Menggarap musik kontemporer adalah cara pandang atau sikap seorang seniman dalam menggarap
musik yang menghasilkan Teknik, struktur, bentuk komposisi, harmoni, gaya yang bersifat kekinian
sesuai dengan zamannya dan secara tidak langsung disadari dan terkait dengan musik yang sudah ada
sebelumnya.
Keberadaan musik kontemporer merupakan satu perkembangan dari musik tradisi nada.
Konsep penyajian musik kontemporer menggunakan perpaduan antara instrument tradisional dan
modern sehingga menambah variasi suara yang dihasilkan dari segi sikap penyaji bergerak sesuai alur
cerita, seperti jalan, berdiri, dan duduk.
Musik kontemporer baru mulai dirasakan sejak diselenggarakan acara pekan komponis muda tahun
1979 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Dari beberapa komponis Sunda, secara komp[ositoris
karakteristik karyanya dapat dip[etakan menjadi 3 kategori :
Di Bali, aktivitas musik kontemporer berlansung sejak abad ke 20 di Bali Utara. Salah satu komponis
muda yang mewakili Bali adalah I Nyoman Windha pada tahun 1988 dengan dua karyanya yaitu Bali Age
dan Sumpah Palapa.
1. Penggarapan dengan memanfaatkan sumber dan warna bunyi yang dihasilkan dari suatu
instrumen musik tertentu dengan cara memainkan yang berbeda dari biasanya.
2. Memanfaatkan karakteristik struktur instrument dan akustik bahkan lebih luas susunan dan
fungsinya yang akan dijadikan sebagai sebuah media garap dan kreasi komposisi musiknya
sehingga menghasilkan suatu karya kreasi musik yang baru.
Berasal dari setiap etnik dengan cara mengembangkan dan berkolaborasi keunikan – keunikan,
teknik memainkan instrumen selain teknik dalam memanfaatkan unsur-unsur keunikan musikal
dan budaya musiknya.
Tiga kategori yang tersirat dalam bekreasi musik kontemporer :
1. Menggarap musik dalam suatu gaya tradisional, mengaransir baru suatu karya musik
tradisional.
2. Menggarap kreasi musik baru bersifat kekinian.
3. Kriteria musik kontemporer adalah ketidakbiasaan atau suatu bayangan kebebasan
sepenuhnya.