Anda di halaman 1dari 5

5 Contoh Kasus Pelanggaran HAM

1. Kasus Tanjung Priok (1984)

Peristiwa Tanjung Priok adalah kerusuhan yang terjadi antara aparat dan


warga sekitar di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 12 September 1984.

Kasus tanjung Priok berawal dari masalah SARA dan politis.

Kasus ini menjadi salah satu kasus kerusuhan terbesar dan pelanggaran HAM.

2. Kasus Lumpur Lapindo

Pada 29 Mei 2006, terjadi banjir lumpur panas akibat pengeboran yang


dilakukan PT Lapindo Brantas.

Adanya kasus ini, membuat masyarakat sekitar harus kehilangan hak atas
tanahnya dan anak-anak kehilangan sekolahnya.

Untuk menyelesaikannya, PT Lapindo Brantas menanggung ganti rugi kepada


penduduk sekitar. 

3. Kasus Bullying di Tasikmalaya

Terjadi kasus perundungan atau bullying  di Tasikmalaya yang menyebabkan


korban meninggal dunia.

Korban mengalami kekerasan fisik, seksual, dan psikologis yang membuatnya


trauma hingga meninggal dunia.

Penyelesaian kasus ini ditangani oleh pihak berwajib, para pelaku harus


ada dalam pengawasan bapas. Pembinaan turut dilakukan oleh dinas sosial dan
lembaga perlindungan anak.

4. Tragedi Trisakti

Tragedi Trisakti adalah kasus bentrokan terjadi antara aparat dan mahasiswa


yang sedang melakukan demonstrasi.

Hal ini karena adanya kebijakan pemerintah yang ingin melakukan


pemberlakukan UU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang dinilai rakyat
terlalu otoriter.

Cara penyelesaiannya dengan adanya pemeriksaan dan investigasi.


5. Bom Bali

Bom Bali menjadi salah satu kasus terorisme yang termasuk dalam salah satu
kasus pelanggaran HAM berat.

Pengeboman yang terjadi dua kali ini menewaskan 202 orang.

Aksi terorisme tersebut juga meruntuhkan industri pariwisata Bali dan warga


Bali pun terpuruk.

Jaksa pun memberikan tuntutan hukuman seumur hidup untuk seorang


tersangka utama teroris.

Pembatasan Hak Orang untuk Berpendapat 1997-1998

Peristiwa pembatas hak orang untuk berpendapat ini terjadi saat pemilihan
Presiden Republik Indonesia periode 1998-2003.

Para aktivis, pemuda, mahasiswa, dan tokoh yang sering menyuarakan


ketidakadilan terancam dianiaya.

Penyebabnya adalah para aktivis dinilai sebagai penghambat pihak-pihak


tertentu untuk berkuasa.

Penyelesaiannya adalah Komnas HAM membentuk badan khusus untuk


menyelidiki hal ini dan mendorong pemerintah membentuk Undang-Undang
yang melindungi hak-hak rakyat.

Kerusuhan Mei 1998

Kerusuhan Mei 1998 terjadi pada 13 - 15 Mei 1998 di Jakarta dan sejumlah kota
lain.

Penyebabnya adalah krisis moneter (keuangan) dan SARA.

Penyelesaian kasus ini adalah salah satunya dibentuk Komnas Perempuan.

4. Tragedi Trisakti

Tragedi Trisakti adalah kasus penghilangan nyawa 4 mahasiswa yang sedang


berdemo.
Penyebabnya adalah rencana pemberlakukan UU Penanggulangan Keadaan
Bahaya (PKB) yang dinilai rakyat terlalu otoriter, pdahal sistem pemerintahan
Indonesia adalah demokrasi.

Upaya penyelesaian oleh Komnas HAM adalah dengan melakukan pemeriksaan,


investigasi, dan menyusun aturan untuk melindungi hak-hak rakyat.

5. Peristiwa Aktivis Munir

Munir Said Thalib, yang lebih populer dengan panggilan Munir adalah seorang
pejuang HAM.

Munir lahir di Malang, 8 Desember 1965. Ia diracun pada 7 September 2004 di


pesawat menuju Belanda.

Penyebabnya, Munir adalah seorang aktivis yang diduga membuat beberapa


pihak terancam.

Sebagai bentuk penyelesaian kasus, presiden Indonesia saat itu, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menerbitkan Keppres No. 1112004 tentang Pembentukan
Tim Pencari Fakta (TPF) kasus tersebut.

Pembersihan PKI (1965-1966)


Berkaitan dengan dibunuhnya 30 jenderal dalam peristiwa 30 September 1965 (G30S/PKI),
pemerintahan Orde Baru menuding PKI sebagai biang keroknya.
Pada saat itu, pemerintah melakukan operasi pembersihan PKI dan simpatisannya untuk
membubarkan organisasi komunis tersebut.
Komnas HAM memperkirakan ada sekitar 500 ribu hingga 3 juta warga tewas terbunuh dalam
operasi tersebut.
Penembakan Misterius (1982-1986)
Kasus penembakan misterius (Petrus) alias operasi clurit merupakan operasi rahasia yang
dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Operasi tersebut berdalih untuk menekan tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat itu.
Secara umum, operasi ini merupakan penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang
diduga mengganggu ketenteraman masyarakat.
Hingga saat ini, pelakunya tidak pernah tertangkap dan tidak pernah diadili.
Tragedi Talangsari (1989)
Tragedi Talangsari yang terjadi di Lampung pada 7 Februari 1989 termasuk dalam salah satu
pelanggaran HAM berat di Indonesia.
Pada masa tersebut Soeharto mengadakan program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila(P-4).
Program ini banyak menyasar masyarakat Islam yang kritis terhadap pemerintahan Orde Baru.
Sampai akhirnya hal tersebut memancing reaksi kelompok Islam di Indonesia, termasuk
kelompok Warsidi di Lampung.
Akhirnya kelompok Warsidi dituduh radikal dan mendapat perlakuan represif dari militer serta
polisi yang menyebabkan tragedi pembantaian.
Dalam tragedi tersebut, ada sekitar 130 orang tewas dan 229 dianiaya.

Tragedi Rumoh Geudong, Aceh (1989-1998)


Tragedi Rumoh Geudong merupakan sebuah tragedi penyiksaan oleh aparat TNI terhadap
masyarakat Aceh selama masa konflik Aceh.
Salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia ini terjadi di sebuah rumah tradisional Aceh
yang merupakan markas TNI di desa Billie.
Rumah tersebut menjadi tempat penyiksaan kejam saat konflik tersebut
berkecamuk.

Pembunuhan Marsinah (1993)

Marsinah adalah seorang buruh pabrik dan aktivis pada zaman Orde Baru yang
tewas karena penyiksaan. Pada tanggal 3-4 Mei 1998, Marsinah beserta rekan-
rekannya melakukan demonstrasi karena pabrik tempatnya bekerja tidak
menaikkan upah sesuai edaran gubernur Jawa Timur. Pada siang tanggal 5 Mei, 13
teman Marsinah ditangkap Kodim Sidoarjo atas tuduhan penghasutan kepada para buruh agar
tidak masuk kerja.
Rekan-rekannya mendapat paksaan untuk mengundurkan diri. Marsinah pun datang ke Kodim
untuk menanyakan di mana keberadaan rekan-rekannya.
Malamnya, Marsinah menghilang dan tidak ada yang tahu keberadaannya.
Marsinah baru ditemukan pada tanggal 8 Mei 1993 dalam keadaan meninggal dan berdasarkan
hasil autopsi ia mengalami penyiksaan berat.

Penculikan Aktivis 97/98 (1997-1998)


Tragedi Penculikan Aktivis 97/98 merupakan operasi penghilangan orang secara paksa,
khususnya terhadap para aktivis pro-demokrasi menjelang Pemilu 1997 dan Sidang Umum MPR
1998.
Tragedi ini mengakibatkan 1 orang tewas, 11 orang mendapat siksaan berat, 23 orang hilang, dan
19 orang kehilangan kemerdekaan fisiknya. 

Tragedi Semanggi I & II (1998-1999)


Kasus pelanggaran HAM berikutnya adalah Tragedi Semanggi yang merupakan dua rangkaian
kejadian protes masyarakat terhadap Sidang Istimewa MPR yang mengakibatkan tewasnya rakyat
sipil
Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 dan menyebabkan 17 warga sipil tewas.
Sementara itu, Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 dan menyebabkan 12 orang
tewas (1 mahasiswa) serta 217 korban luka-luka.

Anda mungkin juga menyukai