Anda di halaman 1dari 4

secara umum tugas sutradara dalam teater adalah :

1. Menyeleksi Naskah
Sebelum menentukan naskah mana yang akan digunakan dalam sebuah pementasan,
sutradara harus menyeleksi terlebih dahulu beberapa naskah yang menjadi acuan (baca
juga: tugas editor film). Dalam proses seleksi ini perlu dipertimbangkan tujuan dan sasaran
garapannya. Misalkan pemilihan naskah yang digunakan dengan tujuan pembinaan atau
pelatihan untuk mahasiswa seni; tentu akan berbeda dengan naskah yang digunakan dengan
tujuan pertunjukan komersial yang dilakukan oleh aktor teater.

2. Memilih Naskah
Setelah menyeleksi naskah-naskah yang sesuai dengan tujuan dan sasaran diadakannya
lakon teater, maka sutradara harus memilih salah satu naskah yang akan digunakan sebagai
acuan kreatifitas dalam pementasan teater. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan
sutradara yaitu:

 Pendekatan obsesional: dengan pendekatan ini, proses memilih didasarkan pada obsesi
yang ingin diekspresikan dalam diri sutradara (baca juga: etika komunikasi).
 Pendekatan acak: pendekatan ini digunakan ketika sutradara tidak memiliki keinginan
apapun. Pemilihan dilakukan secara objektif, berdasarkan ketertarikan sutradara serta
relevansinya dengan kehidupan nyata. Pada pendekatan seperti ini, sutradara sangat
bergantung pada intuisinya.

3. Mempelajari Naskah
Setelah memilih naskah drama yang akan di pentaskan, sutradara teater harus
mempelajari naskah yang telah dipilihnya tersebut. Mulai dari membaca dan mencoba
memahaminya. Untuk dapat memahami sebuah naskah, sutradara perlu memperhatikan latar
belakang budaya naskah tersebut (baca juga: teori komunikasi antar budaya). Selain itu perlu
dilakukan peninjauan tema, serta peninjauan dari segi sastra dan segi teater naskah tersebut.

4. Menafsirkan Naskah
Tak cukup hanya memahami sebuah naskah, sutradara teater juga harus mampu
memvisualisasikan naskah tersebut dalam bentuk adegan dan scene dalam pertunjukan teater.
Sebab pada hakikatnya, sebuah naskah drama belum dapat menjadi karya yang sempurna
sebelum dipentaskan. Dan adalah tugas seorang sutradara untuk menafsirkan naskah tersebut
kedalam bentuk seni pementasan (baca juga: sejarah perfilman indonesia).
5. Menentukan Nada Dasar
Penentuan nada dasar berkaitan dengan penentuan motif yang terkandung dalam
cerita dalam naskah serta pemberian cirri kejiwaan dalam perwujudannya. Beberapa hal yang
perlu dilakukan sutradara dalam menentukan nada dasar sebuah pementasan misalnya
menentukan dan menciptakan suasana tertentu secara khusus, memvisualisasikan lakon yang
sifatnya gembira menjadi sebuah banyolan atau humor, mengurangi bobot tragedy yang
dirasa berlebihan, dan memberikan prinsip dasar pada cerita (baca juga: strategi komunikasi
efektif).

6. Memilih dan menentukan Pemeran


Adalah tugas seorang sutradara untuk memutuskan sebuah penafsiran atas lakon, dan
tugas sutradara pula untuk memilih dan menentukan pemeran yang sesuai untuk
mewujudkan penafsirannya tersebut kedalam seni pentas. Dalam memilih pemeran, biasanya
dilakukan casting. Terdapat beberapa macam cara penentuan dalam casting yang dapat
digunakan oleh sitradara antara lain:

7. Menyusun Mise en Scene


Penyusunan Mise en scene atau penempatan panggung disini berkaitan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada daerah pemain. Misalnya ketika terjadi perpindahan
pemain atau juga perpindahan perlengkapan panggung (baca juga: jenis-jenis kamera video).

Pemberian mise en scene dapat dicapai dengan melakukan pengelompokan pemain,


pembagian tempat kedudukan pemain, variasi masuk dan keluar, variasi penempatan dekorasi
panggung, variasi posisi pemain, pemberian warna ataupun bentuk pakaian pemain dengan
ekspresi kontras, efek cahaya yang ditimbulkan, penguatan atau pelonggaran kedudukan
pemeran, keseimbangan komposisi pentas, dsb.

8. Menguatkan atau Melunakkan Scene


Sutradara perlu melakukan penguatan atau pelunakan pada sebuah scene atau adegan,
untuk menentukan penekanan terhadap adegan tertentu. Hal ini dilakukan menurut
pandangan sutradara sendiri, namun tanpa mengubah naskah drama yang digunakannya.
Penguatan dan pelunakan scene tersbut dapat dilakukan misalnya dengan dukungan efek
cahaya dan musik (baca juga: elemen elemen komunikasi).

9. Menciptakan Aspek-aspek Laku


Sutradara berkewajiban untuk membantu para pemain peran agar dapat menciptakan
laku simbolik, atau akting yang kreatif dalam memerankan tokoh (baca juga: teori interaksi
simbolik). Laku simbolik ini biasanya tidak tertulis dalam instruksi naskah, namun hal
tersebut dilakukan pemeran untuk memperkaya permainan. Dengan laku ini, kondisi batin
seorang pemeran dapat dengan jelas disampaikan kepada penonton.

10. Menjalin kerjasama dengan penata artistik


Seperti telah dijelaskan sebelumya, bahasa panggung, termasuk didalamnya tata
pentas merupakan tanggung jawab seorang sutradara. Oleh sebab itu, sutradara harus
menjalin kerja sama dengan penata artistic agar dapat menciptakan tata pentas yang sesuai
dengan konsep yang dibuat sutradara (baca juga: cara berkomunikasi dengan baik). Sehingga
tata pentas yang diciptakan sejalan dengan nada dasar yang ditafsirkan sutradara dari naskah
yang dipilhnya tersebut.

Tugas Lainnya (11-20)

Selain kesepuluh tugas sutradara dalam teater yang telah diatas, terdapat sepuluh tugas lain
yang pada umumnya juga dilakukan oleh seorang sutradara dalam teater. Tugas tersebut
adalah:

 Bekerjasama dengan stage manager: stage manager mencakup pemimpin pementasan,


koordinator pementasan, penata artistic, juga pemeran dalam pertunjukan.
 Menyatukan seluruh elemen kedalam pentas pertunjukan hingga tuntas.
 Menetapkan jadwal latihan, meliputi pembacaan naskah, akting, serta blocking (baca
juga: teori agenda setting).
 Melatih pemain (baca juga: teori dramaturgi).
 Memengaruhi jiwa pemain (baca juga: filsafat ilmu komunikasi).
 Koordinator: menentukan pemain, penata pentas, staff pendukung, seta jadwal latihan
dan pementasan.
 Organisator: memimpin, mengatur dan bekerjasama dengan seluruh pelaku dan
pendukung pertunjukkan.
 Konseptor: menafsirkan suatu naskah dan mewujudkan gagasan hasil penasirannya
tersebut kedalam sebuah pertunjukan teater
 Motor: penggerak, pemberi dorongan agar pementasan dapat dilakukan dan berjalan
dengan baik.
 Guru: mengajar, membimbing, dan melatih para pelaku pementasan agar dapat
mementaskan drama sesuai dengan konsep yang terlah dibuat.

TUGAS SEORANG AKTOR :

1. Memberikan kesan hidup pada karakter


2. memberikan sugesti positif kpada penonton
3. memberikan panutan sebagai karakter yg dianggap nyata

Apa tugas aktor? Tiap aktor/aktris dalam membawakan perannya harus mengetahui
motivasi perbuatannya yaitu segala sesuatu yang menimbulkan akibat dari perbuatan dan
tujuan dari perbuatannya. Perlu diperhatikan bagaimana cara-cara seorang aktor
“menyatukan” diri dengan pribadi tokoh yang hendak ia perankan. “Kondisi batin” yang
diciptakan inilah yang kemudian akan menghasilkan permainan yang kreatif, permainan yang
tidak lahir dari klise-klise tapi dari dorongan motivasi-motivasi yang hidup dan wajar. Dan
bagaimana seorang aktor dapat mengkomunikasikan “penghayatannya” ini pada penonton
melalui tubuh dan suaranya.

Akting adalah wilayah abstrak sekaligus konkret. Abstrak ketika instruksi pencariannya
disampaikan sutradara pada aktor. Kata dan kalimat sutradara selalu membutuhkan
kecerdasan dan daya imajinasi aktor untuk memahaminya. Konkret ketika instruksi tersebut
dilakukan melalui gerak-gerik tubuh. Pada saat tubuh bergerak dan vokal aktor membentuk
makna instruksi maka saat itulah akting menjadi dunia riil.

Pada prinsipnya aktor harus memiliki kondisi fisik yang prima, fleksibel, aktor harus
mampu mengobservasi kehidupan, aktor harus menguasai kekuatan psikisnya, aktor harus
mengetahui dan memahami tentang naskah lakon, aktor harus berkonsentrasi pada imajinasi,
suasana, dan intensitas panggung,dan aktor harus bersedia bekerja secara terus menerus serta
serius mendalami pelatihan demi kesempurnaan diri dan penampilan perannya. Stanislavsky
menitik beratkan pada masalah tubuh dan pikiran aktor, untuk mewadahi psikologis aktor dan
karakter naskah. Stanislavsky berpendapat bahwa otentisitas keaktoran terletak pada pada
kemampuannya secara sadar menciptakan kondisi (seandainya). Dalam pengandaian ini aktor
diharapkan mampu menjelajahi kondisi psikisnya secara mimetik. Hal ini merupakan
penjelajahan bawah sadar. Penjelajahan bawah sadar menjadi cara memahami bahasa subtext,
yaitu retorika non-verbal yang terbentuk melalui penampilan yang asli atau otentik. Subtext
dalam metode stanislavsky berbeda dengan pemahaman subtext yang biasa. Dalam metode
stanislavsky mampu menampilkan makna yang letaknya tesembunyi dalam komunikasi
panggung. Pencarian masa lalu yang dipertentangkan terus-menerus di atas panggung ketika
berhadapan dengan penonton adalah bentuk pertunjukan seorang aktor untuk mencipta dan
mencipta kembali perannya secara simultan.

Anda mungkin juga menyukai