Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH PPKN

"KASUS PELANGGARAN HAM PEMBUNUHAN MUNIR SAID THALIB"

Disusun Oleh :
NAMA : SRI PUSPITASARI
KELAS : XII DM 2
NO ABS : 31
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Biografi Munir

Munir Said Thalib lahir di Malang, 8 Desember 1965. Ia merupakan anak keenam
dari tujuh bersaudara Said Thalib dan Jamilah. Munir kuliah dan mendapat gelar
sarjana dari Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Dia menjadi Ketua Senat
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada tahun 1988, Koordinator
Wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia pada tahun 1989, anggota
Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir Universitas Brawijaya
pada tahun 1988, Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Universitas
Brawijaya pada tahun 1988, Sekretaris Al-Irsyad cabang Malang pada 1988, dan
menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Munir Said Thalib
meninggal di dalam penerbangan dari Jakarta menuju Amsterdam, 7 September
2004 pada umur 38 tahun) adalah seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan
terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia
Indonesia Imparsial. Saat menjabat Dewan Kontras, dia berjuang bagi orang-orang
hilang yang diculik pada masa itu, seperti membela para aktivis yang menjadi
korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus.

1.2 Rumusan Masalah

Kasus seperti apa yang termasuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi kepada
Munir.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kegiatan Munir

Munir serius dalam bidang hukum dengan cara melakukan pembelaan-pembelaan


terhadap sejumlah kasus, terutama terhadap kaum tertindas. Ia mendirikan dan
bergabung dengan berbagai organisasi, bahkan juga membantu pemerintah dalam
tim investigasi dan tim penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU).
Beberapa kasus yang pernah dia tangani, yaitu kasus Araujo yang dituduh sebagai
pemberontak melawan pemerintahan Indonesia untuk memerdekakan Timor timur
dari Indonesia pada 1992, kasus Marsinah (seorang aktivis buruh) yang dibunuh
oleh militer pada tahun 1994, menjadi penasehat hukum warga Nipah, Madura,
dalam kasus pembunuhan petani-petani oleh militer pada tahun 1993, menjadi
penasehat hukum mahasiswa dan petani di Pasuruan, dalam kasus kerusuhan di PT
Cheil Samsung, dengan tuduhan sebagai otak kerusuhan pada tahun 1995,
penasihat hukum Muhadi yang dituduh melakukan penembakan terhadap seorang
polisi di Madura, Jawa Timur pada 1994, penasehat hukum para korban dan
keluarga Korban Penghilangan Orang secara paksa 24 aktivis politik dan
mahasiswa di Jakarta pada tahun 1997 hingga 1998, penasehat hukum korban dan
keluarga korban pembantaian dalam tragedi Tanjung Priok 1984 hingga 1998,
penasehat hukum korban dan keluarga korban penembakan mahasiswa di
Semanggi I (1998) dan Semanggi II (1999), penasehat hukum dan koordinator
advokasi kasus- kasus pelanggaran berat HAM di Aceh, Papua, melalui Kontras.
Kasus yang dia tangani termasuk beberapa kasus di wilayah Aceh dan Papua yang
dihasilkan dari kebijakan operasi Militer. Munir aktif di beberapa kegiatan
advokasi dalam bidang perburuhan, pertanahan, lingkungan, gender dan sejumlah
kasus pelanggaran hak sipil dan politik.
Pada 2003, Munir bersikeras untuk ikut dengan sejumlah aktivis senior dan aktivis
pro demokrasi mendatangi DPR paska penyerangan dan kekerasan yang terjadi di
kantor Tempo.
Pada 2004, Munir bergabung dengan Tim advokasi SMPN 56 yang digusur oleh
Pemda. Selain itu, ia juga seorang yang aktif menulis di berbagai media cetak dan
elektronik yang berkaitan dengan tema-tema HAM, Hukum, Reformasi Militer dan
kepolisian, Politik dan perburuhan. Munir adalah sosok pemberani dan tangguh
dalam meneriakkan kebenaran. Ia adalah seorang pengabdi yang teladan, jujur, dan
konsisten. Berkat pengabdiannya itulah, ia mendapatkan pengakuan yang berupa
penghargaan dari dalam negeri dan luar negeri.

2.2 Penghargaan Munir

- Right Livelihood Award 2000, Penghargaan pengabdian bidang kemajuan


HAM dan kontrol sipil terhadap militer (Swedia, 8 Desember 2000)
- Mandanjeet Singh Prize, UNESCO, untuk kiprahnya mempromosikan
Toleransi dan Anti-Kekerasan (2000)
- Salah satu Pemimpin Politik Muda Asia pada Milenium Baru (Majalah
Asiaweek, Oktober 1999)
- Man of The Year versi majalah Ummat (1998).
- Suardi Tasrif Awards, dari Aliansi Jurnalis Independen, (1998) atas nama
Kontras
- Serdadu Awards, dari Organisasi Seniman dan Pengamen Jalanan Jakarta
(1998)
- Yap Thiam Hien Award (1998)
- Satu dari seratus tokoh Indonesia abad XX, majalah Forum Keadilan

2.3 Kronologi Kejadian Munir

Seperti yang kita ketahui, semasa hidupnya Munir dikenal sebagai Aktivis yang
kerap membela nasib rakyat kecil. Beliau merupakan pendiri LSM Kontras
(Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) yang sering bersifat
proaktif untuk mengusut dugaan Pelanggaran HAM berat yang terjadi di Indonesia.
Berikut ini adalah Kronologi Kasus Pembunuhan Munir:
- 7 September 2004
Ini menjadi awal perjalanan kasus yang hingga kini belum juga terselesaikan.
Munir meninggal didalam pesawat yang menuju Amsterdam, Belanda dengan
menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor GA-974. Dan sedianya
Munir berencana untuk berkuliah di Universitas Utrecht yang ada disana. Beliau
meninggal pada usia 39 tahun.
- 12 September 2004
Jenazah Munir dimakamkan di TPU Sisir, Kota Batu, Jawa Timur.
- 11 November 2004
Pada tanggal ini, Institusi Forensik Belanda (NFI) membuktikan bahwa Munir
meninggal akibat racun Arsenik.
- 18 Maret 2005
Malbespolri menetapkan Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang pilot maskapai
Garuda Indonesia sebagai tersangka pembunuh Munir dan ia pun ditahan dirumah
tahanan Malbespolri.
- 5 April 2005
Polri menetapkan 2 tersangka dari Garuda, yakni Oedi Irianto yang merupakan tim
dari Pantry dan Yeti Susmiarti yang merupakan Pramugari yang keduanya kala itu
bertugas diatas pesawat.
- 23 Juni 2005
Rekonstruksi kematian Munir dilakukan secara tertutup di Bandara Soekarno
Hatta, alasannya semata-mata demi kelancaran proses rekonstruksi.
- 9 Agustus 2005
Pollycarpus didakwa melakukan pembunuhan berencana dan motifnya adalah demi
menegakkan keutuhan NKRI, karena Munir dinilainya banyak mengkritik
pemerintah.
- 12 Desember 2005
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyetujui hukuman 14 tahun penjara kepada
Pollycarpus dan ia terbukti melakukan rencana pembunuhan terhadap Munir
dengan cara memasukkan racun arsenik kedalam mie goreng yang disantap Munir
ketika dipesawat.
- 27 Maret 2006
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Namun hal ini ternyata berbeda halnya dengan Mahkamah Agung.
- 3 Oktober 2006
MA menyatakan bahwa Pollycarpus tidak terbukti melakukan tindak pidana
pembunuhan berencana terhadap Munir dan Pollycarpus hanya terbukti bersalah
karena penggunaan surat dokumen palsu untuk perjalanannya.
- 25 Januari 2007
MA mengabulkan permohonan PK yang diajukan Kejaksaan terkait pembunuhan
Munir dan Pollycarpus pun divonis 20 tahun penjara.
- 28 Januari 2010
MA mewajibkan Garuda Indonesia memberikan ganti rugi kepada Suciwati yakni
istri Munir sebesar lebih dari 3 Milyar rupiah.
- 28 November 2014
Pollycarpus dinyatakan bebas bersyarat. Pollycarpus mendapat total remisi
berlimpah yakni 4 tahun 6 bulan 20 hari.
- 10 Oktober 2016
Penggiat HAM pun tidak tinggal diam. KontraS mengajukan sengketa informasi
hasil penyelidikan TPF kasus Munir kepada Komisi Informasi Publik. Dan
KontraS meminta pemerintah untuk mengumumkan secara umur hasil
penyelidikan tersebut. Dan permintaan ini dikabulkan oleh Komisi Informasi
Publik.
- 13 Oktober 2016
Presiden Joko Widodo meminta Jaksa Agung HM Prasetyo untuk kembali
mengasut kasus Munir. Namun sampai saat ini masih belum terbukti siapa dibalik
kasus pembunuhan Aktivis HAM, Munir.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hak asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia
lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak-
hak ini berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku,
golongan, keturunanan, jabatan dan lain sebagainya antara setiap manusia yang
hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.Jika kita melihat
perkembangan HAM di Negara ini ternyata masih banyak pelanggaran HAM yang
sering kita temui. Mulai dari pelanggaran kecil hingga pelanggaran besar yang
bersifat kriminal dan tentang soal keselamatan jiwa. untuk menyelesaikan masalah
ini perlu adanya keseriusan dari pemerintah untuk menghukum individu atau orang
terbukti melakukan pelanggaran HAM . selain itu masyarakat juga perlu mengerti
tentang HAM mulai dari lingkungan sosial tempat mereka tinggal hingga nanti
akan terbetuk penegakan HAM tingkat nasional.

3.2 Daftar Pustaka

https://osf.io/hw58z/download
https://m.merdeka.com/munir-said-thalib/profil/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Munir_Said_Thalib

Anda mungkin juga menyukai