Pengertian Pergelaran
Pergelaran adalah suatu kegiatan dalam pertunjukan hasil karya seni kepada orang
banyak pada tempat tertentu. Untuk mencapai suatu tujuan pada dasarnya pergelaran adalah
merupakan kegiatan konsumsi secara tidak langsung antara pemain dengan penonton untuk
mencapai kepuasan masing-masing (baik penonton maupun pemain). Baik tidaknya suatu
pergelaran dapat di ukur dengan melihat bagaimana respon dan tanggapan serta perhatian
penonton selama pergelaran itu berlangsung. Kadang-kadang ada suatu pergelaran yang di
tinggalkan oleh penonton ini menandakan bahwa pergelaran itu tidak dapat berkomunikasi
dengan penontonnya.
Maksud dan Tujuan
1) Untuk hiburan dalam acara tertentu
2) Untuk menghibur masyarakat
3) Untuk apresiasi
4) Untuk ucapan khusus
5) Untuk komersial
6) Supaya kesenian tidak hilang
7) Supaya kesenian dilestarika
Unsur Pergelaran
1) Materi sajian
Materi sajian adalah bentuk karya seni karawitan yang akan disajikan dengan maksud dan
tujuan pergelaran, karena baik buruknya suatu materi sajian tergantung pada tujuan
penyelenggara pergelaran. Maksud dan tujuan suatu pergelaran itu banyak sekali baik
dalam pergelaran kecil maupun dalam pergelaran besar.
2) Pemain
Pemain adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan seni, baik sebagai juru
sekar, juru gendang, maupun yang memainkan suatu pemeran seorang tokoh yang
dimaksud dalam suatu materi sajian. Pergelaran pemain adalah merupakan unsur
terpenting dalam pergelaran karena materi sajian pergelaran dalam hal ini secara
langsung dipertontonkan oleh seorang pemain. Kesuksesan serta keberhasilan suatu
pergelaran tergantung pula kepada pemain. Oleh karena itu seorang pemain harus benar-
benar siap pentas, dalam arti siap segala-galanya baik mentalitas maupun penguasaan
materi sajian. Sehingga dapat bermain dengan sempurna serta dapat memberika suatu
kepuasan kepada penonton.
3) Sarana
Sarana merupakan unsur pendukung yang tidak boleh dianggap enteng dalam suatu
pergelaran. Karena unsur sarana sangat berpengaruh banyak terhadap kesuksesan dan
keberhasilan dalam pencapaian tujuan pada suatu pergelaran. Unsur sarana meliputi,
tempat pergelaran dan hal yang digunakan dalam pergelaran seperti: dekorasi, pentas, tata
cahaya, saund system, tata rias, tata busana, dan lain-lain.
4) Penonton
Menonton suatu pergelaran karawitan adalah merupakan sebagian dari kebutuhan hidup
yang menyenangkan. Jadi dengan menonton pergelaran karawitan, orang dapat
melepaskan diri sejenak dari kejenuhan dan kejemuan sehari-hari. Kepuasan yang didapat
akan melahirkan kebahagiaan bagi penonton. Karena itu penonton menginginkan materi
sajian yang menyenangkan. Apabila sajian pergelaran itu tidak memuaskan hal ini dapat
menimbulkan kekecewaan bagi penonton, kadang-kadang penonton dengan spotanitas
melontarkan tanggapannya baik kekagumannya maupun kekecewaannya karena tidak
puas. Dengan demikian penonton adalah merupakan salah satu unsur yang penting dalam
suatu pergelaran.
Pergelaran melputi bagian yang bersifat management dan bagian yang langsung
berurusan dengan kegiatan seni. Yang dimaksud dengan bagian management yaitu
kumpulan orang- orang yang melakukan suatu kegiatan dalam mengurus operasional
pergelaran yang dipimpin oleh produser. Di sekolah biasanya dipimpin oleh ketua panitia
atau oleh Kepala Sekolah. Bagian ini mengurusi tentang memeroleh dana dan cara
penggunaannya seta mempersiapkan keperluan- keperluan penyelenggaraan pergelaran,
seperti; perijinan, tempat pergelaran, perlengkapan- perlengkapan pergelaran, konsumsi,
transportasi akomodasi, dan penonton. Bagian yang berlangsung dengan kegiatan seni
yaitu kumpulan orang- orang yang melakukan suatu kegiatan khusus sesuai dengan
tugasnya masing- masing seperti; pemain, Pagelaran atau Drama mempunyai unsur-unsur
pembangunan cerita dan unsur-unsur tersebut biasanya disebut unsur-unsur intrinsik.
Unsur-unsur itu adalah tema, alur, perwatakan, amanat, latar (setting), dan titik
pengisahan (point of view).
1. Tema
Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita sehingga mampu memaparkan
suatu karya fiksi yang diciptakannya. Persoalan, cita-cita, dan gagasan yang
diungkapkan pengarang tidak terlepas dari tema.
2. Alur
Alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam
suatu cerita. Alur disusun tidak lepas dari tema. Jalan cerita yang disusun atau
dijalin tidak boleh meloncat ke lain tema. Tiap-tiap kejadian akan berhubungan
sehingga seluruh cerita merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.
3. Karakter/ Perwatakan
Dalam cerita rekaan, ada individu yang diceritakan. Individu ini dalam karya
sastra lazim disebut tokoh. Tokoh tersebut digambarkan mempunyai karakter
atau watak, misalnya pemarah, periang, pemabuk, pemalu, penyabar, atau rajin.
Penggambaran watak tokoh dapat secara langsung ataupun tidak langsung.
Orang yang mempunyai watak pemarah, tidak langsung dikatakan ‘dia pemarah’,
tetapi dengan kalimat atau uraian lain sehingga pembaca mengetahui bahwa
tokoh yang igambarkan dalam cerita tersebut memiliki sifat pemarah.
4. Amanat
Dalam cerita rekaan, terdapat pesan yang dituangkan oleh pengarang. Pesan atau
amanat ini dapat ditafsirkan sendiri oleh pembacanya. Tidak mustahil terjadi
perbedaan penafsiran amanat pembaca dengan amanat atau pesan yang
dikehendaki pengarang.
5. Latar/ Setting
Latar adalah segala keterangan atau petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan
waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra beserta
tempatnya. Dari pengertian latar ini, dikenal latar waktu (kapan), latar tempat (di
mana), dan latar sosial (keadaan lingkungan masyarakat). Pengungkapan latar
ada yang secara langsung dan yang tidak langsung. Dalam cerita yang baik,
antara latar dan penokohan sangat menyatu sehingga baik penokohan maupun
latar tidak dapat dipertukarkan.
a. Sudut pandang fisik, yaitu posisi dalam waktu dan ruang yang
digunakan pengarang dalam pendekatan materi cerita.
b. Sudut pandang mental, yaitu perasaan dan sikap pengarang terhadap
masalah dalam cerita;
c. Sudut pandang pribadi, yaitu hubungan atau keterlibatan pengarang
dengan pokok masalah dalam cerita.
Untuk mendapatkan hasil pementasan yang baik, salah satunya terletak pada
kemampuan pemain dalam menjiwai karakteristik tokoh yang diperankannya.
Dalam hal ini, seorang pemain harus berusaha menghayati sedalam mungkin
karakter tokoh yang akan diperankannya sehingga ia mampu menempatkan
dirinya sehingga seorang tokoh di dalam drama tersebut, bukan sebaliknya
menjadi dirinya sendiri. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
ketika memerankan tokoh drama, diantaranya sebagai berikut,
8. Kosentrasi
Pemusatan pikiran untuk menghayati dan menjiwai karakteristik tokoh yang
akan diperankan. Pemusatan pikiran ini melibatkan tiga faktor, yaitu faktor fisik,
mental, dan emosional.
Karakter pemain sebisa mungkin identik dengan karakter tokoh yang ingin
diperankan. Seorang pemain dituntut untuk tidak tampil dengan karakter diri
pribadinya, melainkan sebagai tokoh yang diperankannya.
Irama yang dimaksud ialah tempo permainan gerak atau prilaku agar terjadi
kehormatan dalam pemeranan. Tempo tersebut didasarkan pada deskripsi yang
ada dalam naskah drama.
a. Penasihat
Penasihat adalah orang yang dianggap tertua (senior) dalam kepanitiaan. Biasanya
orang yang menjadi penasihat dalam kepanitiaan sekolah adalah kepala sekolah.
Penasihat harus memberikan arahan dan motivasi kepada semua panitia, sehingga dalam
pelaksanaan pergelaran nanti dapat terlaksana dengan baik. Adapun tugas yang harus
dilaksanakan seorang penasihat pertunjukan tari adalah:
b. Penanggung jawab
Penanggung jawab adalah pelaksana harian yang harus selalu mengikuti atau
memantau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kepanitiaan. Penanggung jawab
dapat mewakili penasihat apabila ada hal yang mendesak. Biasanya penanggung jawab
adalah wakil kepala sekolah. Penanggung jawab memiliki tugas yang sama dengan tugas
penasihat.
c. Ketua Panitia
d. Wakil Ketua
Secara umum tugas sebagai wakil ketua adalah pendamping ketua, bertanggung
jawab atas kepengurusan berbagai hal dan memperlancar kegiatan seksi-seksi, juga
mengganti ketua atau melaksanakan tugas ketua, apabila ketua berhalangan. Seorang
wakil ketua harus memiliki sikap tegas, jujur, sabar, serta memiliki rasa tanggung jawab
atas pekerjaan.
e. Sekretaris
Tugas pokok sekretaris dalam suatu kegiatan pameran atau suatu organisasi
diantaranya adalah menulis seluruh kegiatan panitia selama penyelenggaraan pameran.
Pembuatan surat-surat pemberitahuan kepada kepala sekolah, orang tua, kepada dinas
terkait, apabila pergelaran tersebut akan dilangsungkan di sekolah. Sedangkan apabila
pameran tersebut akan diselenggarakan di luar sekolah, perlu ada surat izin dan dan
pemberitahuan kepada instansi pemerintah yang berwewenang. Tugas sekretaris lainnya
adalah mengarsipkan surat-surat penting tersebut dan menyusunnya sesuai tanggal, waktu
pengeluaran surat-surat tersebut secara cermat dan teratur. Selain itu, bersama ketua,
membuat laporan kegiatan sebelum, sedang dan sesudah pergelaran berlangsung.
Sekretaris harus memiliki sikap jujur, tangung jawab, dan tertib karena tugas sekretaris
sangat erat hubungannya dengan administrasi.
f. Bendahara
g. Seksi-Seksi
a) Seksi Kesekretariatan
b) Seksi Sponsor
e) Seksi Stand
Seksi stand atau petugas stand adalah penjaga pameran yang bertugas
menjaga kelancaran pameran, mengatur (mengarahkan) pengunjung mulai dari
masuk sampai ke luar dari ruang pameran. Petugas penjaga stand diharapkan
melayani para pengunjung secara ramah dan sopan membantu memberikan
informasi tentang karya-karya yang dipamerkan.
g) Seksi Perlengkapan
Seksi Perlengkapan memiliki tugas untuk mengatur berbagai perlengkapan
(alat dan fasilitas lain) yang digunakan dalam penyelenggaraan pameran. Seksi
ini bekerjasama dengan seksi dekorasi dan penataan ruang mempersiapkan
tempat penyelenggaraan pameran serta berkordinasi secara khusus dengan seksi
pengumpulan dan seleksi karya dalam pengumpulan dan pemilihan karya.
h) Seksi Keamanan
i) Seksi Konsumsi
j) Seksi Kegiatan
Seksi ini bertugas mengurus segala perijinan dengan pihak terkait yang
akan digunakan atau diminta bantuan dalam acara.
1. Tim Produksi
Tim Produksi ini dipimpin oleh ketua yang bertugas mengorganizir pementasan
suatu seni pertunjukan. Tim produksi terdiri dari : Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi
Dokumentasi, Seksi Publikasi, Seksi Pendanaan, dan Tiketing
2. House Manager
3. TimArtistik
Tim artistik terdiri dari : Sutradara/Koreografer, Pimpinan Artistik/Art Director,
Stage Manajer, Penata Panggung/Scenery, Penata Cahaya, Penata Rias dan Busana,
Penata Suara, dan Penata Musik/Sound
Tata Lampu
1. Menerangi
2. Menyinari
Tata lampu bertujuan untuk menyinari daerah permainan atau suatu objek
tertentu sehingga dapat menimbulkan efek dramatik. Penyinaran ini merupakan jenis
penerangan yang bersifat khusus (Specicific Illumination/ Spot Light). Dengan
penerangan ini suatu daerah atau objek tertentu akan nampak lebih dominan sehingga
situasi dramatis akan lebih kuat. Misalnya: untuk adegan dua pemain di tengah hutan,
maka lampu yang berfungsi menyinari difokuskan pada panggung yang ditempati
dua pemain, sedangkan bagian panggung yang lain secara merata diterangi oleh
general light berwarna hijau.
Demikian pula sebenarnya bila kita resapi dalam tata lampu untuk teater
tradisional. Lidah api yang bergerak-gerak terkena hembusan angin (Blencong) ternyata
mampu memberi nafas kehidupan kepad benda (wayang kulit). Ilusi kita ternyata
terhanyut mengikuti gerak semu benda tersebut yang diakibatkan oleh gerakan lidah api.
Tata lampu Pendopo ternyata membawa keagungan tersendiri yang bersifat karakteristik
dan dapat memberikan efek spiritual magis. Oleh karena itulah maka tidak semua bentuk
teater dapat menerapkan teknik lighting modern.
1. Lampu tradisional
Lampu tradisional adalah semua lampu yang memiliki sumber cahaya yang dapat
digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertunjukan atau pergelaran seni.
Lampu ini memiliki bentuk yang sederhana dan dibuat secara turun temurun dan
merupakan warisan budaya nenek moyang kita. Sebagai contoh bentuk lampu yang
dapat digunakan mulai dari api unggun, blencong, obor dari bambu, oncor dari kaleng
bekas, dari botol-botol bekas, lampu teplok, lampu gantung, sampai dengan petromaks.
Lampu non tradisional atau modern adalah lampu yang dihasilkan oleh manusia
melalui pengembangan IPTEKS dengan menggunakan listrik sebagai bahan dasar
utamanya. Dengan kemajuan IPTEKS dan berkembangnya seni pertunjukan, maka
kedua belah pihak saling membutuhkan, sehingga instrumen lighting di zaman
sekarang ini telah canggih dan siap mendukung segala macam kebututuhan
pertunjukan. Ada beberapa macam bentuk lighting modern.
1. Open System
Deretan lampu yang berada dalam kotak panjang tanpa sekat, jenis ini
dipasang pada Apron, untuk lampu kaki (Foot Light)). Di samping berfungsi
sebagai penerangan umum juga dapat untuk menetralkan sinar dari atas.
2. Compartment System
B. Spot Light
5. Flood Light
H. Pengaturan Lampu
Di dalam Stage Lighting terdapat dua permasalahan (1) masalah fisikal yaitu
lighting unit yang dipergunakan serta penempatannya. (2) masalah mekanikal yaitu
proses kerja lighting. Menata sinar tidak jauh bedanya dengan melukis di atas kanvas.
Pengetahuan tentang sifat warna dapat membantu konsep lighting. Dengan penempatan
lampu secara cermat, maka pelukisan situasi dramatis lewat warna dapat lebih mantap
sehingga komunikasi akan lebih lancar. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
1) Tujuan lighting harus tercapai sesuai dengan rencananya dalam menyinari pentas
dan aktor sehingga hidup.
2) Pelukisan situasi secara logis.
3) Keseimbangan tata warna di dalam lukisan sinar.
4) Perubahan kombinasi warna yang tepat dan cermat.
5) Oleh karena itu tata lampu bukan hanya sekedar menerangi, maka harus pula
disesuaikan dengan situasi dan kondisi pentas beserta perlengkapannya.
J. Bentuk Penyinaran
K. Proses Penyinaran
Pada sustu saat sutradara menghendaki penonjolan pada tokoh atau bagian dari
adegan tertentu atas dasar interpretasinya terhadap nafas lakon. Untuk keperluan ini
maka penyinaran Border dan Foot diredupkan, kemudian tokoh atau daerah tertentu
tersebut disoroti dengan Spot light. Apabila penonjolan tadi lebih dititikberatkan pada
tokoh, baik dalam keadaandiam maupun bergerak, maka tokoh tersebut kita ikuti
dengan sorotan Follow Spot.
2. Pembagian sembilan (9) daerah permainan
Proses penyinaran bagi pentas dibagi menjadi 9 daerah permaian pada pentas
dengan 6 ruangan. Untuk membentuk pentas ini mengadi 9 daerah permainan, maka
penyinaran daerah khusus tidak menggunakan kombinasi Baby Spot, melainkan
menggunakan sekelompok lampu jenis lampu PAR yang memiliki reflektor dan warna
sama.