Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENGANTAR ASESMEN PSIKOLOGI

(OBSERVASI)

Disusun Oleh:
Kelompok 5 - Kelas B

Safira Putri Salsabila 190110170013


Nadhila Sharfina 190110170019
Muhammad Rafif Iman 190110170041
Adnan Gristian Hussayna 190110170078
Afifah Dwi Wulandari 190110170082
Ketut Indah Sukiani Dewi 190110170088
Winamora Dapa 190110170144
Tiara Ghea Larasati 190110170151

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
I. Pengertian dan Kegunaan Observasi

Dalam bukunya, Yoder & Symons (2010) menjelaskan bahwa Systematic


Observation adalah alternatif dari self-report (meminta seorang partisipan untuk
melaporkan apa yang ia lakukan) atau other reports (meminta orang lain untuk melaporkan
perilaku partisipan berdasarkan pengalaman kumulatif dengan perilaku partisipan).
Terdapat beberapa situasi yang mana pengukuran observasional lebih memungkinkan
untuk valid secara ilmiah dibandingkan dengan self-report atau other reports. Pertama,
ketika metode observasi menyediakan deskripsi yang lebih detil dari sebuah perilaku dan
konteks sosial maupun non sosialnya. Kedua, observasi lebih valid dibandingkan dengan
self-report ketika partisipan adalah preverbal atau terbatas pada kemampuan verbal atau
kognitifnya untuk sadar atau untuk melaporkan fenomena. Ketiga, ketika orang lain
melaporkan perilaku seorang partisipan, mungkin dapat merefleksikan karakteristik dari
pelapor maupun perilaku partisipan.
Observasi perilaku memiliki beberapa kegunaaan dalam melakukan asesmen
psikologi, yaitu:
1. Digunakan untuk memutuskan dan melaksanakan strategi dan teknik khusus untuk
mengukur bidang perilaku yang relevan yang dibahas selama wawancara yang
dilakukan sebelum observasi. (Groth-Marnat&Wright, 2016).
2. Dengan melakukan observasi perilaku terhadap orang yang mengalami penurunan
fungsi kognitif, psikolog dapat membantu perawat dari orang yang mengalami
penurunan fungsi kognitif tersebut dalam menghadapi perilaku-perilaku yang
mengganggu atau tampak gelisah. (APA, n.d.)

II. Metode-metode Observasi

A. Controlled Observation
Controlled observation atau observasi yang terstruktur biasanya dilakukan
pada suatu laboratorium psikologi. Ini berarti bahwa peneliti dapat mengontrol
tempat atau setting, waktu, partisipan, kondisi dan prosedur observasi. Peneliti
biasanya mengklasifikasi perilaku yang diobservasi secara sistematis dan
menggolongkannya ke beberapa kategori. Ini termasuk mengkode karakteristik
dengan nomor atau angka, atau menggunakan skala pengukuran intensitas perilaku.
Hal ini dilakukan agar data yang diambil dapat diolah dengan mudah dan diubah
menjadi statistik.
Observasi terkontrol bisa dilakukan secara terbuka dimana peneliti
menerangkan maksud dan tujuan penelitian ke partisipan agar mengetahui mereka
akan diobservasi. Selain itu, observasi terkontrol dapat juga menjauhi kontak secara
langsung dengan partisipan (contohnya mengobservasi dibalik kaca dua-arah).
Controlled observation memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
Kelebihan :
1. Observasi yang sama bisa direplikasi atau diulang kembali oleh peneliti lain
sehingga dapat dibukti reliabilitasnya.
2. Data yang diambil dari observasi yang terstruktur dapat diolah dan dianalisis
dengan mudah karena berbentuk kuantitatif sehingga dibutuhkan waktu sedikit
dibandingkan observasi naturalistik.
3. Observasi dapat dilakukan dengan cepat sehingga sampel yang terambil lebih
banyak dan mewakilkan populasi secara general.
Kekurangan :
1. Controlled observation dapat memiliki validitas yang kurang karena partisipan
mengetahui bahwa mereka sedang diobservasi sehingga partisipan dapat
berperilaku tidak natural.
2. Partisipan yang bersedia ke laboratorium universitas tidak seutuhnya
merepresentasikan populasi yang bervariasi.
3. Partisipan yang kurang biasa dengan suasana laboratorium bisa jadi tertekan.

B. Naturalistic Observation
Naturalistic Observation memberikan wawasan yang terkadang tidak
dapat diperoleh di laboratorium (Gravetter & Forzano, 2012). Naturalistic
Observation berarti mengobservasi perilaku dalam pengaturan dunia nyata dan
tidak berusaha untuk memanipulasi atau mengontrol situasi. Metode ini biasa
dilakukan pada kegiatan olahraga, pusat perawatan anak, sekolah, mall, dan
tempat lainnya dimana manusia sering kunjungi.
Kelebihan :
1. Dengan mampu mengamati aliran perilaku dalam pengaturan sendiri, metode
ini memiliki validitas ekologi yang lebih besar.
2. Dapat menghasilkan ide-ide baru. Peneliti memiliki kesempatan untuk
mempelajari situasi total, sering kali menunjukkan jalan penyelidikan yang
tidak terpikirkan sebelumnya.
Kekurangan :
1. Pengamatan ini sering dilakukan pada skala mikro (kecil) dan mungkin tidak
memiliki sampel yang representatif. Ini dapat mengakibatkan hasil temuan
kurang mampu untuk digeneralisasikan ke masyarakat yang lebih luas.
2. Pengamatan ini kurang dapat diandalkan karena variabel lain tidak dapat
dikontrol. Ini menyulitkan peneliti lain untuk mengulang penelitian dengan cara
yang persis sama.
3. Dengan tidak memiliki variabel yang tidak dapat dimanipulasi (atau kontrol
atas variabel asing) hal ini berarti hubungan sebab dan akibat tidak dapat
ditentukan.

C. Participant Observation
Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat
dalam keseharian responden. DeMunck dan Sobo (1998) mendeskripsikan
observasi partisipan sebagai metode utama yang digunakan oleh para antropolog
yang melakukan kerja lapangan. Kerja lapangan melibatkan "aktif mencari,
meningkatkan memori, wawancara informal, menulis catatan lapangan rinci, dan
mungkin yang paling penting, kesabaran" (DeWalt, 2002). Pengamatan partisipan
adalah proses yang memungkinkan para peneliti untuk belajar tentang kegiatan
orang yang sedang diteliti di alam melalui pengamatan dan berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut.
Observasi ini di tandai dengan tindakan-tindakan yang memiliki sikap
terbuka dan tidak menghakimi, tertarik untuk belajar lebih banyak tentang orang
lain, menyadari kecenderungan untuk merasakan kejutan budaya dan membuat
kesalahan, yang sebagian besar dapat diatasi, menjadi pengamat yang teliti dan
pendengar yang baik, dan terbuka terhadap hal-hal tak terduga dalam apa yang
dipelajari (DeWalt, 1998).
Metodologi ini banyak digunakan dalam, antropologi budaya, tetapi juga
sosiologi, studi komunikasi, dan psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan keakraban dekat dan akrab dengan kelompok tertentu individu
(seperti kelompok budaya agama, pekerjaan, atau sub, atau komunitas tertentu) dan
praktik mereka melalui keterlibatan yang intensif dengan orang-orang di
lingkungan budaya mereka, biasanya lebih jangka waktu. Penelitian tersebut
melibatkan berbagai terdefinisi dengan baik, meskipun metode variabel:
wawancara informal, observasi langsung, partisipasi dalam kehidupan kelompok.
Observasi partisipan tradisional biasanya dilakukan selama jangka waktu, mulai
dari beberapa bulan sampai bertahun-tahun, dan bahkan generasi. Sebuah periode
penelitian diperpanjang waktu berarti bahwa peneliti dapat memperoleh informasi
lebih rinci dan akurat tentang individu, masyarakat, dan / atau populasi yang diteliti.
Rincian diamati (seperti penjatahan waktu setiap hari) dan rincian lebih
tersembunyi (seperti perilaku tabu) lebih mudah diamati dan ditafsirkan selama
jangka waktu yang lama.

III. Teknik Pencatatan dalam Observasi

1. Narrative Recording
Narrative recording mewajibkan observer hanya mencatat perilaku yang menarik. Nilai
utama dari narrative recording adalah bahwa mereka dapat membantu menentukan masa
depan, kemudian dapat mengukur area yang lebih spesifik dengan cara yang lebih
kuantitatif dan sistematis. Narrative recording biasanya merupakan pendahulu untuk
bentuk-bentuk pengukuran alternatif.
 Keuntungan :
Narrative recording memiliki keuntungan, seperti berpotensi menemukan perilaku
yang relevan; maksudnya adalah dapat menguraikan perilaku; hal tersebut
membutuhkan sedikit peralatan, jika ada; dan banyak hipotesis dapat dihasilkan dari
deskripsi naratif.
 Keterbatasan :
Narrative recording tidak memungkinkan pengamat untuk mengukur pengamatan,
itu mungkin memiliki validitas yang dipertanyakan, dan kegunaan dari pengamatan
sangat tergantung pada keterampilan individu pengamat.

2. Interval Recording
Teknik interval recording biasanya disebut sebagai time sampling, interval sampling, or
interval time sampling. Pada teknik interval recording, observer akan mencatat perilaku
yang dipilih berdasarkan interval yang sudah ditentukan. Biasanya interval bervariasi dari
5 hingga 30 detik dan dapat didasarkan pada jadwal yang ditetapkan untuk setiap periode
pengamatan atau dapat dipilih secara acak. Teknik ini paling tepat digunakan untuk
mengukur overt behavior dengan frekuensi sedang dan ketika perilaku ini tidak memiliki
awal atau akhir yang jelas. Perilaku target untuk diobservasi berasal dari informasi
berdasarkan sumber-sumber seperti wawancara awal, persediaan laporan diri, pengamatan
naratif, dan terutama deskripsi masalah penyajian.
 Keuntungan :
Interval recording dengan waktu yang efisien dan sangat terfokus pada perilaku
tertentu, memiliki potensi untuk mengukur hampir semua perilaku.
 Keterbatasan :
Interval recording tidak dirancang untuk menilai kualitas perilaku target,
bagaimanapun, dan mungkin mengabaikan perilaku penting lainnya.

3. Event Recording
Jika interval recording mengukur perilaku berdasarkan interval waktu yang ditentukan,
event recording tergantung pada terjadinya perilaku itu sendiri. Pada teknik ini, observer
harus menunggu perilaku target terjadi dan kemudian mencatat rincian yang relevan dari
perilaku. Contoh perilaku yang paling tepat untuk teknik ini adalah tindakan agresif, salam,
atau penggunaan ekspresi verbal seperti pernyataan yang tegas atau mengucapkan kata-
kata kotor. Desain dasar dari sistem pencatatan peristiwa adalah untuk mencatat frekuensi,
durasi, dan intensitas perilaku. Meskipun penekanan utamanya adalah mengukur frekuensi
merespons, durasinya juga dapat diukur dengan pengatur waktu. Intensitas perilaku dapat
dicatat hanya dengan menentukan apakah itu ringan, sedang, atau kuat.
 Keuntungan
Event recording sangat baik untuk merekam perilaku yang memiliki frekuensi
rendah, mengukur perubahan dalam perilaku lembur, dan mempelajari berbagai
jenis perilaku.
 Keterbatasan
Event recording cenderung buruk dalam mengukur perilaku yang tidak memiliki
awal dan akhir yang jelas, dan kesulitan dalam menjaga perhatian observer untuk
perilaku jangka waktu panjang. Event recording sulit untuk membuat kesimpulan
tentang bagaimana dan mengapa perilaku terjadi, karena tidak memberikan
informasi mengenai urutan perilaku,.

4. Ratings Recording
Ratings recording dibuat setelah periode pengamatan. Format yang khas dapat meminta
evaluator untuk menilai, dalam skala mulai dari 1 hingga 5 atau 1 hingga 7, perilaku sadar
yang ditunjukkan. Rekaman peringkat dapat berpotensi digunakan untuk berbagai macam
perilaku.
 Keuntungan :
Data yang didapatkan dari ratings recording mampu dijadikan subjek untuk
analisis statistik.
 Keterbatasan :
Kemungkinan perjanjian interrater rendah karena subjektivitas memainkan peran
dalam memberikan ratings.
DAFTAR PUSTAKA

Groth-Marnat, G. & Wright, J.A. (2016). Handbook of Psychological Assessment (6th ed.).
Hoboken: John Wiley & Sons, Inc..
Kawulich, Barbara B. (2005). Participant observation as a Data Collection Method .Forum
Qualitative Sozialforschung/ Forum : Qualitative Sosial Research, 6(2), Art.43. Diakses
pada 9 Oktober 2018 dari
http://www.qualitative-research.net/index.php/fqs/article/view/466/996
McLeod, S. A. (2015). Observation methods. Diakses pada 9 Oktober 2018 dari
https://www.simplypsychology.org/observation.html.
Santrock, J. W. (2014). A Topical Approach to Life-Span Development. New York: McGraw-Hill.
Yoder, P. & Symons, F. (2010). Observational Measurement of Behavior. New York: Springer.

Anda mungkin juga menyukai