MEMBIARA
• KEMISKINAN
• KETAATAN
• KEMURNIAN
KAUL KEMISKINAN
Memiliki harta benda adalah hak setiap orang. Namun, dengan mengucapkan
kaul kemiskinan, orang melepaskan hak untuk memiliki harta benda tersebut.
Ia hendak menjadi seperti Kristus: bersikap LEPAS – BEBAS terhadap ‘harta
benda’ (tidak lekat tak teratur terhadap barang-barang duniawi, a.l. : kekayaan,
keluarga, saudara, teman, etc.)
Ia hanya mengikatkan diri pada panggilan dan missi-Nya.Untuk dapat
menghayati kaul kemiskinan, diperlukan sikap batin la rela menjadi miskin
seperti yang dituntut Kristus terhadap murid-murid-Nya (Lht. Luk 10:1-12; Mat
10:5-15).
Kaul kemiskinan bukan hanya diungkapkan, tetapi juga dihayati secara nyata
dalam hidup sehari-hari.
Ada 2 aspek dalam kaul kemiskinan:Aspek Asketis : gaya hidup yang sederhana.
Aspek Apostolis : rela menyerahkan seluruh dirinya demi karya kerasulan yang
diembannya.
KAUL KETAATAN
Kemerdekaan atau kebebasan adalah milik manusia yang sangat berharga.
Namun, mengucapkan kaul ketaatan berarti ia telah memutuskan untuk
taat seperti dan kepada Kristus (lht. Yoh 14:23-24; Flp 2:7-8), melepaskan
kemerdekaannya, dan taat kepada pimpinannya yang merupakan
manifestasi pribadi Kristus (meletakkan kehendaknya di bawah kehendak
pembesar), demi Kerajaan Allah.
Ketaatan religius adalah ketaatan yang diarahkan kepada kehendak Allah.
Sehingga ketaatan kepada pembesar harus merupakan konkretisasi
ketaatannya kepada Allah.
Kaul ketaatan juga mempunyai 2 aspek: Aspek Asketis : ketaatan religius
dimengerti sebagai kepatuhan kepada pembesar, terutama guru rohani.
Aspek Apostolik : ketaatan religius berarti kerelaan untuk membaktikan
diri kepada hidup kerasulan bersama.
KAMUL KEMURNIAN
Hidup berkeluarga adalah hak setiap orang. Dengan mengucapkan
dan menghayati kaul keperawanan, ia melepaskan hak-haknya
untuk hidup berkeluarga demi Kerajaan Allah.
Melalui hidup selibat ia mengungkapkan kesediaan untuk mengikuti
dan meneladani Kristus sepenuhnya, dan membaktikan dirinya
secara total demi terlaksananya Kerajaan Allah.