Anda di halaman 1dari 4

NAMA :NOR HIDAYATULLAH ROMADHONI

NIM :20238211692

JUDUL :MENUNTUT ILMU AGAMA

DAFTAR ISI

1. PENGERTIAN MENUNTUT ILMU


2. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
3. HUKUM MENUNTUT ILMU

PENDAHULUAN

Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap, perilaku dan nalar
seseorang dalam usaha mendewasakan diri melalui upaya dan pengajaran. Dalam sebuah pendidikan
tidak hanya soal tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti, ataupun dari
yang tidak paham menjadi paham. Namun, terdapat nilai terpenting dalam sebuah pendidikan adalah
dimana pengetahuan dan pemahamannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain,
serta pegetahuannya membawa pelaku pendidikan ke arah yang lebih baik lagi. Disini nilai-nilai
pendidikan yang mulai dilupakan adalah pendidikan moral, karakter dan akhlak. Pendidkan tersebut
(karakter, moral dan akhlak) mulai dilupakan karena pelaku pendidikan hanya sibuk mengejar
pemahaman dan pengetahuan saja tanpa memikirkan bagaimana pentingnya ilmu pengetahuan harus
di barengi dengan pendidikan karakter, moral dan akhlak yang baik. Agar ilmu pengetahuan yang
didapatnya benar-benar dapat bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain, pun dapat
membawa pelaku pendidikan kepada sesuatu yang lebih baik pula.

PEMBAHASAN

Ilmu merupakan sebuah kunci akan segala kebaikan serta pengetahuan. Ilmu menjadi sebuah
sarana untuk bisa menjalankan apa yang menjadi perintah Allah kepada kita. Tidak akan sempurna
akan keimanan serta tak sempurna pula amal kecuali dengan keutamaan sebuah ilmu. Dengan ilmu
Allah disembah, dengannya juga hak Allah dijalankan, serta dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.

Hal ini yang sebuah membuat kebutuhan pada sebuah ilmu lebih besar serta dibandingkan
kebutuhan pada makanan serta minuman, sebab pada keberlangsungan agama serta dunia bergantung
dengan ilmu. Manusia akan lebih memerlukan ilmu daripada sebuah makanan juga minuman. Karena
pada makanan dan juga minuman hanya dibutuhkan sebanyak dua hingga tiga kali sehari, sedangkan
ilmu terus diperlukan pada setiap waktunya.

Sebagian dari antara kita mungkin bisa menganggap bahwa dalam hukum menuntut ilmu
agama hanya sekadar sunnah, yang artinya akan mendapat pahala untuk mereka yang melakukannya
serta tidak akan berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya.

Padahal ada terdapat banyak beberapa kondisi di mana dalam hukum menuntut ilmu agama
adalah wajib untuk setiap Muslim (fardhu ‘ain) sehingga berdosalah untuk mereka orang yang
meninggalkannya.
PENGERTIAN MENUNTU ILMU

Menuntut ilmu memiliki arti ikhtiar atau sebuah usaha dalam mempelajari sebuah ilmu, baik
ilmu dunia maupun ilmu akhirat dengan tujuan agar ilmu tersebut dapat bermanfaat untuk dirinya dan
juga untuk orang lain.

Ilmu dunia berfungsi untuk memudahkan dalam hidup di dunia, sedangkan untuk ilmu akhirat
sendiri dicari agar manusia dapat memiliki tuntutan serta tidak tersesat dalam sebuah kebatilan.
Karena dalam manusia sejatinya tujuan akhirnya yaitu akhirat, serta untuk bisa mendapatkan akhirat
tentu perlu harus belajar dalam ilmu agama.

Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Wahai Abu Dzar, Sesungguhnya pada kepergianmu pagi hari untuk dapat mempelajari satu
ayat dari kitab Allah itu lebih baik untuk mu dari pada kamu Shalat sebanyak seratus rakaat. Dan
sesungguhnya dalam kepergianmu pada pagi hari untuk mempelajari satu bab dari sebuah ilmu, baik
diamalkan maupun tidak, itu akan lebih baik untukmu daripada shalat seribu rakaat.”

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU 

Tidak sedikit ayat dalam Al Qur’an serta hadis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam yang
mengutamakan wajibnya belajar. Bahkan dalam kedudukan orang yang sedang menuntut ilmu
disamakan dengan orang yang sedang berjihad.

Mengutip dalam buku Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas X, coba perhatikan dalam wahyu
pertama yang telah diturunkan Allah Subhanahu wata’ala kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi
wassalam yang artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia juga yang telah
menciptakan antara manusia dari segumpal darah. Bacalah, seta Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang
mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya,” (Q.S.
al-‘Alaq/96:1-5).

Dalam ayat tersebut, ada sejumlah kata yang menguatkan perintah dalam belajar serta
menuntut ilmu yaitu ‘Bacalah’, ‘Yang mengajar dengan pena’, serta ‘Mengajarkan apa yang tidak
diketahui’. Menuntut ilmu tidak akan dibatasi untuk para laki-laki saja, karena para wanita pun
memiliki hak yang sama dalam menuntut ilmu.

Seluruh gender, memiliki hak serta kewajiban karena sama-sama menjadi seorang khalifah
maupun wakil Allah di muka bumi, sekaligus juga menjadi seorang hamba yang taat.
Sebagai seorang khalifah, tentu manusia akan membutuhkan ilmu untuk bisa menegakkan
syariat Allah Subhanahu wata’ala. Demikian juga untuk sebagai hamba, memerlukan sebuah ilmu
yang memadai supaya bisa jadi hamba (‘abid) yang baik serta taat.

Mustahil untuk menjadi khalifah tanpa sebuah ilmu pengetahuan yang cukup untuk bisa
mengelola serta merekayasa kehidupan di bumi ini, maka dapat menjalankan hukum-hukum Allah.

Sebagai contoh, untuk shalat saja perlu dalam ilmu mencari kiblat, kemudian mencari waktu
yang tepat kapan untuk menjalankan sholat lima waktu, juga ilmu dalam membangun masjid yang
benar, serta membangun tempat wudhu yang baik, dan lainnya.

Tak ada sebuah batasan pada tempat serta waktu dalam proses mencari ilmu, bahkan terdapat
sebuah ungkapan Arab yang menyebutkan ‘Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’.

Islam tentunya juga mengajarkan ‘Menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir hingga ke liang
lahat’, maka belajarlah mulai kecil hingga akhir usia. Jangan merasa malu dalam belajar walaupun
sudah berumur.

HUKUM DALAM MENUNTUT ILMU 

Ilmu seperti apa yang harus dan wajib dipelajari oleh warga umat Islam? Tentu bukan sebuah
ilmu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan dunia serta akhiratnya. Terdapat ilmu yang tidak wajib
dipelajari, bahkan hukumnya haram serta berdosa bila dipelajari.

Untuk sebuah ilmu yang bermanfaat, maka dalam mempelajarinya akan memberikan sebuah
konsekuensi pahala. Berikut ini beberapa hukum menuntut ilmu-ilmu yang wajib seperti dilansir pada
halaman kemdikbud.go.id:

 Fardu kifayah
Hukum fardhu kifayah ini berlaku pada ilmu yang perlu ada pada kalangan umat Islam, agar tidak
hanya kaum di luar Islam yang dapat menguasai ilmu tersebut.  Misalnya seperti ilmu kedokteran,
ilmu falaq, perindustrian, ilmu bahasa, ilmu komunikasi, ilmu nuklir, ilmu komputer, serta lainnya.

 Fardu ‘Ain
Hukum ini akan berlaku bila ilmu yang dimaksud dilarang untuk ditinggalkan oleh para umat
Islam pada segala situasi serta kondisi.  Sebagai contohnya, ilmu agama Islam, ilmu dalam mengenal
Allah Subhanahu wata’ala dengan seluruh sifat-Nya, serta ilmu tata cara beribadah, serta yang terkait
pada kewajiban sebagai muslim.

Cukup sekian dari saya, semoga bermanffat


KESIMPULAN

Diucapkan Az Zarnuji, barangsiapa yang sudah mencari sesuatu serta dilakukannya dengan
sikap sungguh-sungguh, pasti mereka akan mendapatkannya. Serta barangsiapa yang mengetuk pintu
secara terus menerus, pasti bisa masuk. Dikatakannya pula, bahwa dengan sesuai kesungguhannya,
seseorang pasti akan bisa mendapatkan apa yang menjadi harapannya.

Dalam makna kesungguhan ini, Az Zanurji menjelaskan dalam kesulitan yang dihadapi
seseorang akan bisa selesai dalam kesungguhan, terutama ketika kesulitan yang sudah dihadapi saat
proses belajar. Allah akan bisa memberikan pertolongan pada seseorang bila Allah menghendaki.
Kesulitan bisa selesai dengan kesungguhan menjadi sebuah anugerah dari Allah subhanahu wa ta’ala
serta dalam kekuasaan-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pendahuluan: latar belakang pendidikan adalah sebuah proses perubahan sikap, perilaku dan
nalar seseorang dalam usaha mendewasakan diri melalui upaya dan penajaran.
2. Pembahasan: ilmu merupakan sebuah kunci akan segala kebaikan serta pengetahuan.
3. Isi : berisikan tentang pengertia menuntut ilmu, kewajiban menuntut ilmu, hukum
menuntut ilmu.

Anda mungkin juga menyukai