Anda di halaman 1dari 16

Kurikulum 2006/2013 K

e
l
a
s

sosiologi XI

STRATIFIKASI SOSIAL

Semester 1, kelas XI SMA/MA/SMK/MAK – KTSP 2006/K2013

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami tentang karakteristik, faktor, dan unsur-unsur stratifikasi sosial.
2. Memahami tentang sifat dan fungsi stratifikasi sosial.
3. Memahami tentang bentuk dan wujud stratifikasi dalam bidang ekonomi, sosial, dan
politik.
4. Memahami tentang stratifikasi pada masyarakat pertanian dan masyarakat feodal.
5. Memahami tentang stratifikasi pada masa kolonial Belanda dan masa pendudukan
Jepang serta masyarakat modern.

A. Pengertian, Karakteristik, dan Faktor Terjadinya Stratifikasi Sosial


1. Pengertian
a. Pitirim A. Sorokin
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-
kelas secara bertingkat.
b. Soerjono Soekanto
Stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam
kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
c. Max Weber
Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam sistem
sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan,
privilege, dan prestise.
Jadi, stratifikasi sosial atau pelapisan sosial adalah pembedaan masyarakat secara
vertikal atau bertingkat. Ada tiga hal yang perlu ditekankan berkaitan dengan stratifikasi
sosial.
a. Stratifikasi sosial merupakan suatu pola budaya yang secara sosial diterima, di mana
masing-masing anggota masyarakat ditetapkan dalam posisi dan status tertentu.
b. Stratifikasi sosial sering dikenakan pada para anggota masyarakat melalui tradisi
tanpa kemauan atau kesadaran berdasarkan pengetahuan.
c. Stratifikasi sosial melibatkan suatu sistem hak yang berbeda. Artinya ketidaksamaan
distribusi hak, barang, kekuasaan, di antara para anggota masyarakat.

2. Karakteristik
Terdapat tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial.
a. Adanya perbedaan dalam kemampuan dan kesanggupan
Anggota masyarakat yang menduduki lapisan lebih tinggi tentunya memiliki
kesanggupan dan kemampuan lebih besar dibanding anggota masyarakat pada
lapisan di bawahnya.
b. Adanya perbedaan gaya hidup
Anggota masyarakat yang menduduki lapisan lebih tinggi biasanya mengembangkan
gaya hidup (life style) sebagai pembeda dengan lapisan di bawahnya.
c. Adanya perbedaan hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya.
Seseorang yang menduduki lapisan tinggi biasanya akan memiliki hak dan akses
lebih luas terhadap beragam fasilitas atau sumber daya dibanding lapisan di bawahnya.

3. Faktor Terjadinya Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial dapat muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari proses yang terjadi
dalam masyarakat. Faktor penyebabnya adalah kemampuan atau kepandaian, umur, fisik,
jenis kelamin, sifat keanggotaan masyarakat, dan harta benda.
Beberapa kondisi umum yang mendorong terciptanya stratifikasi sosial dalam
masyarakat menurut Huky.
a. Perbedaan ras dan budaya. Perbedaan ciri-ciri biologis, seperti warna kulit, latar
belakang etnis, dan budaya pada masyarakat tertentu dapat mengakibatkan kelas-
kelas sosial tertentu.
b. Pembagian tugas yang terspesialisasi. Spesialisasi berkaitan dengan fungsi kekuasaan
dan status anggota masyarakat berdasarkan pembagian kerja ini terdapat dalam
setiap masyarakat, baik masyarakat sederhana sampai masyarakat yang sudah
maju.

2
c. Kelangkaan. Stratifikasi sosial terjadi karena alokasi hak dan kekuasaan yang
langka. Kelangkaan akan terasa bila masyarakat mulai membedakan posisi, alat-alat
kekuasaan, dan fungsi-fungsi yang ada dalam waktu yang sama.

4. Unsur-Unsur dalam Stratifikasi Sosial


Dalam kajian sosiologi terdapat unsur-unsur dalam stratifikasi sosial.
a. Kedudukan Sosial
Bila dikaitkan dengan stratifikasi sosial, maka kedudukan (status) dapat dimaknai
sebagai tempat seseorang dalam masyarakat sehubungan dengan keberadaan orang
lain, meliputi pergaulan, prestise, hak, dan kewajiban. Dalam pergaulan hidupnya,
setiap individu memiliki beberapa status sosial pokok yakni:
1. status dalam lingkungan kerja;
2. status dalam sistem kekerabatan;
3. status religius dan status politik.

Status menurut cara memperolehnya terbagi menjadi tiga.


1. Ascribed status.
2. Achieved status.
3. Assigned status.

Seorang individu biasanya memiliki berbagai kedudukan (status) sekaligus.


Hal ini dikarenakan keikutsertaannya dalam berbagai pola kehidupan ataupun
kelompok sosial. Dengan adanya berbagai kedudukan tersebut, tidak jarang terjadi
konflik status yakni kebingungan untuk memilih peran yang harus dijalankan dari
sekian banyak status yang dimiliki.

Penggolongan konflik status adalah sebagai berikut.


1. Konflik individu
Konflik ini dirasakan oleh orang yang bersangkutan dalam batinnya sendiri.
Contohnya Agus sebagai ketua OSIS diminta untuk datang menghadiri rapat
pembentukan panitia gebyar pentas seni. Namun, di saat bersamaan ayahnya
sedang sakit dan tidak ada orang yang menggantikan Agus merawat ayahnya.
Di sini Agus menghadapi konflik individu.
2. Konflik status antarkelompok
Konflik status ini terjadi antara kelompok yang satu dengan lainnya. Contohnya

3
ada peraturan yang dikeluarkan oleh suatu instansi sering kali bertentangan
dengan instansi lainnya, seperti kebijakan penghapusan rokok di instansi
pemerintah seringkali terjadi pertentangan antara Departemen Perdagangan
dan Departemen Kesehatan.
3. Konflik status antarindividu
Konflik status ini terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Contohnya seorang istri yang bertengkar dengan suaminya mengenai siapa
yang paling bertanggung jawab atas pengasuhan anak mereka.

Menurut Pitirim Sorokin, untuk mengukur status seseorang dapat dilihat


melalui:
1. jabatan atau pekerjaan;
2. pendidikan;
3. kekayaan;
4. politik;
5. keturunan.

b. Peran (Role)
Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan. Jadi, peran adalah perilaku yang
diharapkan oleh masyarakat terhadap individu sesuai dengan kedudukannya
(status).

Menurut Levinson, peran mencangkup tiga hal yakni:


1. peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat;
2. peran adalah suatu konsep mengenai apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi;
3. peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial.

Berdasarkan pelaksanaannya, peran dibedakan menjadi:


1. peran yang diharapkan (expected roles) yakni cara ideal dalam pelaksanaan
suatu peran berdasarkan penilaian masyarakat. Masyarakat memiliki gambaran
mengenai peran yang harus dilaksanakan;
2. peran yang disesuaikan (actual roles) yakni cara bagaimana sebenarnya suatu
peran dapat dilaksanakan.

4
Berdasarkan cara memperolehnya, peran terbagi menjadi:
1. peran bawaan (ascribed roles) yaitu peran yang diperoleh secara otomatis,
seperti peran sebagai ayah, ibu, dan anak;
2. peran pilihan (achieved roles) yaitu peran yang diperoleh atas dasar keputusannya
sendiri, seperti peran sebagai mahasiswa sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
Fungsi peran adalah sebagai berikut.
1. Memberi arah pada proses sosialisasi.
2. Pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai, norma, dan pengetahuan.
3. Dapat mempersatukan kelompok dan masyarakat.
4. Menghidupkan sistem pengendalian sosial sehingga dapat melestarikan
kehidupan masyarakat.

B. Dasar, Sifat, dan Fungsi Stratifikasi Sosial


1. Dasar Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dalam masyarakat didasari karena adanya sesuatu yang dihargai lebih.
Barang siapa memiliki banyak dari sesuatu yang dihargai maka ia akan berada di lapisan
atas. Sebaliknya, bila seseorang hanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki
sesuatu yang dihargai maka ia akan diposisikan pada lapisan bawah.
a. Kekayaan
Menurut Max Weber, kekayaan (property) sangat penting dalam penentuan
kedudukan seseorang pada lapisan sosial masyarakat. Kekayaan adalah kriteria
ekonomi, maka orang-orang yang berpenghasilan tinggi akan menempati lapisan
sosial yang tinggi pula.

b. Kekuasaan dan wewenang


Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mengendalikan orang lain, meskipun
terkadang bertentangan dengan kehendaknya. Kekuasaan dapat bersumber dari
kepemilikan. Orang-orang kaya biasanya memiliki kekuasaan untuk menentukan
banyak hal. Kekuasaan juga bersumber dari keturunan. Pada masyarakat feodal,
keturunan bangsawan masih memegang kekuasaan, walau hanya bersifat simbolis.
Bagi anggota masyarakat yang memiliki kekuasaan dan wewenang terbesar akan
menempati lapisan yang tinggi dalam masyarakat bersangkutan.

5
c. Kehormatan
Orang yang disegani dan dihormati akan mendapat tempat teratas dalam sistem
pelapisan sosial. Ukuran semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat yang masih
tradisional. Ukuran kehormatan biasanya terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan
kekuasaan.

d. Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan digunakan sebagai salah satu faktor atau dasar pembentuk
pelapisan sosial di dalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

2. Sifat Stratifikasi Sosial


Berdasarkan sifatnya stratifikasi sosial dapat dibedakan menjadi berikut.
a. Stratifikasi sosial tertutup
Sistem pelapisan sosial tertutup membatasi kemungkinan seseorang untuk pindah
dari satu lapisan ke lapisan lainnya. Pada stratifikasi ini gerak sosial tidak dapat terjadi
karena seseorang tidak dapat naik atau turun dari ke kelas sosial lainnya. Misalnya
terjadi pada sistem kasta pada masyarakat Hindu.

b. Stratifikasi sosial terbuka


Sistem pelapisan sosial terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan
untuk naik atau turun ke lapisan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah karena
memiliki kemampuan dan kecakapan.

c. Stratifikasi sosial campuran


Stratifikasi sosial campuran adalah perpaduan antara stratifikasi sosial tertutup
dan terbuka. Untuk berpindah lapisan sosial, individu harus pindah ke daerah yang
pelapisan sosialnya terbuka. Sebagai contoh, bila seseorang anggota kasta Sudra
tetap bertahan di masyarakat yang menganut sistem kasta maka ia tidak akan pernah
bisa memperoleh kedudukan terhormat. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk
mengubah status adalah dengan pindah ke masyarakat lain yang tidak mengenal
kasta.

SUPER "Solusi Quipper"


TU – KA – RAN ( tertuTUp – terbuKA – campuRAN )

6
3. Fungsi Stratifikasi Sosial
Ada beberapa pendapat mengenai Fungsi stratifikasi sosial antara lain sebagai berikut.
a. Menurut Kingsley Davis dan Wilbert E. Moore
Stratifikasi sosial berfungsi agar individu mau menempati status-status sosial dan
setelah itu bersedia menjalankan perannya sesuai dengan harapan masyarakat.
b. Menurut Soerjono Soekanto
Stratifikasi sosial berfungsi antara lain:
1.) distribusi hak-hak istimewa yang objektif;
2.) menentukan lambang-lambang (simbol) status atau kedudukan;
3.) menggambarkan tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan;
4.) sebagai alat penguat solidaritas di antara individu-individu atau kelompok
yang menduduki lapisan sosial yang sama dalam masyarakat.
c. Menurut Joseph Schumpeter
Stratifikasi sosial berfungsi menyediakan masyarakat dengan keperluan-keperluan
yang nyata.
d. Menurut Karl Marx dan Max Weber
Stratifikasi sosial berfungsi membentuk gaya hidup masing-masing kelas. Contohnya
bagi masyarakat kelas atas memiliki kebiasaan berlibur ke luar negeri sudah menjadi
kebutuhan utama untuk liburan.

Jadi, dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa fungsi stratifikasi
sosial antara lain sebagai berikut.
1. Menentukan lambang-lambang status atau kedudukan.
2. Menggambarkan tingkat mudah dan sukarnya bertukar kedudukan.
3. Sebagai alat penguat solidaritas di antara individu-individu atau kelompok yang
menduduki lapisan sosial yang sama dalam masyarakat.

C. Bentuk Dan Wujud Stratifikasi Sosial


1. Bentuk Stratifikasi Sosial
a. Sistem Kasta
Kasta berasal dari kata casta (bahasa Portugis) yang berarti ras atau keturunan. Suatu
kasta ditandai oleh keanggotaan melalui kelahiran, endogami, kecenderungan
dukungan institusi bagi perlakuan berbeda, dan kecenderungan penerimaan status
oleh kelompok yang lebih rendah. Menurut Lumberg, kasta adalah suatu kategori

7
yang pada anggotanya ditunjuk dan ditetapkan status yang permanen dalam hierarki
sosial, serta hubungan dibatasi oleh statusnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kasta adalah pembedaan kelompok atau
masyarakat berdasarkan keturunan atau ras yang bersifat permanen dan hubungan
sosial yang terbentuk dibatasi oleh status dalam masyarakat.
Sistem kasta telah ada sejak berabad-abad lalu, khususnya pada masyarakat
Hindu di India. Ciri-ciri sistem kasta adalah sebagai berikut.
1.) Keanggotaan karena keturunan.
2.) Keunggulan yang diwariskan berlaku seumur hidup.
3.) Perkawinan bersifat endogami, yakni harus dipilih dari orang-orang yang
berasal dari kasta yang sama.
4.) Hubungan dengan masyarakat lain bersifat terbatas.
5.) Kesadaran pada keanggotaan kasta tertentu.
6.) Kasta diikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan. Kasta
lebih rendah kurang mendapat akses dalam pendidikan dan kesejahteraan.
7.) Prestise suatu kasta benar-benar dijaga dan diperhatikan.
8.) Kasta yang lebih rendah dikendalikan oleh kasta yang lebih tinggi.

Sistem kasta terjadi di India dan di Indonesia (pada masyarakat Bali). Pembagian
atau penggolongan masyarakat berdasarkan sistem kasta yakni:
1.) kaum brahmana (kaum agamawan);
2.) kaum ksatria (kaum raja atau bangsawan);
3.) kaum waisya (kaum pedagang);
4.) kaum sudra (kaum buruh tani);
5.) kaum varia (kaum orang-orang terbuang seperti pengemis dan gelandangan).
Kaum ini sering tidak digolongkan dalam kasta, namun ada dalam masyarakat.

b. Sistem Kelas Sosial


Sistem kelas lebih fleksibel dan lebih terbuka. Gerak dalam sistem kelas tidak kaku
dan tertutup seperti dalam sistem kasta. Kelas sosial bukan hanya muncul karena
warisan keluarga, tetapi dapat dicapai melalui usaha atau prestasi.
Ada beberapa pendapat tentang kelas sosial dari para ahli di antaranya:
1.) menurut Rogers, kelas sosial merupakan suatu kategori yang abstrak dari
orang-orang yang tersusun dalam tingkatan-tingkatan sesuai dengan status
sosialnya;

8
2.) menurut Peter Berger, kelas sosial dikaitkan dengan posisi seseorang dalam
masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi;
3.) menurut Max Weber, kelas sosial mengadakan pembedaan antara dasar-dasar
ekonomis dengan dasar-dasar kedudukan sosial dari lapisan;
4.) menurut Joseph Schumpeter, dasar terbentuknya kelas adalah karena
masyarakat membutuhkan keperluan-keperluan yang nyata.

Sistem kelas sosial didasarkan pada status sosial yang diperoleh dengan usaha-
usaha, namun dapat pula melalui kelahiran. Jadi, kelas sosial adalah sejumlah orang
atau keluarga-keluarga yang memiliki status sosial yang sama dan biasanya didapat
dengan usaha-usaha maupun kelahiran.

Secara umum dikenal ada tiga kelas sosial dalam stratifikasi sosial yaitu:
1.) kelas sosial atas (upper class), biasanya terdiri atas para bangsawan, pejabat,
atau penguasa, dan pengusaha kaya;
2.) kelas sosial menengah (middle class), terdiri atas kaum intelektual seperti dosen,
dokter, peneliti, pengusaha kecil dan menengah, pegawai negeri, konsultan,
dan sebagainya;
3.) kelas sosial bawah (lower class), terdiri atas buruh, petani kecil dan petani
penggarap, pedagang kecil, dan sebagainya.

c. Sistem Feodal
Feodalisme merupakan suatu bentuk organisasi yang telah muncul di dunia ketika
masyarakat mengalami Revolusi Agraria. Di Indonesia penerapan sistem ini terjadi
zaman kerajaan di Nusantara. Karakteristik sistem feodal ditandai oleh suatu prinsip
dasar yaitu pembedaan status seseorang terhadap orang lain, terutama dalam
hubungannya dengan sistem pertanahan. Stratifikasi sosial pada sistem feodal
didasarkan pada empat tingkatan.
1.) Raja.
2.) Bangsawan atau tuan tanah.
3.) Ksatria atau para pedagang.
4.) Petani.

Raja menempati kedudukan tertinggi yang mempunyai kekuasaan mutlak.


Pada lapisan terbawah terdapat petani yang mengabdi pada golongan ksatria dan
tuan tanah.

9
d. Sistem Apartheid
Sistem ini memiliki kesamaan dengan sistem kasta yang membedakan kesempatan
berdasarkan keturunan atau ras. Kemungkinan untuk berpindah status dari satu
tingkatan masyarakat ke tingkat masyarakat lainnya sangat kecil, bahkan hampir
tidak ada.
Sistem apartheid ini pernah diterapkan di Afrika Selatan. Latar belakang etnis
digunakan sebagai dasar untuk menentukan stratifikasi masyarakat. Kata apatheid
berarti pemisahan dalam bahasa Afrika, yang menggambarkan pemisahan rasial
yang nyata antara penduduk kulit putih yang merupakan kaum minoritas yang
memimpin penduduk nonkulit putih yang merupakan mayoritas.
Seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan, pendidikan, perumahan, dan
pekerjaan ditentukan oleh apakah seseorang itu berkulit putih atau berwarna. Sistem
apartheid mengklasifikasikan orang berdasarkan tiga kelompok ras besar yaitu:
1.) ras kulit putih;
2.) ras kulit hitam; dan
3.) ras kulit berwarna (campuran).

e. Wujud Stratifikasi Sosial


1.) Stratifikasi Sosial Berdasarkan Ekonomi
Stratifikasi masyarakat berdasarkan ekonomi akan membedakan masyarakat
atas kepemilikan harta. Berdasarkan kepemilikan harta, masyarakat dibagi
dalam tiga kelas yakni:
• kelas atas yang terdiri dari kelompok orang-orang kaya yang dengan leluasa
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan secara berlebihan;
• kelas menengah terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan
yang sudah bisa memenuhi kebutuhan pokok (primer);
• kelas bawah terdiri dari kelompok orang miskin yang masih belum dapat
memenuhi kebutuhan primer.

Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan yakni:


• golongan kapitalis atau borjuis, orang-orang yang menguasai tanah dan
alat produksi;
• golongan menengah, terdiri dari para pegawai pemerintahan;
• golongan proletar, orang yang tidak memiliki tanah dan alat produksi
termasuk di dalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.

10
Pada masyarakat di negara-negara demokratis, pelapisan sosialnya meliputi
enam golongan yakni:
- elit, meliputi orang-orang kaya dan orang yang menempati kedudukan atau
pekerjaan yang oleh masyarakat dinilai sangat dihargai;
- profesional, meliputi orang-orang yang berijazah dan bergelar serta
orang-orang dari dunia perdagangan yang berhasil;
- semi profesional, meliputi para pegawai kantor, pedagang, teknisi yang
berpendidikan menengah, dan mereka yang tidak bergelar;
- skill, meliputi orang-orang yang mempunyai keterampilan mekanis,
teknisi, dan kapster;
- semiskill, meliputi pekerja pabrik tanpa keterampilan, supir, pelayan
restoran;
- unskill, meliputi pramuwisma, tukang kebun, pasukan kuning (pegawai
kebersihan jalan).

2.) Stratifikasi Sosial Berdasarkan Sosial


Pelapisan masyarakat secara sosial adalah sistem pengelompokan masyarakat
menurut status. Umumnya, nilai status seseorang dalam masyarakat diukur
dari prestise atau gengsi. Sebagai contoh orang lebih suka bekerja sebagai
pegawai pemerintah yang bekerja di belakang meja daripada menjadi tukang
bangunan, walaupun mungkin gaji yang diperoleh tukang bangunan lebih
besar daripada gaji seorang pegawai pemerintah. Hal ini berkaitan dengan
anggapan masyarakat bahwa pekerjaan di belakang meja lebih bergengsi
daripada pekerjaan kasar.

3.) Stratifikasi Sosial Berdasarkan Politik


Secara politik, pelapisan masyarakat didasarkan pada wewenang dan
kekuasaan. Makin besar wewenang atau kekuasaan seseorang, semakin tinggi
lapisan sosialnya. Masyarakat yang memiliki wewenang atau kekuasaan yang
tinggi ditempatkan pada:
• lapisan atas dalam masyarakat, kelompok ini mencakup para pejabat
eksekutif baik tingkat pusat maupun desa, pejabat legislatif, dan pejabat
yudikatif;
• lapisan bawah, masyarakat yang tidak memiliki wewenang.

Pembagian yang paling jelas terdapat di pelapisan berdasarkan kuasa


atau wewenang di hierarki militer. Lapisan atas ditempati oleh perwira, kapten,

11
dan jenderal. Lapisan menengah ditempati bintara dari sersan dua dan sersan
mayor. Lapisan bawah ditempati para prajurit sampai kopral kepala.

D. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Pertanian dan Feodal


1. Stratifikasi Sosial Masyarakat Pertanian
Masyarakat pertanian pada umumnya memiliki ciri-ciri berikut.
a. Mengandalkan tanah sebagai sumber penghasilan.
b. Ketergantungan yang tinggi pada alam.
c. Hubungan antaranggota kelompok relatif erat.
d. Mobilitas sosialnya relatif rendah.
e. Cenderung bersifat tertutup dan curiga terhadap budaya luar.
f. Jumlah strata dalam masyarakat sedikit karena relatif homogen.
g. Masih percaya pada hal-hal yang bersifat gaib.
h. Pola kepemimpinan bersifat informal.
i. Memegang teguh tradisi.

Pada sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat pertanian yang dianggap bernilai
tinggi atau penting adalah kepemilikan tanah. Makin banyak seseorang memiliki tanah
maka kedudukan sosial makin tinggi. Sebaliknya seseorang yang tidak memiliki tanah
sama sekali akan mendapat posisi paling rendah dalam masyarakat.
Berdasarkan kepemilikan tanah, masyarakat pertanian dapat dibagi dalam tiga
lapisan.
a. Lapisan tertinggi, yaitu kaum petani yang memiliki tanah pertanian dan rumah.
b. Lapisan menengah, yaitu kaum petani yang tidak memiliki tanah pertanian, namun
memiliki tanah pekarangan dan rumah.
c. Lapisan terendah, yaitu kaum petani yang tidak memiliki tanah pertanian dan
pekarangan untuk rumah.

Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial masyarakat pertanian berdasarkan kriteria


ekonomi adalah sebagai berikut.
a. Lapisan pertama yang terdiri dari kaum elite desa yang memiliki cadangan pangan
dan pengembangan usaha.
b. Lapisan kedua terdiri dari orang yang hanya memiliki cadangan pangan saja.
c. Lapisan ketiga yang terdiri dari orang yang tidak memiliki cadangan pangan dan

12
cadangan usaha dan mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
perutnya agar tetap hidup.

Contoh stratifikasi sosial masyarakat pertanian di Pulau Jawa dibagi menjadi empat
tingkatan.
a. Cikal bakal (pemilik tanah atau orang kaya yang pertama).
b. Kuli keceng (pemilik tanah karena keuletannya).
c. Kuli kendo (pemilik tanah sedikit dan untuk konsumsi sendiri).
d. Buruh tani ( tidak memiliki tanah dan bekerja sebagai buruh tani).

2. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Feodal


Berbagai daerah di Indonesia memiliki latar belakang sejarah feodalisme yang panjang.
Maka, tidak heran jika sampai saat ini sebagian masyarakat masih menerapkan sistem
stratifikasi sosial yang tertutup dengan menempatkan status sosial seseorang berdasarkan
keturunannya.
a. Pola dasar masyarakat feodal
1.) Raja dan bangsawan merupakan pusat kekuasaan yang harus ditaati dan
dihormati oleh rakyatnya karena raja mempunyai hak istimewa.
2.) Terdapat lapisan utama, yakni raja dan kaum bangsawan (kaum feodal) dan
lapisan di bawahnya yakni rakyat.
3.) Adanya pola ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum feodal
merupakan tokoh panutan yang harus disegani, sedangkan rakyat harus hidup
menghamba dan selalu dalam posisi dirugikan.
4.) Terdapat pola hubungan antarkelompok yang diskriminatif, yaitu kaum feodal
memperlakukan bawahannya secara tidak adil dan cenderung sewenang-
wenang.
5.) Golongan bawah cenderung memiliki sistem stratifikasi sosial tertutup.

b. Tingkatan masyarakat dalam Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta


1.) Kaum bangsawan yang terdiri dari raja, keluarga, dan kerabatnya.
2.) Golongan priyayi yaitu pegawai kerajaan yang berpendidikan tinggi yang
berasal dari keturunan raja.
3.) Golongan wong cilik yaitu rakyat jelata yang hidup mengabdi untuk raja seperti
petani, nelayan, dan pedagang.
c. Tingkatan masyarakat feodal di Aceh
1.) Golongan atas seperti keturunan raja atau bangsawan. Penghargaan terhadap

13
keturunan ini berupa gelar-gelar seperti Cut untuk perempuan, Teuku untuk
laki-laki.
2.) Golongan kedua atau menengah meliputi olee balang (pegawai atau pengawal
raja).
3.) Golongan ketiga atau bawah meliputi rakyat jelata.

E. Sistem Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat Kolonial, Pendudukan


Jepang dan Masyarakat Modern
1. Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat Zaman Kolonial Belanda.
Pada sistem ini ketika kolonial Belanda berkuasa di Indonesia membagi masyarakat
Indonesia berdasarkan ras.
a. Golongan kulit putih (eropa).
b. Golongan Timur asing (golongan keturunan bangsa India, Arab, dan Cina).
c. Golongan bumi putera (pribumi).
Belanda menerapkan politik monopoli dan melestarikan feodalisme. Kondisi ini
sangat menghambat golongan bumi putera untuk melakukan mobilitas sosial ke atas.
Semua jabatan tinggi seperti gubernur jenderal, residen, dan kepala polisi diduduki oleh
Belanda. Sementara jabatan bupati, wedana, dan asisten wedana dipegang oleh bumi
putera yang berasal dari golongan ningrat.
Dalam ekonomi, Belanda juga sangat diskriminatif. Bumi putera hanya diperbolehkan
menjadi pedagang kecil. Sebaliknya, golongan timur asing mendapat kesempatan
mengelola ekonomi menengah seperti menjadi pedagang grosir atau pemilik pabrik.
Kegiatan ekspor hasil pertanian dan perkebunan semua dikelola oleh Belanda.

2. Sistem Stratifikasi Sosial Masa Pendudukan Jepang


Pada sistem ini golongan pribumi ditempatkan di atas golongan eropa. Hal ini disebabkan
karena Jepang ingin mengambil hati rakyat Indonesia untuk membantu mereka dalam
perang Asia Timur Raya. Stratifikasi sosial pada zaman Jepang antara lain:
a. bangsa Jepang,
b. bangsa bumi putera (pribumi),
c. bangsa Eropa dan Timur asing.

3. Sistem Stratifikasi Sosial Zaman Modern


Penentuan kelas sosial tidak lagi hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, tetapi
juga ditentukan oleh aspek kelangkaan dan profesionalisme seseorang. Hal ini disebabkan

14
karena masyarakat industri sangat menghargai kreativitas yang mampu memberi nilai
tambah dalam pekerjaan. Akibatnya, orang yang berpendidikan tinggi sangat dihargai
pada masyarakat industri. Sebaliknya, orang yang berpendidikan rendah ditempatkan di
strata bawah.
Pelapisan sosial pada masyarakat industri terbagi menjadi dua kriteria.
a. Berdasarkan kriteria profesi:
1.) Kelompok profesional;
2.) Kelompok profesi awal dan semi profesi awal;
3.) Buruh rendahan.

b. Berdasarkan kriteria ekonomi:


1.) Golongan atas;
2.) Golongan menengah;
3.) Golongan bawah.

4. Konsekuensi Stratifikasi Sosial


Tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama. Ada yang mampu dan ada yang
tidak secara ekonomi. Akibatnya, penghargaan yang diberikan masyarakat pun akan
berbeda-beda. Perbedaan seperti ini akan memengaruhi gaya hidup sebagai konsekuensi
atau dampak dari adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat.
a. Pakaian
Kelas-kelas sosial yang berbeda memengaruhi cara berpakaian tiap kelompok
masyarakat. Kelompok masyarakat dari kelas atas umunya meniru gaya berpakaian
para model terkenal dunia. Bahan yang digunakan pun berkualitas tinggi.
b. Rumah dan perabot
Kelompok masyarakat kelas atas umumnya membangun rumah bertipe besar dan
mewah. Mereka menempati di kawasan tertentu yang dilengkapi fasilitas keamanan
yang memadai. Contoh permukiman kelas atas di Jakarta terdapat di Pondok Indah,
Cibubur, Karawaci, dan lain sebagainya.
c. Bahasa dan gaya bicara
Ketika berbicara, kelompok masyarakat kelas menengah ke atas umumnya sering
menyelipkan istilah atau kata-kata asing. Tutur kata mereka juga cenderung sopan,
tidak menyebutkan kata-kata kasar.
d. Makanan
Selera dan jenis makanan juga dapat menjadi tanda status sosial seseorang. Kelompok

15
masyarakat kelas atas umumnya makan di restoran terkenal dengan menu-menu
yang berasal dari luar negeri, seperti makanan Eropa dan Jepang.
e. Gelar, pangkat, atau jabatan
Gelar, pangkat, atau jabatan juga sering menjadi tanda kelas sosial seseorang.
Kelompok kelas menengah ke atas umumnya memiliki sejumlah gelar atau pangkat
yang mengikuti penulisan namanya, baik dalam kartu nama atau pada surat-surat.
f. Hobi dan kegemaran
Pada masa liburan, kelompok masyarakat kelas atas umumnya berlibur ke tempat-
tempat rekreasi di luar negeri. Pada kelompok masyarakat menengah umumnya
berlibur seperti ke Bali, Lombok. Sementara masyarakat kelas bawah umumnya
berekreasi tidak jauh dari lingkungan permukimannya.

16

Anda mungkin juga menyukai