR memeriksa kelengkapan persyaratannya,
yaitu jumlah pengusul dan pasal yang diusulkan diubah yang disertai alasan pengubahan yang paling lama
dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima pimpinan MPR. Dalam pemeriksaan, pimpinan MPR
mengadakan rapat dengan pimpinan fraksi dan pimpinan Kelompok Anggota MPR untuk membahas
kelengkapan persyaratan.
Jika usul pengubahan tidak memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR memberitahukan
penolakan usul pengubahan secara tertulis kepada pihak pengusul beserta alasannya. Namun, jika pengubahan
dinyatakan oleh pimpinan MPR memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR wajib menyelenggarakan
sidang paripurna MPR paling lambat 60 (enam puluh) hari. Anggota MPR menerima salinan usul pengubahan
yang telah memenuhi kelengkapan persyaratan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum dilaksanakan sidang
paripurna MPR.
Sidang paripurna MPR dapat memutuskan pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota
ditambah 1 (satu) anggota.
Selama kurun waktu sejak negara ini berdiri, UUD 1945 telah mengalami empat kali perubahan
(amandemen). Amandemen jelas bisa saja terjadi, dikarenakan peradaban manusia yang bisa
saja berubah. Maka dari itu amandemen dilakukan demi menyesuaikan kebutuhan manusia
berdasarkan zamannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konstitusi
Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti membentuk..
Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume” berarti bersama
dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan, menetapkan
sesuatu, sehingga menjadi “constitution”. Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi
memiliki makna yang lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah
keseluruhan dari peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat. Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
Definisi Konstitusi menurut para ahli
Herman Heller. Konstitusi mempunyai arti yang lebih luas daripada undang-undang
Dasar. Konstitusi tidah hanya bersifat yuridis, tetapi mengandung pengertian sosiologisdan
politis.
Oliver Cromwell. Undang-undang Dasar itu merupakan “instrumen of govermen”,
yaitu bahwa Undang-undang dibuat sebagai pegangan untuk memerintah. Dalam arti ini,
Konstitusi identik dengan Undang-undang dasar.
F. Lassalle. Konstitusi sesungguhnya menggambarkan hubungan antara kaekuasaan
yang terdapat didalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata
didalam masyarakat, misalnya kepala negara, angkatan perang, partai politik, buruh tani,
pegawai, dan sebagainya.
Prayudi Atmosudirdjo. Konstitusi adalah hasil atau produk sejarah dan proses
perjuangan bangsa yang bersangkutan, Konstitusi merupakan rumusan dari filsafat, cita-cita,
kehendak dan perjuangan suatu bangsa. Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran,
mentalitas dan kebudayaan suatu bangsa.
K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara
yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam
pemerintahan suatu negara.
L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak
tertulis.
Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cismeyang
berarti bersama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi
berarti menetapkan secara bersama.
Nilai konstitusi yaitu:
1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan
bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata
berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan
konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak berlaku / tidsak
seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi sebagai
alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.
Macam – macam konstitusi
1. Menurut CF. Strong konstitusi terdiri dari:
Konstitusi tertulis (dokumentary constiutution / writen constitution) adalah aturan – aturan
pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya
yang mengatur perikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum negara.
Konstitusi tidak tertulis / konvensi (nondokumentary constitution) adalah berupa kebiasaan
ketatanegaraan yang sering timbul.
Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) ditetapkan dan disahkan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 terdiri dari :
1. Pembukaan (4 alinea) yang pada alinea ke-4tercantum dasar negara yaitu Pancasila;
2. Batang Tubuh (isi) yang meliputi :
1. 16 Bab;
2. 37 Pasal
3. 4 aturan peralihan;
4. 2 Aturan Tambahan.
UUD 1945 digantikan oleh Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS) pada
27 Desember 1949, pada 17 Agustus 1950 Konstitusi RIS digantikan oleh Undang-undang
Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UUD 1945
dinyatakan berlaku kembali di Indonesia hingga saat ini. Hingga tanggal 10 Agustus 2002,
UUD 1945 telah empat kali diamandemen oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
a. Pasal 1 ayat (2) berbunyi : Kedaulatan adalah ditanag rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR
Diubah menjadi : Kedaulatan berada di tanagn rakyat dan dilaksanakan menurut UUD
b. Ditambah Pasal 6A : Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat
c. Pasal 8 ayat (1) berbunyi : Presiden ialah orang Indonesai asli;
Diubah menjadi : Calon Presiden dan wakil Presiden harus warga negara Indonesiasejak
kelahirannya
d. Pasal 24 tentang kekuasaan kehakiman ditambah:
1. Pasal 24B: Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung
3. Pasal 24C : mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD (dan menurut
amandemen IV) UUD 1945, Komisi dan Konstitusi ditetapkan dengan ketentuan MPR
bertugas mengkaji ulang keempat amandemen UUD 1945 pada tahun 2003
4. Perubahan IV diadakan pada tanggal 10 Agustus 2002 Pada amandemen IV ini, pasal-
pasal UUD 1945 yang diubah ialah 17 pasal yaitu: pasal-pasal : 2 ayat (1), 6A ayat (4), 8 ayat
(3), 11 ayat (1), 16 23B, 23D, 24 ayat (3), 31 ayat (1) s/d (5), 32 ayat (1) dan (2), 33 ayat (4)
dan (5), 34 ayat (1) s/d (4), 37 ayat (1) s/d (5), Aturan Peralihan Pasal I s/d III, aturan
Tambahan pasal I dan II. Beberapa perubahan yang penting adalah :
a. Pasal 2 ayat (1) berbunyi : MPR terdiri atas anggota-anggota dan golongan-golongan menurut
aturan yang ditetapkan dengan Undang-undang;
Diubah menjadi : MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui Pemilihan
Umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
b. Bab IV pasal 16 tetang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus. Diubah
menjadi :Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam Undang-undang
c. Pasal 29 ayat (1) berbunyi : Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal ini tetap
tidak berubah (walaupun pernah diusulkan penambahan 7 kata : dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya)
d. Aturan Peralihan Pasal III : Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17
Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amandemen I,II,III dan IV terhadap UUD
1945, maka sejak 10 Agustus 2002 Ketatanegaraan Republik Indonesia telah mengalami
perubahan sebagai berikut :
a. Pasal 1 ayat (2): MPR bukan lagi pemegang kedaulatan (kekuasaan tertinggi) di Indonesia,
melainkan rakyat Indonesia yang memegang kedaulatan, MPR bukan Lembaga tertinggi
Negara lagi. MPR, DPR, dan Presiden yang bertanggung jawab kepada rakyat melalui
Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden yang melangar hukum tidak akan terpilih
dalam pemilihan umum yang akan datang.
c. Pasal 5 ayat (1): Presiden bukan lagi pembentuk undang-undang, tetapi berkedudukan sebagai
Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan (Lembaga Eksekutif, Pemerintahan/Pelaksana
Undang-undang)
d. Pasal 6 ayat (1) dan 6A: Presiden Indonesia tidak harus orang Indonesia asli, tetapi calon
Presiden dan Wakil Presiden harus warga Negara Indonesia sejak kelahirannya. Presdien dan
Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat (bukan secara tidak langsung oleh MPR,
sedangkan DPR dipilih rakyat)
e. Pasal 7: Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat memegang jabatan selama paling lama 2 x
5 tahun : 10 tahun (dahulu Presiden memegang jabatan selama lebih dari 30 tahun, bahkan
seumur hidup).
f. Pasal 14: Presiden memberi :
Grasi dan Rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung
K.C. Wheare, seorang ahli hukum konstitusi Inggris, menjelaskan tentang arti penting
konstitusi berderajat tertinggi atau supreme constitution. Pada intinya, kedudukan konstitusi
dilihat dari aspek hukum mempunyai derajat tertinggi atau supremasi. Dasar pertimbangan
supremasi konstitusi terdapat beberapa hal, yakni: 1) konstitusi dibuat oleh Badan Pembuat
Undang-Undang Dasar; 2) konstitusi dibentuk atas nama rakyat, berasal dari rakyat, kekuatan
berlakunya dijamin oleh rakyat, dan ia harus dilaksanakan langsung kepada masyarakat untuk
kepentingan mereka; dan 3) konstitusi ditetapkan oleh lembaga atau badan yang diakui
keabsahannya.
Mencermati diktum pertama dasar pertimbangan supremasi konstitusi di atas, bahwa
untuk melakukan perubahan UUD 1945 merupakan sesuatu yang bersifat spesifik. Untuk
membuatnya haruslah ditangani oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan dan
kompetensi untuk itu, dilakukan seleksi yang ketat oleh MPR secara terbuka, transparan, dan
diketahui oleh publik. Jadi perubahan UUD 1945 tidak ditangani oleh MPR, karena
keterlibatan unsur partisan akan menjadikan setiap proses pembicaraan sebagai wahana untuk
mendesakkan kepentingan masing-masing. Mereka lupa untuk memikirkan kepentingan
rakyat, dan tak jarang pula menimbulkan berbagai konflik. Sebagai solusi terhadap perubahan
konstitusi haruslah deserahkan kepada Komisi Konstitusi atau Constitutional
Commission yang independen, sehingga kata “dibuat” dalam diktum pertama akan terpenuhi.
Sejalan dengan adanya Komisi Konstitusi, Haysom mengemukakan adanya empat
proses pembuatan konstitusi yang demokratis, yaitu: 1) by a democratically constituted
assembly; 2) by a democratically elected parliament; 3) by a popular referendum; dan 4) by
a popularly supported constitutional commission.
Dengan cara keempat, sebagai salah satu proses pembuatan konstitusi di atas,
merupakan konstitusi yang kokoh bagi suatu negara konstitusional (constitutional state) yang
mampu menjamin suatu demokrasi yang berkelanjutan (a sustainable democracy), juga harus
merupakan konstitusi yang legitimate, dalam arti proses pembuatannya harus secara
demokratis, diterima dan didukung sepenuhnya oleh seluruh komponen masyarakat dari
berbagai aliran dan faham, aspirasi, dan kepentingan.
Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan efektif, Komisi Konstitusi harus memiliki
tugas dan wewenang, yaitu: a) melakukan penyelidikan dalam rangka penyusunan naskah
konstitusi; b) melakukan upaya-upaya untuk memperoleh masukan dari publik dan lembaga-
lembaga negara; c) menyusun masukan di masyarakat menjadi naskah rancangan konstitusi
secara komprehensif untuk disahkan; dan d) melakukan sosialisasi naskah rancangan
konstitusi kepada publik.
Dimasukkannya tugas dan wewenang Komisi Konstitusi untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka penyusunan konstitusi dan untuk merumuskan naskah konstitusi,
merupakan tujuan utama dari pembentukan komisi ini. Tugas dan wewenang untuk
melakukan upaya guna menerima masukan dan sosialisasi naskah pada publik, dimaksudkan
untuk melibatkan secara aktif peran-serta masyarakat dalam penyusunan konstitusi.
Sementara itu, keanggotaan Komisi Konstitusi harus terdiri atas: 1) pakar dari
berbagai disiplin ilmu; 2) perwakilan dari tiap daerah di Indonesia. Secara keseluruhan,
anggota Komisi Konstitusi haruslah non-partisan, dengan komposisi yang mencerminkan
kesetaraan jender, keadilan agama dan etnis, serta mengakomodasi unsur dan kepentingan
daerah.
Keanggotaan Komisi Konstitusi di atas, diyakini dapat menjembatani secara optimal
mayoritas kepentingan-kepentingan rakyat Indonesia terhadap materi muatan konstitusi yang
akan dibuat, sekaligus meminimalisasi materi muatan konstitusi yang berorientasi jangka
pendek dan sarat kepentingan sekelompok orang atau golongan.
Komisi Konstitusi harus mendapatkan legitimasi yang kuat, baik secara konstitusional
maupun oleh rakyat, demikian pula hasilnya. Seleksi Ketua dan Angota Komisi Konstitusi –
diangkat oleh MPR dalam Sidang Tahunan – melalui proses yang transparan, partisipatif, dan
akuntabel. Waktu pelaksanaan seleksi harus memadahi, tidak terlalu singkat, untuk
mengoptimalkan partisipasimasyarakat.
Komisi Konstitusi ini diangkat oleh MPR dengan pertimbangan, bahwa MPR
merupakan lembaga yang berwenang untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang
Dasar, berdasarkan atas ketentuan Pasal 3 ayat (1) UUD 1945 setelah perubahan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
Konstitusi adalah hukum dasar tertulis ataupun hukum dasar tak tertulis. Konstitusi
yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-undang 1945 yang dibentuk sejak
Indonesia sukses memproklamasikan kemerdekaannya. Karena Indonesia ingin berdiri
sendiri sebagai suatu negara yang mengurus rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan
negara lain.
kekaburan dan inkonsistensi teori dan materi muatan UUD 1945. Kedua, kekacauan struktur dan sistematisasi
pasal-pasal UUD 1945. Ketiga, ketidaklengkapan konstitusi dan pasal-pasal yang multi-interpretatif, yang
menimbulkan instabilitas hukum dan politik.
Selama ini MPR dalam membahas dan memutuskan perubahan UUD 1945 sebelumnya tidak membuat
dan memiliki content draft konstitusi secara utuh sebagai langkah awal yang menjadi dasar perubahan
(preliminary) yang dapat ditawarkan kepada publik untuk dibahas dan diperdebatkan.
Sebagai solusi terhadap perubahan konstitusi haruslah deserahkan kepada Komisi Konstitusi
atauConstitutional Commission yang independen, sehingga kata “dibuat” dalam diktum “konstitusi dibuat oleh
Badan Pembuat Undang-Undang Dasar” akan terpenuhi.
B. Saran
Setelah menyimpulkan hasil pembahasan dari makalah ini berdasarkan teori-teori yang ada, maka
Kami mencoba untuk memberikan masukan atau saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, kami menyarankan agar berhati-hati dalam melakukan perubahan ataupun melaksanakan
Undang-Undang agar tetap terjalin keselarasan antara Dasar Negara dan Konstitusi.
2 Bagi pembaca, kami menyarankan agar dapat mengambil hal-hal positif dari makalah ini untuk pembelajaran
dan lebih banyak membaca buku yang berkaitan dengan Dasar Negara dan Konstitusi agar lebih memahami
makna dari kedua hal tersebut.
Demikianlah makalah yang berjudul ‘Konstitusi dan UUD 1945’ ini kami tulis dengan harapan dapat
menjadi manfaat bagi setiap pembaca khususnya penulis. Bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini saya
memohon maaf, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam mengerjakan apapun.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian konstitusi, dalam praktik dapat berarti lebih luas dari pada UUD, tetapi ada juga
yang menyamakan dengan pengertian UUD. Bagi para sarjana ilmu politik istilah constitutin
merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari peraturan-perturan baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara bagaimana suatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Undang-Undang Dasar adalah hukum dasar tertulis yang menjadi dasar semua undang-
undang dan peraturan lain dalam suatu negara yang mengatur bentuk, sistem pemerintahan,
pembagian kekuasaan, wewenang badan-badan pemerintahan,dll.
Keterkaitan konstitusi dengan UUD yaitu konstitusi adalah hukum dasar tertulis dan tidak ter
tulis sedangkan UUD adalah hukum dasar tertulis. UUD memiliki sifat mengikat oleh karenanya makin
elastik sifatnya aturan itu makin baik, konstitusi menyangkut cara suatu pemeritahan diselenggarakan
Konstitusi model Amerika (yang tertulis) sekaligus dapat dikatakan “Abad UUD” dimulai dengan
diundangkannya UUD tertulis yang pertama yaitu UUD Amerika Serikat pada tahun 1789 dan
deklarasi francis tentang hak-hak manusia dan warga negara 1789. Kedua dokumen tersebut selain
memberikan model yang kemudian diikuti oleh para perancng UUD yang lain, dalam hal bentuk
maupun substansi, juga memberikan berbagai wawasan mengenai mengapa dan bagaimana UUD
harus ada yang kemudian diikuti oleh berbagai konstitusi tertulis di berbagai negara di Eropa.
Undang-Undang Dasar berkedudukan sebagai benteng pemisah antara rakyat dan penguasa
yang selanjutnya ditentukan sebagai ideologi yang melandasi negara. UUD menentukan cara-cara
bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini melakukan kerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain;
UUD merekam hubungan kekuasaan dalam suatu negara.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basiclaw), konstitusi pemerintahan negara Republik
Indonesiasaat ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan konstitusi dan Undang-Undang Dasar dalam praktik ketatanegaraan
2. Bagaimana peranan konvensi dalam praktik ketatanegaraan
3. Seperi apa Undang-Undang yang berlaku di Indonesia
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan peranan konstitusi dan Undang-Undang Dasar dalam praktik ketatanegaraan
2. Mendeskripsikan peranan konvensi dalam praktik ketatanegaraan
3. Mendeskripsikan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
Konstitusi model Amerika (yang tertulis) sekaligus dapat dikatakan “Abad UUD” dimulai dengan
diundangkannya UUD tertulis yang pertama yaitu UUD Amerika Serikat pada tahun 1789 dan
deklarasi francis tentang hak-hak manusia dan warga negara 1789.
Konstitusi dalam praktik dapat berarti lebih luas dari pada UUD, tetapi ada juga yang
menyamakan dengan pengertian UUD. Istilah constitutin merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu
keseluruhan dari peraturan-perturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.Sedangkan pengertian Undang-Undang Dasar adalah hukum dasar tertulis yang menjadi
dasar semua undang-undang dan peraturan lain dalam suatu negara
Keterkaitan konstitusi dengan UUD yaitu konstitusi adalah hukum dasar tertulis dan tidak
tertulis sedangkan UUD adalah hukum dasar tertulis. UUD memiliki sifat mengikat oleh karenanya
makin elastik sifatnya aturan itu makin baik, konstitusi menyangkut cara suatu pemeritahan
diselenggarakan.
Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, Undang-
Undang Dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang, dengan demikian hak warga negara
akan terlindungi.
3.2 Saran
Konstitusi tertulis negara Indonesia mengamanatkan dalam dalam pembukaan UUD 1945
sesuai dengan tujuan dan fungsi negara, oleh karena itu agar kepada para penyelenggara negara
supaya lebih menfokuskan kebijakannya sesuai dengan amanat UUD 1945 supaya dapat
memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi rakyat.