Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

“Kasus-kasus Pelanggaran Hak dan


Pengingkaran Kewajiban Warga Negara”

DISUSUN OLEH

1. A. Malik Haramain (01)


2. Aurelia Maharani (08)
3. Dela Fitria Ardhiyanti (09)
4. Ivan Aditya Pratama (16)
5. Khomisatul Fajriyah (17)
6. Moh. Ridwan Adi A (24)
7. Mohammad Maliki Rafli (25)
8. Seila Arumiyanti Anwar (32)
9. Shohwatul Islami N. FH (33)

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR


SMAN 1 PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat nikmat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kasus-kasus Pelanggaran
Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara" dengan tepat waktu. Dalam pembuatan
makalah ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu, yaitu:

1. Bapak Slamet Riyanto, S.Pd., selaku guru bidang studi mata pelajaran pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan yang telah memberikan tugas dan membimbing
dalam proses belajar-mengajar.
2. Teman-teman yang telah memberi saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari makalah ini masih memiliki kekurangan, karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar dapat menulis makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini
bemanfaat bagi kita.

Pamekasan, 28 Januari 2020

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Hak dan Kewajiban Warga Negara .............................................. 3
2.2 Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara ..... 9
2.3 Upaya Penegakan Hak dan Kewajiban Warga Negara............................ 22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 31
3.2 Saran ........................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak bisa
berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh
merupakan akibat dari dilaksanakannya kewajiban. Hak asasi manusia adalah hak
yang melekat pada diri setiap pribadi manusia. Karena itu, hak asasi manusia itu
berbeda dari pengertian hak warga negara.

Hak warga negara merupakan seperangkat hak yang melekat dalam diri
manusia dalam kedudukannya sebagai anggota dari sebuah negara. Hak asasi sifatnya
universal,tidak terpengaruh status kewarganegaraan seseorang. Akan tetapi hak warga
Negara dibatasi oleh status kewarganegaraan. Dengan kata lain, tidak semua hak
warga Negara adalah hak asasi manusia, akan tetapi dapat dikatakan semua hak asasi
juga hak warganegara, misalnya hak setiap warga negara untuk menduduki jabatan
dalam pemerintahan Republik Indonesia adalah hak warga negara Indonesia, sehingga
tidak berlaku bagi setiap orang.

Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan atau dilaksanakan. Jika tidak
dilaksanakan dapat mendatangkan sanksi bagi yang melanggarnya. Sedangkan hak
adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Namun, kekuasaan tersebut dibatasi oleh
undang-undang. Pembatasan ini harus dilakukan agar pelaksanaan hak seseorang tidak
sampai melanggar hak orang lain. Jadi, pelaksanaan hak dan kewajiban haruslah
seimbang.

Menggunakan hak yang dimilikinya, seseorang dapat mewujudkan apa yang


menjadi keinginan dan kepentingan. Sebagai warga negara, kita memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan. Demikian juga, kita akan mewujudkan cita-cita kita.

Antara hak dan kewajiban harus berjalan seimbang. Artinya, kita tidak boleh
terus menuntut hak tanpa memenuhi kewajiban. Sebaliknya, negara juga tidak boleh
berlaku sewenang-wenang dengan menuntut warga negara menjalankan kewajibannya
tanpa pernah memenuhi hak-hak mereka.

1
1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan


kepada pelajar SMA Negeri 1 Pamekasan tentang "Kasus-kasus Pelaggaran Hak dan
Pengingkaran Kewajiban Warga Negara".

1.3 Manfaat

1. Bagi Penulis

Manfaat makalah bagi penulis adalah untuk mengetahui cara yang benar dalam
penulisan makalah dan dapat mengetahui tentang hak dan kewajiban warga negara.

2. Bagi Pembaca

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan informasi sebagai bacaan bagi


pembaca untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Hak Warga negara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat hak dan kewajiban warga negara

Rakyat dan penduduk merupakan salah satu syarat untuk berdirinya suatu negara.
Rakyat atau penduduk adalah semua orang yang bertempat tinggal atau mendiami
wilayah suatu negara yang tunduk terhadap peraturan dari kekuasaan negara tersebut.
Pada mulanya, seseorang dapat dikatakan sebagai penduduk atau rakyat suatu negara
jika seseorang tersebut masih memiliki hubungan pertalian darah dari satu keturunan
yang berasal dari satu nenek moyang. Namun, dalam perkembangannya banyak
orang-orang yang berasal dari nenek moyang berbeda.

Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setiap negara
berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Dalam
menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan adanya asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewaraganegaraan berdasarkan
perkawinan.

Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan kepada sisi kelahiran dikenal dua


asas yaitu asas ius soli dan ius sanguinis . Ius artinya hukum atau dalil. Soli berasal
dari kata solum yang artinya negari atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis
yang artinya darah.

a. Asas Ius Soli.


Asas yang menyatakan bahawa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari
tempat dimana orang tersebut dilahirkan.
b. Asas Ius Sanguinis
Asas yang mennyatakan bahwa kewarganegaraan sesorang ditentukan
beradasarkan keturunan dari orang tersebut.

Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek
perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat :

3
a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu
ikatan yang tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam
menyelenggarakan kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan suatu
kesatuan yang bulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan. Berdasarkan asas
ini diusahakan status kewarganegaraan suami dan istri adalah sama dan satu.
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak
yang sama untuk menentukan sendiri kewarganegaraan. Jadi mereka dapat
berbeda kewarganegaraan seperti halnya ketika belum berkeluarga.

Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas
yang dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu
negara tidak terikat oleh negara lain dalam menentukan kewarganegaraan. Negara lain
juga tidak boleh menentukan siapa saja yang menjadi warga negara dari suatu negara.

Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat


menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas problem
kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan bipatride. Appatride adalah istilah
untuk orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah
untuk orang-orang yang memiliki kewarganegaraan ganda (rangkap dua). Bahkan
dapat muncul multipatride yaitu istilah untuk orang-orang yang memiliki
kewarganegaraan yang banyak (lebih dari 2).

Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara.


Ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara
2. Penduduk ialah waraga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang
Beradasarkan hal diatas , kita mengetahui bahwa orang yang dapat menjadi
warga negara Indonesia adalah :
a. Orang-orang bangsa Indonesia asli

4
b. Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi
warga negara.

Adapun Undang-Undang yang mengatur tentang warga negara adalah Undang-


Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Pewarganegaraan adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan. Dalam Undang-Undang
dinyatakan bahwa kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga diperoleh melalui
pewarganegaraan. Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima)tahun berturut-turut atau paling singkat
10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tidak menjadi
kewarganegaraan ganda.
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap.
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang


Kewarganegaraan Republik Indonesia meliputi:
a. Asas Ius Sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarakan keturunan bukan negara tempat kelahiran
b. Asas Ius Soli scera terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
berdasarakan negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-
anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.
c. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang

5
d. Asas kewaraganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam undang-undang ini.

2.1.1 Makna Hak Warga Negara

Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak
bisa berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Hak
yang diperoleh merupakan akibat dari dilaksanakannya kewajiban.

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap pribadi
manusia. Hak warga negara merupakan seperangkat hak yang melekat dalam
diri manusia dalam kedudukannya sebagai anggota dari sebuah negara. Hak
asasi sifatnya universal, tidak terpengaruh status kewarganegaraan seseorang.
Akan tetapi, hak warga negara dibatasi oleh status kewarganegaraannya.

Menurut Jimly Asshiddqied, hak warga negara Indonesia meliputi hak


konstitusional dan hak hukum.hak konstitusional adalah hak-hak yang dijamin
didalam dan oleh undang- ungdang Dasar Negara Indonesiatahun 1945 (UUD
Negara Republik IndonesiaTahun 1945), sendangkan hak-hak hukum timbul
berdasarkan jaminan undang-undang dan peraturan perundang-undangan
dibawahnya. Hak-hak yang lahir di luar undang-undang dasar disebut hak-hak
hukum, bukan hak-hak konstitutional.

Setiap warga negara Indonesia tentunya mempunyai ketiga jenis hak warga
negara tersebut. Hal tersebut sebagai konsekuensi dari kedudukan setiap warga
negara. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui dan
menghormati hak asasi setiap individu menusia yang berada dalam wilayah
NKRI, berlaku pula bagi setiap individu dan warga negara Indonesia.
Disamping jaminan hak asasi manusia itu, setiap warga negara Indonesia juga
diberikan jaminan hak konstitiutional dalam UUD Negara Republik
IndonesiaTahun 1945.

Ketentuan mengenai jaminan hak asasi manusia tertentu yang hanya


berlaku bagi warga negara atau setidaknya bagi warga negara diberikan

6
kekhususan tertentu, misalnya hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, dan
lain-lain yang secara bertimbal balik menimbulkan kewajiban bagi negara
untuk memenuhi hak-hak itu khusus bagi warga negara Indonesia. Hak-hak
tersebut dikategorikan sebagai hak warga negara yang meliputi :
a. Hak asasi manusia yang hanya berlaku sebagai hak konstitutional bagi
warga negara Indonesia saja. Misalnya,
1) Hak yang tercantum dalam pasal 28D ayat (3) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan “setiap warga negara
berhak atas kesempatan yang sama dalam pemerintahannya”
2) Pasal 27 Ayat (2) menyatakan “tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
3) Pasal 27 Ayat (3) berbunyi “setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam pembelaan negara”
4) Pasal 30 Ayat (1) berbunyi “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”
5) Pasal 31 Ayat (1) menentukan “setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan”
b. Hak asasi manusia tertentu yang meskipun berlaku bagi setiap orang,
khusus bagi Warga negara Indonesia berlaku keutamaan-keutamaan
tertentu. Misalnya,Pasal 28D Ayat (2) UUD Negara Republik Indonesi
tahun 1945 menentukan “ setiap orang berhak untuk bekerja,,,”. Namun
Negara dapat membatasi hak orang asing untuk bekerja di Indonesi.
Misalnya, turis asing dilarang memamfaatkan visa kujungan untuk
mendapatkan penghidupan atau imbalan dengan cara bekerja di Indonesi
selama masa kunjungannya itu.
c. Hak warga negara untuk menduduki jabatan-jabatan yang di isi melalui
prosedur pemilihan, seperti Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan
Wakil Gubernur,Bupati dan Wakil Bupati, Wali kota dan Wakil Walikota,
Kepala Desa, Hakim Konstitusi, Hakim Agung, Anggota badan
pemerintah keuangan,anggota lembaga permusyawaratan dan perwakilan
yaitu MPR, DPR, DPD, Dan DPRD, Panglima TNI, Kepala Kepolisian RI,
Dewan Gubernur Bank Indonesi, dan jabatan-jabatan lain yang diisi

7
melalui prosedur pemilihan,baik secara langsung maupun tidak langsung
oleh rakyat.
d. Hak warga negara untuk di angkat dalam jabatan-jabatan tertentu,seperti
tentara nasional Indonesia, polisi negara, jaksa, pegawai negeri sipil
beserta jabatan-jabatan struktual dan fungsional lingkungan kepegawaian,
dan jabatan lain yang diisi oleh pemilihan. Semua jabatan diatas hanya
bisa diisi oleh warga negara indonesia itu sendiri sesuai dengan maksud
ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (3).

2.1.2 Makna Kewajiban Warga Negara

Selain memdapatkan hak setiap orang juga mempunyai kewajiban,


sebagai warga negara, kita mempunyai kewajiban untuk melaksanakan semua
ketentuan atau perundang-undangan yang berlaku, misalnya membayar pajak.

Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang


harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian
kewajiban warga negara dapat diartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang
harus dilakukan oleh seorang warga negara sebagaimana sudah diatur dalam
perundang-undangan yang sudah berlaku.

Kewajiban asasi merupakan kewajiban dasar setiap orang. Dengan kata


lain, kewajiban hak asasi terlepas dari status kewarganegaraan yang dimiliki
oleh orang tersebut. Sementara itu, kewajiban warga negara di batasi oleh
status kewarganegaraan seseorang,meskipun demikian kewajiban warga
negara memiliki cakupan yang lebih luas, karena meliputi juga kewajiban
asasi.

Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Keduanya memiliki hubungankausalitas atau hubungan sebab akibat, hak yang
yang di dapatkan seseorang sebagai akibat dari kewajiban yang dipenuhi oleh
warga lain. Hak dan kewajiban warga negara juga tidak bisa terpisahkan,
karena bagaimanapun dari kewajiban itulah muncul hak-hak dan sebaliknya.
Akan tetapi sering terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak
seimbang. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban mendapatkan

8
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya, karena di
sebabkan oleh banyak terjadinya tidak keseimbangan antara hak dan
kewajiban, Jika seimbang itu tidak ada maka akan terjadi kesenjangan sosial
yang berkepanjangan.

2.2 Kasus Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

Sebagai anggota dari suatu negara, yakni sebagai warga negara maka secara otomatis
akan memperoleh yang namanya hak warga negara maupun kewajiban sebagai warga
negara. Hak dan kewajiban tersebut merupakan dua hal yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan, karena bagaimanapun dari kewajiban itulah muncul hak dan
begitupun sebaliknya. Keduanya juga memiliki hubungan kausalitas atau hubungan
sebab akibat. Seseorang mendapatkan hak karena kewajibannya dipenuhi. Selain itu,
hak yang didapatkan seseorang sebagai akibat dari kewajiban yang dipenuhi oleh
orang lain. Akan tetapi, sering terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak
seimbang yang akhirnya akan menimbulkan terjadinya pelanggaran dan pengingkaran
kewajiban warga negara. Pelanggaran hak warga negara terjadi ketika warga negara
tidak dapat menikmati atau memperoleh haknya sebagaimana yang ditetapkan oleh
undang-undang. Pelanggaran hak warga negara merupakan akibat dari adanya
pelalaian atau pengingkaran terhadap kewajiban baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun oleh warga negara sendiri. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya
pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara, diantaranya :

1. Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri

Sikap ini akan menyebabkan seseorang selalu menuntut haknya,


sementara kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap
seperti ini akan menghalalkan segala cara supaya haknya bisa terpenuhi,
meskipun caranya tersebut dapat melanggar hak orang lain.

2. Rendahnya kesadaran berbangsa dan bernegara

Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran berbuat seenaknya.


Pelaku tidak mau tahu bahwa orang lain pun mempunyai hak yang harus

9
dihormati. Sikap tidak mau tahu ini berakibat muncul perilaku atau tindakan
penyimpangan terhadap hak dan kewajiban warga negara.

3. Sikap tidak toleran

Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai dan


tidak menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada
akhirnya akan mendorong orang untuk melakukan pelanggaran kepada orang
lain.

4. Penyalahgunaan kekuasaan

Di dalam masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku.


Kekuasaan di sini tidak hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi
juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang terdapat di dalam masyarakat. Salah
18 Kelas XII SMA/SMK/MA/MAK satu contohnya adalah kekuasaan di
dalam perusahaan. Para pengusaha yang tidak memperdulikan hak-hak
buruhnya jelas melanggar hak warga negara. Oleh karena itu, setiap
penyalahgunaan kekuasaan mendorong timbulnya pelanggaran hak dan
kewajiban warga negara.

5. Ketidaktegasan aparat penegak hukum

Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap


pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara, tentu saja akan
mendorong timbulnya pelanggaran lainnya. Penyelesaian kasus pelanggaran
yang tidak tuntas akan menjadi pemicu bagi munculnya kasuskasus lain. Para
pelaku cenderung mengulangi perbuatannya, dikarenakan mereka tidak
menerima sanksi yang tegas atas perbuatannya itu. Selain hal tersebut, aparat
penegak hukum yang bertindak sewenang-wenang juga merupakan bentuk
pelanggaran terhadap hak warga negara dan menjadi contoh yang tidak baik,
serta dapat mendorong timbulnya pelanggaran yang dilakukan oleh
masyarakat.

10
6. Penyalahgunaan teknologi

Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi


bisa juga memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya
kejahatan. Anda tentunya pernah mendengar terjadinya kasus penculikan
yang berawal dari pertemanan dalam jejaring sosial. Kasus tersebut menjadi
bukti apabila kemajuan teknologi tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang
sesuai aturan, tentu saja akan menjadi penyebab timbulnya pelangaran hak
warga negara. Selain itu juga, kemajuan teknologi dalam bidang produksi
ternyata dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya munculnya
pencemaran lingkungan yang bisa mengakibatkan terganggunya kesehatan
manusia.

2.2.1 Kasus Pelanggaran Hak Warga Negara

Anda tentunya pernah melihat para anak jalanan sedang mengamen di


perempatan jalan raya. Mungkin juga Anda pernah didatangi pengemis yang
meminta sumbangan. Nah, anak jalanan dan pengemis merupakan salah satu
golongan warga negara yang kurang beruntung, karena tidak bisa
mendapatkan haknya secara utuh. Kondisi yang mereka alami salah satunya
disebabkan oleh terjadinya pelanggaran terhadap hak mereka sebagai warga
negara, misalnya pelanggaran terhadap hak mereka untuk mendapatkan
pendidikan sehingga mereka menjadi putus sekolah dan akibatnya mereka
menjadi anak jalanan.

Penetapan hak warga negara adalah hal mutlak yang harus mendapat
perhatian khusus dari negara sebagai jaminan di junjung tingginya sila ke-5
yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Pengakuan hak
sebagai warga negara Indonesia dalam konsepnya mendorong terciptanya
suatu masyarakat yang tertata baik. Namun dalam praktik atau kenyataannya
hak warga negara justru hanya dijadikan slogan pemerintah untuk menarik
simpati warga negara dan diajak untuk “bermimpi” bisa mendapatkan
pengakuan akan hak-hak tersebut secara utuh. Misalnya saja hak warga
negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Tentunya jika melihat
kondisi rakyat di negara Indonesia ini, hal itu hanya menjadi impian semata.

11
Pengakuan hak hanya untuk warga negara yang mampu membeli hak-hak
tersebut dengan uang, jabatan, dan kekuasaan. Sedangkan untuk rakyat yang
kurang beruntung kehidupannya hanya bisa menunggu kapan mereka
diperhatikan kesejahteraannya atau menunggu berubahnya kebijakan
pemerintah yang lebih memihak kepada mereka.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, setiap warga negara dijamin haknya


oleh pemerintah sesuai dengan yang tercantum dalam UUD 1945. Namun
seperti yang kita ketahui dan kita rasakan. Hingga saat ini masih banyak
perilaku yang dianggap merupakan pelanggaran terhadap hak warga negara,
baik oleh negara ataupun warga negara lainnya.

Memang didalam pelaksanannya ada kecenderungan lebih mengutamakan


hak-hak daripada kewajiban-kewajiban asasi warga negara. Ada
kecenderungan menuntut hak-hak yang berlebihan sehingga merugikan orang
lain. Penuntutan hak-hak yang berlebih-lebihan atau tanpa batas akan
merugikan orang lain yang memiliki hak yang sama. Oleh sebab itu,
pelaksanaan hak-hak warga negara perlu dibatasi, akan tetapi tidak
dihilangkan atau dihapuskan.

Pelanggaran terhadap hak asasi manusia sebetulnya karena terjadinya


pengabaian terhadap kewajiban asasi. Sebab antara hak dan kewajiban
merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Bila ada hak pasti ada kewajiban,
yang satu mencerminkan yang lain. Bila seserang atau aparat negara
melakukan pelanggaran HAM, sebenarnya dia telah melalaikan kewajibannya
yang asasi. Sebaliknya bila seseorang atau kelompok orang atau aparat
negara melksanakan kewajibannya maka berarti dia telah memberikan
jaminan terhadap hak asasi manusia. Sebagai contoh di negara kita sudah
punya Undang-Undang No.9 tahun 1998 berkenaan dengan hak untuk
menyampaikan aspirasi secara lisan dan tertulis. Di satu sisi Undang-Undang
tersebut merupakan hak dari seorang warga negara, namun dalam penggunaan
hak tersebut terselip kewajiban yang perlu diperhatikan. Artinya seseorang
atau kelompok yang ingin berunjuk rasa dalam Undang-Undang tersebut

12
harus memberi tahu kepada pihak keamanan (polisi) paling kurang tiga hari
sebelum hak itu digunakan.

Hal ini dimaksudkan untuk menghormati hak orang lain seperti tidak
menggangu kepentingan orang banyak, mentaati etika dan moral sesuai
dengan budaya bangsa kita. Contoh lain, dalam lingkungan kampus dapat saja
terjadi mahasiswa yang melakukan kegiatan seperti diskusi yang bebas
mengemukakan pendapat tetapi mereka dituntut pula menghormati hak hak
orang lain agar tidak terganggu.begitu pula kebebasan untuk mengembangkan
kreatifitas, minat, dan kegemaran (olahraga, kesenian, dll) tetapi hendaklah
diupayakan agara kegiatan tersebut tidak menganggu kegiatan lain yang
dilakukan oleh mahasiswa atau warga kampus lainnya yang juga merupakan
haknya. Banyak contoh lain dalam lingkungan kita baik dikampus maupun di
masyarakat yang menuntut adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Untuk itu marilah kita laksanakan apa yang menjadi hak dan kewajiban kita
dan itu termuat dalam berbagai aturan dari norma yang ada dalam negara dan
masyarakat.

Pelanggaran terhadap hak warga negara bisa kita lihat dari kondisi yang saat
ini terjadi misalnya sebagai berikut :
1. Proses penegakan hukum masih belum optimal dilakukan, misalnya masih
terjadi kasus salah tangkap, perbedaan perlakuan oknum aparat penegak
hukum terhadap para pelanggar hukum dengan dasar kekayaan atau
jabatan masih terjadi, dan sebagainya. Hal itu merupakan bukti bahwa
amanat Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan “Segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya” belum sepenuhnya dilaksanakan.
2. Saat ini, tingkat kemiskinan dan angka pengangguran di negara kita masih
cukup tinggi, padahal Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
mengamanatkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
3. Makin merebaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia seperti
pembunuhan, pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan

13
sebagainya. Padahal, Pasal 28A–28J UUD NRI Tahun 1945 menjamin
keberadaan Hak Asasi Manusia.
4. Masih terjadinya tindak kekerasan mengatasnamakan agama, misalnya
penyerangan tempat peribadatan, padahal Pasal 29 ayat (2) UUD NRI
Tahun 1945 menegaskan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. 20 Kelas XII
SMA/SMK/MA/MAK
5. Angka putus sekolah yang cukup tinggi mengindikasikan belum terlaksana
secara sepenuhnya amanat Pasal 31 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.
6. Pelanggaran hak cipta, misalnya peredaran VCD/DVD bajakan, perilaku
plagiat dalam membuat sebuah karya dan sebagainya. Contoh-contoh yang
diuraikan di atas membuktikan bahwa tidak terpenuhinya hak warga
negara dikarenakan adanya kelalaian atau pengingkaran dalam pemenuhan
kewajiban sebagaimana yang dipersyaratkan dalam UUD NRI Tahun 1945
dan ketentuan perundang-undangan lainnya. Hal-hal tersebut apabila tidak
segera diatasi, dapat mengganggu kelancaran proses pembangunan yang
sedang dilaksanakan.

Adapun bentuk pelanggaran yang termasuk pelanggaran hak warga negara


menurut undang-undang yaitu:

1. Penangkapan dan penahanan seseorang demi menjaga stabilitas, tanpa


berdasarkan hukum.
2. Pengeterapan budaya kekerasan untuk menindak warga masyarakat yang
dianggap ekstrim yang dinilai oleh pemerintah mengganggu stabilitas
keamanan yang akan membahayakan kelangsungan pembangunan.
3. Pembungkaman kebebasan pers dengan cara pencabutan SIUP, khususnya
terhadap pers yang diniki mengkritisi kebjakan pemerintah, dengan dalih
mengganggu stabilitas keamanan.
4. Menimbulkan rasa ketakutan masyarakat luas terhadap pemerintah, karena
takut dicurigai sebagai oknum pengganggu stabilitas atau oposan

14
pemerintah (ekstrim), hilangnya rasa aman demikian ini merupakan salah
satu bentuk pehnggaran hak asasi warga negara.
5. Pembatasan hak berserikat dan berkumpul serta menyatakan pendapat,
karena dikhawatirkan akan menjadi oposan terhadap pemerintah.

Berikut ini adalah beberapa Kasus pelanggaran ataupun kontroversi HAM dan
Hak Warga Negara khususnya yang terjadi di negara kita yaitu:

1. Hukuman Mati

Kontroversi hukuman mati sudah sejak lama ada di hampir seluruh


masyarakat dan negara di dunia. Indonesia pun tak luput dari kontroversi
ini. Sampai hari ini pihak yang pro hukuman mati dan yang kontra hukuman
mati masih bersilang sengketa. Masing-masing datang dengan rasional dan
tumpukan bukti yang berseberangan, dan dalam banyak hal seperti
mewakili kebenaran itu sendiri. Seharusnya kontroversi itu berakhir ketika
UUD 1945 mengalami serangkaian perubahan. Dalam konteks hukuman
mati kita sesungguhnya bicara tentang hak-hak asasi manusia yang dalam
UUD 1945 setelah perubahan masuk dalam Bab XA. Pasal 28A dengan
eksplisit mengatakan: "Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya". Jadi 'hak untuk hidup' atau ‘the
right to life’ adalah hak yang paling mendasar dalam UUD 1945. Hak untuk
hidup ini adalah puncak hak asasi manusia yang merupakan induk dari
semua hak asasi lain.

2. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Semestinya ajang pemilihan kepala daerah (pilkada) menjadi wadah


yang menghidupkan demokrasi lokal dengan berfungsinya organ-organ
politik di daerah. Meski demikian, sepanjang sejarah penyelenggaraan
pikada di Indonesia, ternyata sarat pelanggaran hak warga negara. Salah
satu penyebabya adalah kebebasan yang terlalu meluas demikian cepat
menyebabkan membanjirnya partisipasi dalam pencalonan kandidat kepala
daerah, sementara ruang kompetisi sangat ketat dan terbatas. Lagi pula,
bayang-bayang potensi kekuasaan dan kekayaan yang amat menjanjikan
dari jabatan kepala daerah menarik minat banyak kandidat, sementara

15
kebanyakan dari mereka tidak memiliki integritas moral dan kapasitas
keahlian yang memadai. Karena itu, tidak jarang cara-cara licik dan
premanisme poltik, entah sengaja atau terpaksa, digunakan dalam politik
perebutan kekuasaan. Di sinilah pelanggaran hak warga negara kerap
terjadi.

3. Email Berujung Bui

Kasus yang menimpah Prita Mulyasari cukup menarik. Sebetulnya


bukan termasuk besar, tetapi rupanya ada konspirasi yang membesar-
besarkan. Kasus ini bermula dari kejadian curahan hati (Curhat) dan bersifat
pribadi dari korban (pasien) di Rumah Sakit Omni Internasional atas
dampak pengobatan yang mengakibatkan korban mengalami luka tambahan
dari luka lama. Curhat tersebut dia ungkapkan kepada sahabatnya via email.
Artinya si Prita dapat disebut sebagai pihak "Konsumen" dari penyedia jasa
layanan usaha RS Omni tersebut. Sebagai konsumen Prita punya hak
menyampaikan unek-unek ketidakpuasannya terhadap pelayanan penyedia
jasa dan itupun dilindungi Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Penegakan hukum terhadap Prita jelas-jelas
melanggar Haknya Sebagai Warga Negara, Polres dan Kejaksaan Tinggi
Negeri (Kajari) Tangerang dapat dituntut baik beserta Rumah sakitnya,
demi nama baik dan kerugian yang diderita ibu 2 orang anak Balita ini.

4. Tragedi Trisakti

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998,


terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari
jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas
Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka. Mereka yang
tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan
Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru
tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan dada. Tragedi ini
jelas merupakan pelanggaran HAM dan Hak Warga Negara khususnya.

5. Penggusuran Rumah

16
Penggusuran terhadap rumah warga selalu terjadi setiap tahun. Tata
ruang kota selalu menjadi alasan bagi pemerintah untuk melakukan
kebijakan yang merugikan bagi sebagian warga kota itu. Kebijakan
pemerintah melakukan penggusuran ini dinilai sebagai bentuk pelanggaran
Hak Warga Negara.

2.2.2 Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

Kalian tentunya sering membaca slogan “Orang Bijak Taat Pajak”. Slogan
singkat mempunyai makna yang sangat dalam, yaitu ajakan kepada setiap
warga negara untuk memenuhi kewajibannya, salah satunya adalah membayar
pajak, tetapi masih banyak lagi bentuk lainnya seperti taat aturan, menjunjung
tinggi pemerintahan, bela negara dan sebagainya. Kewajiban-kewajiban
tersebut apabila dilaksanakan akan mendukung suksesnya pembangunan di
negara ini serta mendorong terciptanya keadilan, ketertiban, perdamaian, dan
sebagainya.

Pada kenyataannya, saat ini banyak terjadi pengingkaran terhadap


kewajiban-kewajiban warga negara, dengan kata lain, warga negara banyak
tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
undang-undang.

Pengingkaran tersebut biasanya disebabkan oleh tingginya sikap egoism


yang dimiliki setiap warga negara, sehingga yang ada dipikirannya hanya
sebatas bagaimana cara mendapatkan haknya, sementara yang menjadi
kewajibannya dilupakan. Selain itu, rendahnya kesadaran hokum warga
negaranya juga mendorong terjadinya pengingkaran kewajiban oleh warga
negara.

Pengingkaran kewajiban warga negara banyak sekali bentuknya, berikut


merupakan contoh beberapa kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara,
yaitu :

a) Tidak Membayar Pajak

Salah satu pendapatan utama negara berasal dari sektor pajak yang
disetorkan oleh setiap warga negaranya. Para wajib pajak harus paham

17
betrul bahwa penyokong utama pendapatan negara kita berasal dari sektor
ini. Keengganan mamatuhi aturan dan membayar pajak secara rutin tentu
akan berimbas pada jumlah penerimaan kas negara. Tidak atau
menghindari membayar pajak artinya pengingkaran kewajiban warga
negara pada pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi semua pajak untuk
keperluan negara berdasarkan undang-undang”. Pengingkaran pada pajak
hampir dilakukan oleh seluruh warga negara, mulai dari pajak kendaraan,
pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, pajak penjualan, dan lain
sebagainya. Contohnya, jalan raya yang dibuat dengan semua fasilitasnya,
itu dibiayai salah satunya oleh pajak kendaraan . Karenannya perbuatan
tidak melanggar dan mengabaikan membayar pajak merupakan bentuk
pengingkaran warga negara sebagaimana juga pelanggaran karyawan
terhadap perusahaan .

b) Pelanggaran HAM

Jenis-jenis pelanggaran hak asasi manusia adalah pengingkaran


kewajiban yang tercantum dalam pasal 28 J ayat 1 UUD 1945 yang
berbunyi “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain”.
Hak asasi manusia dimiliki oleh semua warga negara yang tinggal di
Indonesia. Oleh karena itu supaya tercipta suasana yang kondusif,
seharusnya semua warga negara wajib menghormati dan menghargai hak
asasi manusia lain. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia sebenarnya
terjadi karnapengabaian terhadap kawajiban asasi. sebab antara hak dan
kawajiban merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Bila ada hak pasti
ada kewajiban, yang satu mencerminkan yang lain. Bila seseorang atau
aparat negara melakukan pelanggaran HAM, sebenarnya dia telah
melalaikan kewajibanya yang asasi. Sebaliknya bila seseorang/kelompok
orang atau aparat negara melaksanakan kewajibanya maka berarti dia telah
memberikan jaminan terhadap hak asasi manusia. Sebagai contoh di
negara kita sudah punya UU No.9 tahun 1998 berkenaan dengan hak
untuk menyampaikan aspirasi secara lisan dan tertulis seperti dalam kasus
pelanggaran hak warga negara .Disatu sisi undang-undang tersebut
merupakan hak dari seseorang warga negara, namun dalam penggunaan

18
hak tersebut terselip kewajiban yang perlu diperhatikan. Artinya seseorang
atau kelompok yang ingin berunjuk rasa dalam undang-undang tersebut
harus memberi tahu kepada pihak keamanan (Polisi) paling kurang 3 hari
sebelum hak itu digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk menghormati hak
orang lain seperti tidak mengganggu kepentingan orang banyak, mentaati
etika dan moral sesuai dengan budaya bangsa kita.

c) Pelanggaran Mengenai Perihal Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan salah satu amanat UUD 1945, bahkan


pemerintah telah memberikan keringanan berupa pembebasan biaya
pendidikan dasar selama 9 Tahun. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1
amandemen, menyebutkan pentingnya pendidikan untuk manusia sebagai
suatu kewajiban bagi setiap warga negara. Pasal tersebut berbunyi setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya suatu kewajiban yang tidak banyak diketahui. Pendidikan
dasar yang dimaksud adalah pendidikan formal hingga jenjang SMP.
Siapapun warga negara yang tidak memberikan keleluasaan tersebut,
berarti sudah melanggarnya. Tentu hal ini merupakan upaya pemerintah
dalam mengenjot sektor pendidikan agar para genarasi penerus bangsa kita
memiliki pendidikan dasar yang mumpuni. Pelanggaran terhadap
pendidikan dasar menjadi salah satu bentuk pengingkaran warga negara.
Contoh pelanggaran ini yakni anak-anak jalanan yang tidak sekolah, maka
orangtua dan lingkungan terdekatnya sudah melanggar kewajiban.

d) Tidak Mau Mengikuti Kewajiban Bela Negara

Kewajiban bela negara menjadi salah satu hal utama yang melekat
sebagai tanggung jawab menjadi warga negara. Sebab dalam sebuah
negara tentu tidak dapat hanya menggantungkan nasib bangsa kepada
anggota TNI dan polri saja. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 Berbunyi Tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan Negara, Artinya semua warga negara wajib ikut serta dalam
bentuk-bentuk usaha pembelaan negara sesuai dengan perannya masing-
masing. Contoh pelanggaran atau pengingkaran kewajiban negara

19
terhadap pembelaan negara, ialah seorang pelajar yang tidak bersungguh-
sungguh dalam melaksanakan sebuah tugas dan kewajibannya sebagai
warga Negara Atau seorang warga negara yang tidak ingin tahu dengan
lingkungannya serta negaranya atau melakukan tindakan yang memecah
belah Bangsa Indonesia.

e) Tidak Ikut Serta Dalam Upaya Pencapaian Pembangunan


Nasional

Pembangunan nasional menjadi bagian penting dalam


amanat undang-undang. Tentu hal ini bukan hanya menjadi
tugas pemerintah. Melainkan juga kewajiban warga negara
untuk mensukseskan pembangunan nasional. Sehingga
perkembangan dan kemajuan negara dapat tercapai dengan baik
sebagaimana tujuan hukum ketenagakerjaan dan tujuan hukum
bisnis .Tujuan pembangunan nasional Indonesia ada dalam
pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4, yakni
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, melindungi segenap Bangsa Indonesia, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia. Kewajiban untuk ikut serta
mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut ada dalam UU
Nomor 20 tahun 2003 terkait kewajiban warga negara. Contoh
pengingkaran kewajiban yang tergolong hal ini ialah warga
negara yang tidak peduli dengan pendidikan di lingkungan,
warga negara yang ikut membuat kerusuhan di negara lain, dan
warga negara yang mengambil hak warga negara lain .

f) Melanggar Aturan Lalu Lintas

Pelanggaran lalu lintas merupakan bentuk pelanggaran yang kerap


dilakukan oleh sebagian masyarakat. Rendahnya tingkat kesadaran serta
ras menyepelekan menjadi salah satu faktor mengapa kesadaran

20
masyarakat untuk memahuti aturan lalu lintas rendah. Setiap warga negara
memiliki kewajiban menaati peraturan lalu lintas, baik sebagai pejalan
kaki, pengendara bermotor, serta pengguna jalan lain. Contoh perbuatan
yang tidak menaati peraturan lalu lintas adalah tidak memiliki surat
kendaraan yang lengkap, parkir di sembarang tempat, melanggar lampu
merah, dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan tersebut selain melanggar UU
Lalu Lintas pun melanggar kewajiban menghormati hak orang lain.
Apalagi Jika pelanggaran diikuti dengan membahayakan orang lain, maka
seseorang dinyatakan telah melanggar hak asasi orang lain.

g) Merusak Fasilitas Publik

Kerap kali kita temui tangan tangan nakal yang tidak bertanggung
jawab merusak lingkungan dan berbagai fasilitas umum yang ada. Membuang
sampah sembarangan dan merusak fasilitas umum artinya pengingkaran
terhadap kewajiban warga negara terhadap lingkungan dan alam sekitar.
Padahal, lingkungan dan alam sekitar tersebut memiliki peran penting untuk
kehidupan manusia. Contoh pengingkaran kewajiban warga negara pada
fasilitas umum yaitu, mencoret coret jembatan penyebrangan, merusak
fasilitas telepon umum, halte dan masih banyak lagi. Padahal jika fasilitas
umum dirusak akan merugikan diri sendiri yang memakai fasilitas umum
tersebut. Sedangkan membuang sampah sembarangan, akibatnya kalau
lingkungan kotor dan bau, bahkan hingga banjir, maka kita sendiri yang rugi
dan merugikan orang lain. Merugikan orang lain juga berarti mengingkari
kewajiban warga negara pada orang lain. Hal ini memnunjukkan bahwa
mental masyarakat indonesia masih belum dewasa. Serta masih bersikap
kurang peduli dan cinta tergadap sara publik yang dimiliki.

h) Korupsi

Korupsi merupakan salah satu perilaku yang mencerminkan


ketidakjujuran. Perilaku ini, dapat merugikan rakyat dan negara hingga
trilyunan rupiah. Itu artinya seseorang yang melakukan korupsi merupakan
orang yang mengingkari banyak kewajibannya sebagai warga negara
sebagaimana jenis tindak pidana korupsi . Kewajiban tersebut antara lain

21
kewajiban menghormati orang lain, membela negara, dan ikut serta dalam
mencapai tujuan pembangunan nasional.

i) Tidak Berpartisipasi Dalam Kegiatan Kemasyarakatan

Contoh kegiatan lingkungan, misalnya ikut serta pelaksanaan


siskamlingdan ikut serta membantu korban bencana alam. Sedangkan yang
dimaksud pengingkaran kewajiban warga negara dalam kegiatan
kemasyarakatan disini ialah Tidak ikut serta dalam pelaksanaan siskamling
yang berarti bahwa kita sebagai warga negara Indonesia tidak ikut serta
dalam upaya menjaga keamanan negara.Selain itu,ketidak ikut sertaandalam
membantu korban bencana alam juga merupakan perwujudan tidak
melaksanakan kewajiban membela negara sebagi tujuan hukum pidana .

2.3 Upaya Penegakan Hak dan Kewajiban Warga Negara

Penegakan hak dan kewajiban negara terhadap hak-hak dasar warga negara
dimaksudkan untuk menjamin adanya kepastian agar pelaksanaannya dapat berjalan
dengan baik karena pada dasarnya hak dan kewajiban negara terhadap warga negara
merupakan kewajiban dan hak warga negara. Sehingga, kehidupan negara akan
berjalan dengan baik, harmonis dan stabil bila antara negara dan warga negara
mengetahui hak dan kewajiban secara tepat dan proporsional.

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk penegakan
pelaksanaan hak dan kewajiban negara terhadap hak-hak dasar warga negara:
1. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
2. Menegakkan hukum secara adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif.
3. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan warga
negara agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan
pendapat masing-masing.
4. Memperkuat dan melakukan konsolidasi demokrasi.

Isu yang sering muncul ke permukaan adalah pandangan para warga negara yang
menilai tidak adanya kepastian penegakan hak dan kewajiban negara terhadap hak-hak
dasar warga negara di negara ini berkaitan dengan anggapan banyaknya pelanggaran
terhadap hal tersebut. Itulah suara dari rasa keadilan para warga negara yang perlu

22
ditangkap oleh negara untuk dijadikan sebagai motivasi dalam upaya penegakan hak
dan kewajiban negara terhadap hak-hak dasar warga negara.

Bagi warga negara juga diharapkan adanya kesadaran untuk berpartisipasi secara
aktif untuk membantu terwujudnya penegakan pelaksanaan hak dan kewajiban negara
terhadap hak-hak dasar warga negara. Masalah penegakan pelaksanaan hak dan
kewajiban negara terhadap hak-hak dasar warga negara tidak semudah yang terlihat
karena negara tidak mungkin bekerja sendiri di dalam penegakan pelaksanaan hak dan
kewajiban negara terhadap hak-hak dasar warga negara, peran serta warga negara
mutlak diperlukan atau kita harus memilih tenggelam dalam keterpurukan akibat tidak
berjalan dengan baiknya pelaksanaan hak dan kewajiban negara terhadap hak-hak
dasar warga negara.

Selain upaya yang dapat dilakukan warga negara, adapun beberapa upaya yang
dapat dilakukan oleh pemeritah dalam menegakkan HAM bagi warga negara
Indonesia antara lain:

2.3.1 Penegakan melalui undang-undang

Undang-undang merupakan produk hukum yang dimiliki oleh


pemerintah Indonesia yang digunakan sebagai pedoman atau aturan main
dalam pelaksanaan suatu kebijakan atau tindakan yang menyangkut kehidupan
bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Undang-undang merupakan produk
yang dihasilkan sebagai akibat adanya sistem politik demokrasi di Indonesia.
Produk ini merupakan hasil dari perundingan yang dilakukan oleh pemerintah
melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(baca juga: Fungsi DPR) Sebelum undang-undang ini diberlakukan, undang-
undang perlu disetujui dan disahkan oleh presiden republik Indonesia.

Undang-undang sebagai pedoman dan acuan kehidupan bermasyarakat


dan bernegara juga mempunyai beberapa kaitan dengan hak asasi manusia.
Kaitan tersebut berupa produk undang-undang yang mengatur tentang
perlindungan terhadap hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap warga negara.
Adapun undang-undang yang dimiliki oleh Indonesia dalam kaitannya dengan
penegakan hak asasi manusia bagi warga negaranya diantaranya:

23
 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan udang-undang yang


berkaitan upaya pemerintah dalam menegakkan HAM dengan hak asasi
manusia yang mengatur tentang perkawinan di Indonesia. Perlu diketahui,
perkawinan atau penikahan merupakan hak asasi yang dimiliki oleh
seseorang yang termasuk dalam hak asasi pribadi (Personal Rights). Di
dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa dasar perkawinan atau
pernikahan merupakan ikatan secara lahir maupun batin yang terjalin
diantara seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan membentuk suatu
keluarga atau rumah tangga. Keluarga atau rumah tangga yang dibentuk
tentunya bertujuan kepada kebahagiaan yang dilandaskan pada Ketuhanan
Yang Maha Esa, sebagai berikut:

 Undang-undang perkawinan ini merupakan bentuk perhatian


pemerintah Indonesia terhadap hak asasi personal yang dimiliki oleh
warga negaranya.
 Setiap warga negara di Indonesia berhak untuk memilih pasangannya
masing-masing ke jenjang pernikahan yang diakui secara agama dan
hukum yang berlaku di Indonesia.
 Pada dasarnya undang-undang perkawinan ini merupakan salah satu
usaha pemerintah dalam meningkatkan peran keluarga dalam
pembentukan kepribadian anggota keluarga baik itu ayah, ibu, maupun
anak.

Perkawinan tidak dapat dilakukan dengan paksaan karena


perkawinan itu membutuhkan ikatan secara lahir maupun batin seperti
yang dijelaskan dalam undang-undang tersebut. Barang siapa memaksakan
suatu perkawinan itu terjadi, maka hak asasi manusia yang berkaitan
dengan hak asasi pribadi dapat terganggu. Jika di dalam pemaksaan
perkawinan terjadi tindakan-tindakan yang tidak diinginkan dan
melanggar hukum, maka kasus tersebut dapat diperkarakan dalam
pengadilan.

24
 TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998

Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 merupakan produk dari


Majelis Permusyawaratan Rakyat sesuai dengan tugas dan fungsi MPR di
Indonesia dan menurut UUD 1945. (baca juga: Fungsi MPR) Ketetapan
MPR ini merupakan ketetapan yang berkaitan tentang hak-hak asasi
manusia khususnya hak-hak asasi warga negara Indonesia.

Oleh pemerintah saat itu, produk MPR berupa ketetapan ini disebut
sebagai piagam hak asasi manusia yang dimiliki oleh negara Indonesia.
Dalam ketetapan MPR ini, hak asasi manusia diakui sebagai hak yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada ciptaannya yang perlu dijaga
dan dilindungi oleh negara. Selain itu, hak asasi manusia juga diakui
sebagai hak-hak yang mendasar dan melekat dalam diri manusia semenjak
manusia tersebut di dalam kandungan. Penegakan hak asasi bagi warga
negara Indonesia dalam keketapan MPR ini merupakan bentuk
perlindungan hak asasi yang menjunjung tinggi arti penting dan fungsi
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Beberapa hak asasi
manusia yang terdapat dalam ketetapan MPR ini antara lain:
 Hak untuk hidup
 Hak untuk berkeluarga
 Hak untuk melakukan pengembangan diri
 Hak untuk mendapatkan keadilan
 Hak untuk mendapatkan kemerdekaan
 Hak atas kebebasan informasi
 Hak atas rasa aman
 Hak atas kesejahteraan

Perlu kita ketahui, Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998


tentang Hak-Hak Asasi Manusia sudah tidak berlaku lagi di Indonesia.
Ketetapan MPR ini telah melebur pada Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
yang dibahas pada poin selanjutnya dalam artikel ini.

 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999

25
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 merupakan undang-undang yang
menggantikan Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998. Undang-
undang ini bersikan hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap warga
negara tanpa terkecuali. Melalui undang-undang ini, penegakan hak asasi
bagi seluruh masyarakat Indonesia lebih diperkuat sejalan dengan
pandangan bangsa mengenai Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia.
Karena Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 adalah penyempurnaan dari
Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998, maka terdapat beberapa
tambahan mengenai hak-hak asasi manusia sebagai warga negara Indonesia.
Penambahan cakupan hak-hak asasi tersebut antara lain:
 Hak untuk berperan serta dalam sistem pemeritnahan
 Hak-hak perempuan
 Hak-hak anak

Tiga tambahan dari cakupan hak asasi manusia sebagai warga negara
Indonesia menjadi pelengkap dalam penegakan hak asasi yang dilakukan
oleh pemerintah. Penambahan cakupan hak-hak tersebut telah mewakili
enam hak asasi manusia secara umum. Adanya cakupan khusus terhadap
hak-hak perempuan dan anak menjadikan pemerintah Indonesia membentuk
lembaga khusus terkait dengan kedua hal tersebut. Lembaga khusus ini akan
dibahas secara lebih lanjut dalam artikel ini.

 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004

Undang-Undang No. 23 Tahun 20014 adalah undang-undang yang


berisikan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Undang-
undang ini merupakan sebuah tindak lanjut dari Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 yang mengatur tentang perkawinan. Seperti yang kita ketahui,
dalam kehidupan berumah tangga, setiap anggota keluarga berhak untuk
mendapatkan kebahagiaan dan rasa aman di dalam kehidupan
berkeluarganya. Kebahagiaan dan rasa aman merupakan hak asasi yang
dimiliki oleh manusia baik itu di dalam kehidupan berkeluarga maupun di
dalam kehidupan bermasyarakat secara luas.

26
Perwujudan rasa bahagia serta rasa aman terhadap anggota keluarga
merupakan peran yang sebaiknya dilakukan oleh seluruh anggota keluarga
tanpa terkecuali. (baca juga: Peran Ayah dalam Keluarga) Kekerasan baik
secara fisik maupun non fisik sangat dilarang dalam kehidupan keluarga.
Pelarangan tindak kekerasan dalam rumah tangga juga dimuat dalam
undang-undang ini. Bagi siapapun yang melakukan kekerasan dalam rumah
tangganya, orang tersebut dapat dikenai sanksi baik secara hukum maupun
sosial sesuai dengan undang-undang ini.

 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 merupakan undang-undang


tentang perubahan atas UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
Undang-undang ini mengatur hak-hak asasi yang dimiliki oleh masyarakat
Indonesia khususnya hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap anak yang ada
di Indonesia. (baca juga: Hak Perlindungan Anak) Di dalam undang-undang
ini disebutkan bahwa hak-hak anak perlu dilindungi dan ditegakkan agar
anak tersebut dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat secara kemanusiaan. Selain itu,
anak perlu mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan
diskriminasi.

 UUD 1945 Pasal 27 – 34

Isi dari UUD 1945 pasal 27 sampai dengan pasal 34 mengatur dan
menjamin hak-hak warga negara Indonesia dalam berbagai aspek. Pada
intinya, isi yang terkandung dalam UUD 1945 pasal 27 sampai dengan pasal
34 ini berkaitan dengan hak-hak asasi yang dimiliki oleh manusia secara
umum seperti yang dipaparkan pada paragraf pertama dalam artikel ini.
UUD 1945 Pasal 27 – 34 lebih mekankan kepada penjaminan terhadap hak-
hak yang dimiliki oleh segenap warga negara Indonesia.

27
2.3.2 Pembentukan Komisi Nasional

Dalam upaya pemerintah dalam menegakkan HAM terhadap hak asasi


manusia bagi warga negara Indonesia, pemerintah membentuk beberapa
komisi nasional guna membantu pemerintah dalam menegakkan hak asasi.
Adapun komisi nasional tersebut antara lain:

 Komisi Nasional Perempuan

Komisi Nasional Perempuan merupakan komisi nasional yang


dibentuk oleh pemerintah dalam melakukan upaya penegakan hak asasi
manusia khususnya pada hak asasi perempuan. Komisi ini lahir dari
tuntutan masyarakat di Indonesia khusunya kaum wanita sebagai bentuk
perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam menanggapi contoh konflik
sosial dalam masyarakat yang ditujukan kepada kaum wanita di Indonesia.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, komisi ini mempunyai tujuan
untuk:
1. Menghapuskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap kaum wanita.
2. Menegakkan hak-hak asasi manusia khususnya perempuan di Indonesia.
3. Meningkatkan upaya penanggulangan kekerasan terhadap perempuan.

 Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merupakan komisi yang


dibentuk oleh pemerintah untuk melindungi dan menegakkan hak-hak yang
oleh dimiliki seluruh anak di Indonesia tanpa terkecuali. Komisi ini
didirikan pada 20 Oktober 2002 atas desakan para masyarakat sebagai
orangtua yang merasa bahwa hak-hak anaknya tidak terpenuhi dengan baik.

Dalam menjalankan peran dan fungsinya, komisi ini memiliki tugas


pokok yaitu melakukan pengawasan terhadap jalannya perlindungan anak
yang di Indonesia baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun
pendidikan. Selain itu, KPAI juga menekankan kepada setiap orangtua
tentang pentingnya pentingnya pendidikan anak usia dini agar anak

28
nantinya dapat mengembangkan keterampilannya dalam kehidupan
bermasyarakat.

2.3.3 Pembentukan pengadilan HAM

Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan salah upaya


pemerintah dalam menegakkan hak asasi manusia bagi setiap warga negara
Indonesia. Pengadilan HAM ini dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan HAM. Dalam menjalankan perannya, pengadilan ini
berperan khusus dalam mengadili kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan, sebagai berikut:
 Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan salah satu langkah
dalam megakkan keadilan bagi warga negara Indonesia khususnya yang
berkaitan dengan pelanggaran HAM.
 Proses pelimpahan perkara yang terkait dengan pelanggaran HAM yang
terjadi tentunya dilakukan oleh pengadilan HAM sesuai dengan mekanisme
pelaksanaan sistem peradilan di Indonesia.

Berawal dari persitiwa itulah, Indonesia melalui pemerintah kembali


menegakkan hak asasi manusia yang didasarkan pada Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia. Melalui sistem pemerintahan presidensial dan
parlementer yang dilaksanakan di Indonesia, pemerintah mulai
mengkencangkan perjuangannya dalam menegakkan hak-hak asasi manusia
bagi warga negara Indonesia tanpa terkecuali.

Tentunya dalam penegakkan hak asasi manusia di Indonesia, pemerintah


tidak melakukannya sendirian. Pemerintah memerlukan bantuan dari beberapa
lembaga penegak hukum yang ada di Indonesia. Selain itu, dalam menegakkan
hak asasi bagi warga negaranya, pemerintah Indonesia mempunyai landasan
hukum persamaan kedudukan warga negara yang semakin mendukung dan
menguatkan proses penegakan hak asasi manusia.

29
2.3.4 Penegakan melalui proses pendidikan

Penegakan hak asasi manusia juga dapat dilakukan melalui proses


pendidikan, baik itu dalam pendidikan formal, informal, maupun non formal.
Proses penegakan yang dilakukan melalui proses pendidikan merupakan
penanaman konsep tentang HAM itu sendiri kepada peserta didik yang ikut di
dalam proses pendidikan.

Jika penegakan itu dilakukan dalam pendidikan formal yaitu sekolah,


penegakan HAM tentang penanaman konsep HAM kepada peserta didik dapat
dilakukan melalui tujuan dari mata pelajaran PPKn dan agama. (baca juga:
Tujuan Pendidikan Pancasila) Harapannya, melalui penanaman konsep HAM
melalui pendidikan, peserta didik dapat melakukan penegakan HAM secara
sederhana misalnya dengan melakukan penerapan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, sebagai berikut:
 Di Indonesia sendiri, hak asasi manusia dijunjung tinggi di dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila sebagai dasar negara kita.
 Pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia di dalam
masyarakat telah dilakukan dari zaman nenek moyang kita meskipun dulu
belum mengenal dengan betul apa itu hak asasi manusia.
 Nenek moyang kita di Indonesia mengenal hak asasi manusia sebagai hak-
hak sebagaimana umumnya seperti hak yang tercantum dalam UUD 1945.
(baca juga: Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945)
 Setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memperjuangkan
hak-hak asasinya jika hak-hak asasi tersebut belum terpenuhi secara
maksimal.
 Setiap warga negara Indonesia tidak perlu merasa takut atau sungkan dalam
menuntut hak asasinya karena terdapat dasar hukum yang mengatur itu
semua.

Indonesia sebagai negara yang mengimplementasikan nilai-nilai dasar


Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sudah seharusnya
menjunjung tinggi setiap hak asasi yang dimiliki oleh warga negaranya.

30
Tindakan seperti ini sangat diperlukan guna meminimalisir dan mengurangi
kemungkinan terjadinya pelanggaran hak warga negara Indonesia. Perlu
diketahui oleh kita semua, pada era sistem pemerintahan orde baru
berlangsung, terdapat banyak peristiwa atau kasus yang menimpa warga
negara Indonesia terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia seperti yang
diungkapkan oleh Ignatius Haryanto dalam bukunya tentang Kejahatan Negara
(1999). Selain itu, setelah masa pemerintahan orde baru selesai, pelanggaran
hak asasi manusia di Indonesia juga masih terjadi. Peristiwa atau kasus yang
pernah kita dengar tekait dengan hal ini adalah peristiwa pelanggaran HAM di
Timor Timur pada tahun 1999.

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penetapan hak warga negara adalah hal mutlak yang harus mendapat perhatian
khusus dari negara sebagai jaminan di junjung tingginya sila ke-5 yaitu “Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Pengakuan Hak sebagai warga negara
indonesia dalam konsepnya mendorong terciptanya suatu masyarakat yang tertata
baik. Namun dalam praktik atau kenyataannya hak warga negara justru hanya
dijadikan slogan pemerintah untuk menarik simpati warga negara dan diajak untuk
“bermimpi” bisa mendapatkan pengakuan akan hak – hak tersebut secara utuh.
Misalnya saja hak warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak.
Tentunya jika melihat kondisi rakyat di negara Indonesia ini, hal itu hanya menjadi
impian semata. Pengakuan hak hanya untuk warga negara yang mampu membeli hak
– hak tersebut dengan uang, jabatan dan kekuasaan. Sedangkan untuk rakyat yang
kurang beruntung kehidupannya hanya bisa menunggu kapan mereka dioerhatikan
kesejahteraannya atau menunggu berubahnya kebijakan pemerintah yang lebih
memihak kepada mereka.
Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Keduanya memiliki hubungan kausalitas atau hubungan sebab akibat. Seseorang
mendapatkan haknya dikarenakan dipenuhinya kewajiban yang dimilikinya.
Pelanggaran hak warga negara terjadi ketika warga negara tidak dapat menikmati atau
memperoleh haknya sebagaimana mestinya yang ditetapkan oleh undang-undang.
Pelanggaran hak warga negara merupakan akibat dari adanya pelalaian atau
pengingkaran terhadap kewajiban, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh
warga negara sendiri. Pengingkaran kewajiban warga negara biasanya disebabkan
oleh tingginya sikap egoisme yang dimiliki oleh setiap warga negara, yang ada di
pikirannya hanya sebatas bagaimana cara mendapat haknya, sementara yang menjadi
kewajibannya dilupakan. Selain itu, rendahnya kesadaran hukum warga negara juga
mendorong terjadinya pengingkaran kewajiban oleh warga negara. Tindakan terbaik
dalam penegakan hak dan kewajiban warga negara adalah mencegah timbulnya semua
faktor penyebab dari pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.
Apabila factor penyebabnya tidak muncul, maka pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban warga negara dapatdiminimalisir atau bahkan dihilangkan.

32
Negara akan dapat berjalan dengan baik bila warga negaranya mendukung. Ada
beberapa hal yang merupakan kewajiban dari warga negara dan sebaliknya ada
beberapa hal yang menjadi kewajiban dari negara. Demikian pula dengan hak, ada
beberapa hal yang menjadi hak dari negara dan demikian pula ada beberapa hak yang
menjadi hak dari warga negara. Penjaminan hak dan kewajiban antara negara dan
warga negara terdapat dalam konstitusi negara, dalam hal ini UUD 1945. UUD 1945
adalah konstitusi Republik Indonesia.
Kehidupan negara akan berjalan dengan baik, harmonis dan stabil bila antara
negara dan warga negara mengetahui hak dan kewajiban secara tepat dan
proporsional. Perlu disadari bahwa pelaksanaan hak adalah berkaitan dengan
kewajiban. Kedua-duanya harus seimbang dan serasi serta selaras. Penuntutan hak
oleh negara dan juga warga negara harus berimbang dengan kewajibannya. Tidak
mungkin orang hanya menutut haknya saja sedang kewajibannya diabaikan. Bila ada
orang yang hanya menuntut haknya saja maka akan pasti merugikan orang lain,
masyarakat bangsa dan negara.

3.2 Saran
Apabila kita menginginkan hak yang sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus
melaksanakan apa yang menjadi kewajiban kita terlebih dahulu sebagai warga negara.
Dengan begitu kehidupan di negara Indonesia akan berjalan dengan aman dan tenteram
tanpa adanya perilaku-perilaku yang dapat menimbulkan terjadinya pelanggaran hak
dan pengingkaran kewajiban warga negara, selain itu kami menyarankan kepada
pemerintah agar dapat memenuhi apa yang menjadi kewajibannya, sehingga kita
sebagai warga negara dapat menikmati yang menjadi hak kita. Dengan begitu kita
sebagai warga negara dapat melaksanakan apa yang menjadi kewajiban kita dan dapat
dilaksanakan dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab.

33
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31638547/MAKALAH_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WARGA_NEGA
RA

https://www.academia.edu/36099888/HAKIKAT_HAK_DAN_KEWAJIBAN_WARGA_NEGAR
A

http://blog-kenyut.blogspot.co.id/2016/01/kasus-pengingkaran-kewajiban-warga.html

https://duniapendidikan.co.id/kasus-pengingkaran/

https://hukamnas.com/contoh-kasus-pengingkaran-warga-negara-dan-solusinya

https://edutalk.id/pembelajaran/materi-pembelajaran/kasus-pelanggaran-hak-dan-
pengingkaran-kewajiban-warga-negara.html

http://sumberbelajar.seamolec.org/Media/Dokumen/59c1c0bf865eacd503e3cd29/dd9d70b
24ce59684a434eb40768d1ac5.pdf

https://www.academia.edu/37472069/Kasus-
Kasus_Pelanggaran_Hak_dan_Pengingkaran_Kewajiban_Warga_Negara

https://www.slideshare.net/auliaputri26/makalah-ppkn-kasuskasus-pelanggaran-hak-dan-
pengingkaran-kewajiban-warga-negara

https://guruppkn.com/upaya-pemerintah-dalam-menegakkan-ham

https://www.academia.edu/10568802/Hak_Warga_Negara_Indonesia

34

Anda mungkin juga menyukai