Anda di halaman 1dari 72

Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B.

Soelarto sutradara 2017


A. Fatah Jaelani

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berkembangngya bentuk bentuk teater di Indonesia menjadi tolak ukur
kemajuan perteateran di indonesa berawal teater bermula dari cerita rakyat nusantara
dan kini bentuk teater adapun realis dan non realis. Dalam bentuknya teater realis
memiliki karakteristik yang tidak boleh di perindah atau diperburuk dari keadaan
yang sebenarnya, apabila pembaca atau penonton tidak menyetujui ungkapan itu
justru merekalah yang harus memperbaiki, visualisasi realism menolak gagasan
Theophile gautier tentang I’art pour karena visualisasi seharusnya digunakan untuk
menunjukan kepentingan masyarakat, (yudiaryani,panggung teater dunia), Teater
Realis sendiri ditentukan oleh sikap atau perlakuan manusia dalam menyikapi
kehidupannya secara langsung. Sebab teater realis adalah representasi kehidupan
sehari-hari, adapun bentuk dan perkembangan drama di Indonesia pada tahun 1920-an
hingga 1960-an masih berputar dalam pemberontakan dan revolusi Negara dan
member dampak pengaruh terhadap bentuk kesenian Indonesia seperti halnya pada
naska DOmba Domba Revolusi karya B. soelarto ini yang terpengaruh terhadap
revolusi yang terjadi pada masa tahun 1948-an dimana terjadi perguliran kabinat dari
Amir Syarifudin kepada Moch. Hatta, juga pulaterjadi pemberontakan besar besaran
PKI. Maka dari itu dalam naskah ini banyak terjadi konflik konflik kemerdekaan yang
di simbolkan dengan domba domba revolusi.
Penulis mencoba menemukan sebuah kesinambungan antara pengalaman
pengarang terhadap naskah dengan konflik social yang terjadi pada masa masa
revolusi Indonesia dengan yang pernah penulis gali tentang zaman kemerdekaan.
dengan melihat perkembangan karakter manusia sebagai penggerak serta pembawa
ide-ide perubahan dalam dunia teater pada jaman sekarang yang mulai mengurangi
nilai sosial atau kolektifitas. Naskah drama “Domba-Domba Revolusi “ merupakan
naskah kategori drama realis dimana kisah yang diangkat merupakan sebuah hasil dari
proses transformasi dari sebuah realita. Karena tidak selamanya kehidupan aktual
dapat diangkat keatas panggung. Secara tidak disadari, lewat sudut pandang tertentu
segala bahan dan interpretasi terhadap dunia luar harus diseleksi.

1
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Di dalam naskah drama “Domba-Domba Revolusi“ Karya Domba-Domba


Revolusi ini menarik untuk dianalisa dan dipentaskan dengan latar belakang
peperangan masa penjajahan dengan kisah yang diangkat bergenre melodrama

Beliau, penulis naskah “Domba-Domba Revolusi” ini menuangkan konflik


psikologi para tokoh yang sangat sentral mendominasi karakter masing masing,
dibalik itu pula ketertarikan terhadap Judul naskah “ DOMBA DOMBA REVOLUSI”
terselip kata ”REVOLUSI” yang membuat tertarik, Revolusi dapat dikatakan
memainkan peranan yang simbolik sebagai wadah beragam pandangan mengenai
masa lampau, masa kini, dan masa depan. walupun begitu revolusi Indonesia telah
mengalami pasang surut dalam pemaknaannya di dalam masyarakat kita namun pada
umumnya banyak persepsi bahwa revolusi adalah sebuah perjungan dan perubahan.

Dari sudut pandang kasus kriminalitas dan korupsi yang terdapat dalam
naskah, terlihat begitu kuatnya karakter tokoh yang ada dalam naskah ini d , maka
penulis merasa yakin untuk membawa naskah ini untuk mementaskannya guna
menyelesaikan Tugas Karya Akhir S-1 Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas Negeri Surabaya.

1.2. Fokus Karya


Sebagai seni yang bersifat kompleks, teater dapat membantu pemahaman kita
terhadap semesta dan dunia yang ditempati manusia sekarang ini. Teater
mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakat atau mampu menimbulkan dampak.
Teater adalah gerakan sosial dan dapat jadi merupakan profesi tertua sesudah
kekuasaan atau politik. Teater berpeluang membantu manusia memahami dunianya,
antara lain mencari arti atau makna kehidupan. Teater juga dapat membantu kita
membentuk persepsi ( bersumber dari emosi, imajinasi, dan intelek ). Untuk itu
penulis yang juga sebagai sutradara berusaha mengangkat kegelisahan – kegelisahan
dalam diri penuli, para tim kreatif termasuk juga para aktor kembali disadarkan
dalam mencari arti dan makna dalam kehidupan ini. Dengan kembali membuka
ingatan memori tentang sejarah yang dialami oleh tokoh-tokoh pergerakan
khususnya di era setelah Proklamasi dikumandangkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan digali,
dikaji dan kemudian disampaikan yaitu : Bagaimana Teknik Penyutradaraan Naskah
“domba domba revolusi“ Karya B. soelarto Sutradara Abdul fatah jaelani.

2
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

1.3. Tujuan
Ketika manusia diberi akal dan pikiran, dari setiap langkah yang akan
dilakukan selalu memiliki tujuan. Namun demi melangkah menuju apa yang menjadi
target tentunya tidak dalam keadaan mulus dan lancar, hambatan dan kendala di
setiap detail langkah. Penulis merasa yakin apabila kendala tersebut muncul dalam
setiap proses latihan hingga penggarapan dari masing-masing aspek yang
mendukung pementasan ini berlangsung. Tujuan penulis agar terlaksana dan
suksesnya pementasan ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Memberikan penawaran konsep, ide dan gagasan yang menurut penulis
membutuhkan penggarapan yang lebih detail.
1.3.2. Mengaplikasikan ilmu teknik penyutradaraan realis yang diperoleh selama
menempuh studi di jurusan Sendratasik, FBS UNESA.
1.3.3. Memberi informasi tentang sebuah potret sejarah bangsa Indonesia kepada
penonton pada umumnya melalui gelar karya.
1.3.4. Mereviuw dan mengaplikasikan pertunjukan Domba Domba Revolusi
dalam era tahun 1948

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
Menambah dan mengembangkan pengetahuan serta pengalaman yang
telah diperoleh dalam perkuliahan tentang teknik penyutradaraan realis.
1.4.2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi serta wawasan tentang teater realis. Termasuk di
dalamnya berapresiasi dalam sebuah pertunjukan teater.
1.4.3. Bagi Jurusan
Sebagai referensi kepustakaan jurusan tentang penyutradaraan teater
realis.

1.5 Tertarik pada aspek apa dalam naskah


Ketertarikan pada naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto
1.5.1 Karakter Tokoh

3
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Ketertarikan penulis pada naskah ini salah satunya terhadap


karakter tokoh yang dapat dikatakan tokoh tidak dapat lepas pada naskah
teater pada umumnya, tokoh merupakan penggerak cerita dengan berbagai
karakter dan sifat dari yang antagonis, tritagonis, protagonis dan lain
sebagainya.
Dalam naskah Domba- Domba Revolusi terdapat 6 tokoh yang
memiliki karakter berbeda, dari segi karakter tokoh ini penulis memiliki
ketertarikan, ketika dibaca sekilas beberapa karakter memang terlihat
biasa, namun ketika memasuki pemeranan karakter tokoh akan muncul
dimana terdapat, pemilik losmen, pedagang, petualang, politikus, penyair
dan serdadu, begitupun ketika dianalisis bukan hanya sebuah nama namun
dibalik nama nama yang karang oleh penulis B. Soelrto terlihat mengkritik
masalah masalah politikus di tahun 1948, dimana pada masa itu terdapat
kemerosotan ekonomi yang sangat dahsyat. Dan melalui tokoh tokoh ini
lah B. Soelarto mengapresiasikan karyanya, dibalik konflik permasalahan
antara pedagang, politikus dan petualang terdapat pula kisah melodrama
dimana, sang penyair memiliki rasa kasih sayang kepada pemilik losmen,
Sifat dan karakter per tokoh sudah terlihat jelas pada naskah,
namun terdapat pula beberapa kesulitan dimana bahasa yang dipakai oleh
para tokoh dalam naskah bisa dibilang sulit, dengan bahasa indonesia
baku dengan gaya panggilannya bung dan nona.

1.5.2 Isi Cerita Pada Naskah

Menariknya menurut penulis terhadap naskah ini adalah kisah


yang diangkat pengarang terhadap konflik sosial pada masa revolusi orde
lam, dimana banyak terselip kisah kisah cubitan terhadap tokoh tokoh
tertentung, dan menariknya pula hingga pada diedarkannya tahun 1962,
naskah ini di tahan oleh lekra/pki atas tersebarnya naskah ini, kisah cerita
tentang seorang pemilik losmen yang menampung beberapa tokoh
penting, yang dengan tidak memiliki hormat sama sekali terhadap pemilik
losmen.

4
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

1.5.3 Latar kondisi sosial pada naskah

Kondisi sosial naskah ini yang dapat dikatakan begitu mencekam,


terdapat beberapa bom jatuh yang sangat membuat penghuni losmen
ketakutan terlihat jelas pada kutipan dialog seorang politikus dan
pedagang yang takut terhadap suara ledakan.

1.6 Kandungan Obsesi apa pada naskah

Obsesi dari aspek tersebut antara lain


1.6.1. Ketertarikan

Pertama sekali ketika membaca naskah drama Domba-Domba


Revolusi ini memiliki nilai menarik yang dapat dikembangan dalam hal
pementasan baik jika dilihat dari bentuk pembawaan psikis aktor, juga
secara tema dapat dikerjakan semenarik mungkin yang tentu saja dengan
aktor yang siap dan mumpuni, walaupun secara bentuk pembawaan aktor
yang di haruskan memiliki bentuk tubuh yang berbeda-beda dan karakter
begitu pula sosiologi para aktor, hal itu tidak mengurangi ide kreatif yang
kan tergali dari Sutradara untuk membentuk aktor namun yang jelas kesan
pertama dalam naskah ini ada pada nilai sosial, Psiksis, tema dan bisa
diolah dalam pertunjukan

1.7 Kontribusi naskah pada masa kini

Kontribusi pada naskah ini adalah:


1.7.1 Informasi pada pengarang naskah

Secara tidak langsung seorang yang akan menggarap naskah jika


memberikan informasi kepada serorang pengarang naskah bisa dikatakan
itu adalah royalti yang diberikan oleh seorang sutradara kepada seorang
penulis naskah. Naskah ini adalah naskah yang di terbitkan pada tahun
1962 dan ditulis langsung pada tahun 1962. Domba-Domba Revolusi

5
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

memperoleh hadiah yang sama untuk tahun 1962. Melalui dramanya ini
B. Soelarto lebih terkenal karena pada awal dasawarsa 1960 itu dinilai
antirevolusi oleh kelompok Lekra sehingga karya tersebut dikritik habis-
habisan. Ketika diterbitkan dalam bentuk buku, drama tersebut direka
menjadi novel dengan judul Tanpa Nama (1963).

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan fakta Realisme


2.1.1 Konsep Realisme

6
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Realisme merupakan gerakan kebudayaan di Perancis yang hadir pada


pertengahan abad 19 sekitar tahun 1850-an dalam seni rupa dan sastra, yaitu
pada masa pemerintahan Napoleon Bonaparte. Revolusi Perancis merupakan
gerbang baru lahirnya masyarakat borjuasi individualistik, ketika manusia
masuk pada wilayah subjektifitas berfikir yang logis dan rasionil dalam
menyikapi persoalan yang terdapat di alam sekitarnya. Masyarakat baru ini
mengandalkan pada kualitas basis produksi industri dengan sistem yang
terorganisir ber kapitalisme yang meruntuhkan tatanan feodalisme dalam
kehidupan masyarakat lama. Sistem ini telah menyebabkan pola pikir
masyarakat berada pada situasi kesengsaraan dan ketidakadilan. Lahan-lahan
pertanian yang menjadi sumber ekonomi masyarakat feodal ketika itu dikuasai
oleh tuan tanah telah menjadi pabrik-pabrik milik pemodal. Sehingga,
peradaban Romantik abad ke 19 dalam dunia kesenian-pun telah dianti-tesakan
oleh barang baru yang disebut dengan realisme. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan memudarnya romantik, membuat realisme menjadi genre baru dalam
kesenian yang kemudian mampu eksis di Perancis, kemudian berkembang di
Inggris, dan Amerika Serikat di sekitar tahun 1840 hingga 1880. Penganut sastra
realisme dari Perancis meliputi nama Honore de Balzack dan Stendhal.
Sementara seniman realis yang terkenal adalah Gustave Courbet dan Jean
Francois Millet.
Kaum romantik melihat seni bukan sebagai alat pendidikan yang bersifat
tenang dan penuh kewibawaan, melainkan cetusan jiwa yang tidak terikat, bebas
berkumandang menuruti sukma. Seni bagi kaum romantik bertujuan untuk
mencurahkan isi hati. Suara hati adalah hal yang paling murni dalam diri
manusia. Paradigma bebas, baik, dan sama seperti ini bagi kaum realisme harus
dibuang jauh-jauh.
Kelahiran realisme didahului oleh perkembangan ilmu pengetahuan.
Para ilmuan barat beranggapan, bahwa jalan satu-satunya dalam lapangan ilmu
pengetahuan adalah melakukan penelitian observasi, eksperimenbtasi bukan
berfikir abstrak seperti kaum romantik Maka dengan proses keilmuan inilah,
kemiskinan, kejahatan, dan ketidakadilan dapat ditelaah secara nyata, logis,
rasional dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

7
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Terdapat dua orang pemikir yang melatarbelakangi munculnya realisme,


yaitu August Comte dan Charles Darwin. August Comte membagi tiga bentuk
sejarah yang dilalui oleh manusia, bentuk tersebut adalah
(1) tingkatan teologi, bahwa dalam mencari jawaban dan rahasia alam
semesta, maka pada proses ini manusia melaluinya dalam tahap animisme,
politeisme, dan monoteisme;
(2) tingkatan metafisika, pada tahap ini manusia menerangkan alam
dalam sudut pandang berfikir yang abstrak;
(3) tingkatan positif, merupakan tahap manusia dalam menyelami diri
sendiri dan memecahkan rahasia alam semesta dengan ilmu pengetahuan,
melakukan penilitian, menarik sebuah kesimpulan dengan teliti dan cermat
Dari tiga tesis yang dinyatakan oleh August Comte, lahirlah filsafat
positivisme yang beranggapan bahwa tidak ada yang benar-benar nyata atau
real, kecuali jika didapatkan melalui pengamatan yang teliti, karena hal itu
adalah sarana yang dapat memperbaiki kondisi sosial dari ketidak adilan,
kejahatan dan kemiskinan. Maka pada masa ini, seniman realisme menciptakan
karyanya dengan terlebih dahulu melakukan penelitian dalam bidang filsafat,
politik, agama, sosiologi, dan psikologi. Namun yang lebih utama dalam aliran
realisme ialah ilmu jiwa (psikologi).
Awal abad ke 19, perhatian utama dicurahkan pada studi biologi, yaitu studi
tentang bagaimana makhluk hidup bereaksi terhadap lingkungannya. Pada tahun
1859, studi biologi sampai pada puncaknya, yaitu ketika Charles Darwin
mempublikasikan bukunya yang berjudul The Origin Of The Species. Melalui
buku itu, Darwin mencetuskan teori, bahwa binatang tersusun dari bentuk yang
paling rendah yang dikenal dengan teori evolusi Darwin. Konsep Darwin ini
menyatakan bahwa manusia tidak berbeda dengan binatang dalam proses
adaptasinya dengan lingkungan yang disebut dengan proses seleksi alam dan
kebertahanan hidup ditentukan lewat pertarungan.
Dari dua orang pemikir ini muncul pemikiran tentang pentingnya ilmu
pengetahuan sebagai tolak ukur (parameter) dalam mencari, menelaah persoalan
yang terjadi dalam realitas kehidupan manusia, pandangan ini memunculkan
paradigma sebagai berikut:
(a) Keturunan dan lingkungan sangat menentukan eksistensi sesorang.
Dua faktor tersebut dapat menjelaskan perilaku dan watak

8
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

seseorang. Akibatnya, kejahatan seseorang tidak dapat ditimpakan


pada pribadi orang itu saja, tetapi juga masyarakat dan
lingkungannya. Memperbaiki seseorang berarti memperbaiki
lingkungannya juga
(b) Ajaran tentang evolusi dan Survival Of The Fittest menyerang
agama dan eksistensi Tuhan.
(c) Manusia ditempatkan sejajar dengan benda-benda alam lain karena
terikat oleh hukum-hukum alam. Manusia dapat dijadikan objek
studi

2.1.2 Pengertian dan Genre Realisme

Secara etimologis (asal usul kata/istilah), , realisme adalah aliran atau


ajaran yang selalu berpegang pada kenyataan. (Badudu dan Sutan Mohamad
Zein, 1994). Dapat diperhatikan berdasarkan pengertian itu, bahwa aliran ini
berusaha mengungkapkan persoalan realitas sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sementara Bakdi Soemanto (2000), menyatakan bahwa realisme senantiasa
bertujuan menyajikan seni dalam rangka menghadirkan tujuan-tujuan lain di
balik itu. Realisme dipahami sebagai jagad berfikir yang menghadirkan
wawasan dan persepsi. Lebih jauh lagi, realisme bahkan diperlukan sebagai
tujuan utama penciptaan dan sekaligus di dalamnya terdapat suatu konsep.
Konsep realisme panggung membutuhkan naskah lakon yang baik, juga aspek
visual panggung yang meliputi blocking, lighting, dan acting yang tertata rapi.
Dengan demikian, realisme menghadapkan budaya oral dengan budaya tulis,
budaya improvisasi dengan budaya yang dirancang rapi, budaya kolektif
(massal) dengan budaya individual yang otentik.
Hal di atas menunjukkan betapa pentingnya konsep realisme untuk
mendukung terciptanya tatanan panggung yang baik. Selain faktor naskah,
rupanya yang ikut membedakan teater tradisional (klasik) dan teater modern
adalah penerapan konsepsi realisme dalam suatu permainan. Artinya, kelompok
teater yang jauh dari konsepsi realisme akan lebih banyak mengandalkan insting
dan improvisasi daripada akting dan “kerangka situasi”. Bukankah kedua hal ini
yang membedakan khazanah teater tradisional (klasik) dan teater modern.

9
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Realisme bertujuan untuk menciptakan ilusi realitas. Ilusi realitas


diwujudkan dalam bentuk pemanggungan yang menggambarkan situasi
kehidupan manusia secara objektif tanpa ada proses distorsi di dalamnya.
Maka, untuk menuju pada proses ini, maka seorang seniman realis harus
melakukan observasi terhadap masyarakatpun secara objektif pula. Akibatnya
pentas adalah ruang dalam mengaplikasikan kondisi real secara detail dan
kongkrit. Realisme bukanlah menggarap lagi masa lalu tetapi adalah masyarakat
sekarang.
Yang muncul adalah persoalan dekaden yang menyinggung pada
persoalam moral umum. Maka muncullah suatu bentuk drama yang menjadi
identitas realisme yaitu Well Made Play (drama yang dibuat dengan baik).
Tokoh utama dalam drama ini adala Eugene Scribe (1791-1861) yang telah
menulis lebih dari 400 karya drama
.
Ciri-ciri dramatika well made play adalah :
(a) Penggambaran karakter dan situasi yang jelas,
(b) Perkembangan kejadian yang diatur dengan cermat,
(c) Penuh kejutan-kejutan yang logis,
(d) Penuh suspense dan ketegangan, dan
(e) Kesimpulan akhir yang masuk akal dan dapat dipercaya.

Pandangan seperti ini memunculkan batasan-batasan drama realisme


itu sendiri yaitu :

a. Drama yang tidak menghadirkan unsur visual secara artifisial tetapi logis
seperti kehadiran setting-dekorasi, properti, kostum, dialog tokoh dan
pergerakan aktor diatas panggung (movement).
b. Memilki konflik yang jelas.
c. Memilki jalinan peristiwa (alur) yang berakar pada unsur kausalitas (sebab
akibat).
d. Konvensi panggung yang terdiri dari konvensi yang dikenal empat dinding.
e. Memiliki dramatik yang jelas.
f. Dan memeliki identifikasi tokoh yang jelas.

10
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Sejarah kemunculan realisme yang pada awalnya berkembang di


Perancis, kemudian menyebar ke Eropa seperti di Inggris melalui tokoh-
tokohnya yaitu Arthur Wing Pinero (1855-1934), Henry Arthur Jones (1851-
1919), John Galsworthy (1867-1933) dan George Bernard Shaw, yang
mengagumi Dramawan Norwegia yaitu Henrik Ibsen (1828-1906). Di Rusia-
pun Drama realisme berkembang sesuai dengan kultur Rusia sendiri melalui
tokoh-tokoh Dramawan yang terkenal ketika itu yaitu Nikolai Gogol(1809-
1851), Alexander Ostrovsky (1823-1886), Ivan Torgenenev (1818-1883), Anton
P, Chekov dan Stanilavsky.
Persoalan point of view (sudut pandang penceritaan) dalam realisme
dapat di bagi dua yaitu komedi realis dan tragedi realis. Pembedaan seperti
dapat kita lihat dari dua orang tokoh dramawan realisme yaitu Henrik Ibsen
(mewakili tragedi realis) dan Anton P. Chekov (mewakili komedi realis). Ibsen
membuat gaya drama dan cara penulisannya sebagai cara untuk memperindah
dan menyempurnakan dramananya. Chekov menggunakan gaya impresionistik,
di mana tokoh berbicara sendiri tentang nasib buruknya dan ditingkah oleh
musik yang timbul tenggelam. Ibsen mengembangkan plot yang kuat
berdasarkan perkembangan psikospriritual tokoh utama. Chekov tidak
menghadirkan plot dengan kuat, hanya menonjolkan suasana haru, anggun dan
mempesona. Ibsen menjalin peristiwa yang rasional berdasarkan satu tema
tentang moral, Chekov menjalin peristiwa pada berbagai banyak persoalan
dialog yang sedikit tapi penuh lukisan suasana pada komedi situasi dalam
rangka menyentuh perasaan penonton.
Khairul Anwar (2004) menyatakan bahwa realisme dibagi dalam dua
kategori yaitu realisme murni (naturalisme dan impresionisme) dan realisme
epik. Naturalisme tumbuh menjadi sebuah gerakan kebudayaan yang aktif dan
ekstrim dari realisme, yaitu sebuah gerakan yang didasari atas filsafat
determinisme. Cara pandang determinisme adalah cara pandang yang
menjelaskan bahwa manusia tidak bebas memilih, tetapi ditentukan oleh alam
lingkungannya. Naturalisme sangat tertarik mengungkapkan aspek-aspek
pembawaan sifat binatang dalam diri manusia yang seringkali terungkap secara
brutal seperti kehidupan seks, kerakusan, ketamakan, kemiskinan dan kelaparan.
Naturalisme mempercayai bahwa satu-satunya cara untuk mengetahui
kebenaran adalah melalui penemuan ilmiah melalui lima panca indera manusia

11
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

(empirisme). Dalam drama atau novel naturalistik banyak para wanita lembut
yang melakukan skandal cinta. Dramawan atau sasterawan yang beraliran
naturalisme menampilkan karya-karya mereka atas dasar kenyataan adanya
naluri-naluri dasar yang berbahaya yang sedikitpun tidak diindahkan oleh
manusia.
Filsuf Sigmon Freud menegaskan, bahwa naluri dasar manusia
tersalurkan secara normal dan muncul secara tidak langsung dalam cara yang
terdistorsi dan merusak. Drama ini penuh dengan kebusukan manusia dan hal-
hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan. Panggung menggambarkan
kenyataaan yang sebenarnya yang mereka ambil dari kehidupan yang nyata.
Seperti pertunjukan Andre Antoine yang berjudul The Buchers (Tukang Jagal),
ia menghadirkan setting naturalis dengan cara pentas dipenuhi dengan daging-
daging sapi yang sebenarnya seperti toko daging para penjagal. Tokoh
naturalisme yang sangat penting adalah Emile Zola (1840-1902), ia
mengatakan: “ Bukan drama, tetapi kehidupan yang harus disajikan pada
penonton”
Tokoh-tokoh yang berpengaruh pada aliran naturalisme lainnya adalah
Maxim Gorky yang menulis drama naturalistik yang termasyhur berjudu The
Lower Depth (1902). Drama ini melukiskan tentang kemiskinan, kesengsaraan
dan mimpi-mimpi para tokohnya. Di dalamnya digambarkan situasi tokoh yang
dikuasai oleh sifat tamak dan bermoral bejat, yaitu tokoh-tokoh yang dianggap
sebagai sampah masyarakat yang hidup di gudang bawah tanah. Begitulah
dramawan naturalisme menciptakan shock dramawan zaman victorian. Mereka
telah mengejutkan para penonton awal abad dua puluh dengan persoalan-
persoalan yang aktual. Kalau dramawan zaman Victorian berkata: “Tunjukkan
pandanganmu kebintang-bintang!,” maka dramawan naturalisme yang sangat
memuja ilmu pengetahuan mengejek dan berkata:” lakukanlah itu! Pasti kau
akan jatuh ke parit”
Perbedaan bentuk rancangan artistik antara realisme dan naturalisme
adalah sebagai berikut: setting realis memilki detail manusia atau sesuatu yang
sebenarnya berada di latar depan, sedangkan efek yang muncul tidak
menghadirkan rasa tertentu (apa adanya). Sementara setting naturalis memiliki
beberapa detail dan nuansa rasa yang menunjukkan bahwa kejelasan setting
akan menguasai dan mendominasi karakter.

12
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Impresionisme sebagai varian dari realisme pada awalnya berkembang


pada disiplin seni musik dan seni lukis, kemudian diadopsi oleh drama atau
teater. Kalau naturalisme lebih menekankan pada unsur penonjolan konflik-
konflik yang kuat dan terasa jelas dipermukaan, maka impresionisme seolah-
olah menyimpan konflik tersebut lebih ke dalam.
Walaupun terdengar bisu, padahal sebenarnya karya impresionisme telah
mengupas dengan tajam persoalan-persoalan yang terjadi ditengah-tengah
masyarakat. Claude Monet mencari dan menemukan sentuhan impresionistik
dalam lukisannya yaitu sebuah katedral yang separuh hilang dalam kekaburan
pagi buta. Komponis Perancisterkemuka Claude Debussy terpesona pada laut,
awan, kabut dan hujan. Karena terpengaruh dengan dengan musik Timur ketika
ia pernah mendengar Orkestrasi Gamelan pada eksposisi Paris tahun 1889,
dalam karyanya ia mencoba menghilangkan tero,pet dan biola. Ia lebih tertarik
dalam melakukan eksperimentasi terhadap berbagai benda-benda untuk
menghasilkan berbagai macam suara dan nada. Sehingga instrumen-instrumen
yang dimainkan oleh Debussy telah memberikan (kesan) terhadap gejala alam
secara halus dan berkarakter melalui media alat musik yang dibuatnya sendiri
Tokoh penting realisme impresionisme dalam terater adalah Constatin
Stanilavsky (1890) di Moscow dengan kelompok teater yang dimilikinya yaitu
Moscow Art Theatre telah menelorkan metode pendekatan akting realisme
dengan judul The Method yang banyak dipengaruhi oleh metode pelatihan Saxe
Meiningen yang didasari pada teori “kesatuan dan kesadaran”. Constatin
Stanilavsky berusaha menemukan akting realis yang mampu meyakinkan
penonton bahwa apa yang dilakukan oleh aktor adalah akting yang sebenarnya
(tidak dibuat-buat). Terdapat enam prinsip dalam pelatihan aktor Stanilavsky
yaitu :
1. Aktor harus memiliki fisik prima, fleksibel dan vokal yang terlatih agar
dapat memainkan berbagai peran.
2. Aktor harus mampu dalam melakukan observasi kehidupan, sehingga ia
mampu menghidupkan akting melalui gestur, serta tidak mencipta vokal
yang artifisial.
3. Aktor harus mampu menguasai kekuatas psikisnya untuk memperkaya
imajinasinya. Kemampuan berimajinasi adalah kemampuan untuk
mengingat kembali, sense of memory.

13
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

4. Aktor harus mengetahui dan memahami naskah lakon (analisis teks)


5. Aktor harus berkonsentrasi pada imaji, suasana dan intensitas panggung.
6. Aktor harus bersedia bekerja secara terus menerus dan serius mendalami
pelatihan demi kesempurnaan diri dan penampilan perannya.
Dengan demikian metode akting yang dilakukan oleh Constatin
Stanilavsky. Metode ini merupakan sebuah pendekatan bagi para aktor dalam
melakukan penjelajahan imajinasi, pikiran dan tubuh dalam mencipta sebuah
akting yang inner act (akting dari dalam) sehingga aktor mampu menjadi (to be)
terhadap setiap karakter yang dipernkannya di atas panggung.
Selanjutnya kategori dari realisme tersebut adalah realisme epik.
Realisme epik juga disebut sebagai realisme naratif. Drama realisme epik sangat
berbeda dengan realisme yang berkembang pada tahun 1880 sampai dengan
1920-an. Banyak orang mengatakan bahwa drama atau teater realisme epik
merupakan antitesa dari realisme itu sendiri. Drama realisme epik berbeda
dengan ekspresionisme dan drama absurd yang hanya menyodorkan sepotong
dari semua fragmen gambaran kongkrit dari dunia nyata.
Realisme epik mencoba masuk pada wilayah yang lebih luas, tidak
hanya menekankan persoalan individu dalam masyarakat, tetapi juga persoalan
yang melatar belakangi di luarnya yaitu persoalan politik, sosial dan ekonomi.
Sehingga, realisme epik menghadirkan perspektif yang berbeda tentang
manusia. Dalam drama epik, yang menonjol adalah setting dekorasi panggung
yang dibuat ringkas atau simbolik, pemeran menggunakan topeng, nyanyian,
pemeran membacakan pidato langsung kepada penonton, teknik menggunakan
aside, teknik naratif, adanya pengumuman, penggunaan slide-projector, tabel,
bagan, peta, film, tablo, latar belakan formal Elizabethan, layar yang sederhana.
Setting di dalam teater epik dikenal dengan setting yang multiple, dalam
artian mempunyai banyak bagian yang hampir sama dengan penggunaan
Mansion yang meriah dalam teater abad pertengahan. Semangat bagi kalangan
realisme epik adalah bukanlah semangat romantik tetapi semangat untuk
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan fakta keilmuan.
Dalam drama realisme epik, film dipelajari. Pada awalnya memotong-
motong adegan dari serangkaian peristiwa masyarakat dalam berbagai latar
belakang cerita. Setelah itu teknik yang dikembangkan adalah teknik montage.
Dalam cara ini, imajinasi seolah ditumpuk-tumpuk pada layar yang terpisah-

14
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

pisah pada saat yang sama. Metode ini sangat berguna untuk perpindahan
waktu. Setting dalam realisme epik merupkan sebuah kombinasi setting yang
sederhana, properti yang mudah digerakkan, layar-layar, slide projektor dan
lain-lain. Tokoh dramawan realisme epik yaitu Paul Claudel (The Book of
Christoper Colombus), Clifford Odet (Waiting for Leftty), Thornton Wilder (The
Skin of Our Teeth-1942), dan Bertold Brecht (The Good Women of Setzuan).

15
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Harymawan (1993) menyatakan bahwa terdapat dua unsur penting dalam


realisme yaitu Realisme sosial dan realisme psikologi. Realisme sosial disebut
juga sebagai realisme murni atau naturalisme. Realisme sosial bernada optimistis
dan naturalisme bernada pesimistis.
Cara pandang realisme sosial adalah bagaimana melukiskan kehidupan
manusia secara materialistik, dialektika dan historis (MDH), yang berpijak pada
filsuf terkenal kelahiran jerman yaitu Karl Marx. Realisme sosial dalam teater
akan melahirkan kritik terhadap tatanan masyarakat yang hipokrit melalui sebuah
naskah maupun pertunjukan. Ciri-ciri Realisme sosial yaitu; Peran utama
biasanya rakyat jelata, petani, buruh, pelaut dan sebagainya. Aktingnya wajar
seperti yang dilihat dalam hidup sehari-hari, tidak patetis (khidmat).
Realisme psikologi dalam teater melahirkan situasi bathin manusia pada
sebuah kesadaran yang irrasional. Kesadaran irrasional ini hadir, ketika kenyataan
sosial telah kehilangan cara pandang yang objektif, manusia telah didominasi
oleh mesin industri maka ketakutan dan traumatik dalam diri manusia
mengakibatkan hilangnya sebuah kesadaran objektif. Ketakutan irrasional
manusia hadir di atas panggung dengan bentuk-bentuk isolasi/kesendirian,
pengdeganan kelompok yang bermakna dis-human, trauma konflik masa lalu, dan
kemonotonan.
Ciri-ciri Realisme Psikologi yaitu; Permainan ditekankan pada peristiwa-
peristiwa intern/unsur-unsur kejiwaan. Secara teknis segala perhatian diarahkan
pada akting yang wajar, intonasi yang tepat. Suasana digambarkan dengan
perlambang.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diperhatikan bahwa drama realime
adalah suatu pengkotakkan peristiwa yang dicapai dalam mendekati sosial
masyarakatnya. Ketika realisme itu berbicara tentang persoalan perselingkuhan,
konflik keluarga, cinta segi tiga, politik dan lain-lain, maka ia dikelompokkan
pada realisme sosial. Sementara, jika realisme berbicara tentang persoalan
dendam, traumatik, dekadensi moral tokoh utama, kelainan jiwa, stres dan lain-
lain maka ia dikelompokkan kepada persoalan realisme psikologi/ekspresionisme.
Secara keseluruhan dari pembahasan tentang realisme di atas, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa, penggambaran peristiwa dalam lakon (cerita)
realisme bukanlah pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan yang eksotik, tetapi
masalah-masalah biasa. Bukan mimpi-mimpi dan fantasi-fantasi, tetapi studi

16
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

ilmiah kehidupan yang aktual. Didasarkan pada observasi yang hati-hati terhadap
orang-orang biasa dan tempat-tempat yang riil.
Ciri-ciri pemanggungannya sendiri dibagi atas wilayah-wilayah yang
mempunyai nilai sendiri-sendiri di setiap wilayahnya. Seperti pentas dibagi ke
dalam sembilan wilayah. Dengan pembagian wilayah ini diharapkan para aktor
akan segera menganalisis arena permainan mereka. Naskah lakon realis haruslah
complete an self-contained, sebuah alur cerita yang padu, rangkaian peristiwa
yang disusun atas dasar sebab akibat. (Max Arifin-via Internet).

2.1.3 Menyutradarai naskah Realisme

Sebelum masuk pada tahap bagaimana menyutadarai sebuah naskah


drama realisme, terlebih dahulu seorang sutradara haruslah memahami (1) apa
itu realisme, (2) bagaimana sejarah realisme, (3) apa-apa saja genre dan ciri-ciri
dari drama realisme. Pertanyaan ini ditujukan untuk menyamakan persepsi dan
paradigma dalam mendekati sebuah naskah realisme yang akan dijadikan
sebagai media dan kendaraan penyutradaraan. Dalam penyutadaraan, seorang
sutradara harus melalui tahapan pemahaman baik secara Aksiologi,
epistimologi, ontologi, metodologi baru bisa menyusun kerangka metode
(sistematika kerja/langkah kerja) dalam membuat karya teater khususnya
menyutradarai naskah Drama Realisme. Terdapat sebelas (11) Metode
penyutradaraan realisme, yang dikembangkan dari empat proses perencaraan
panggung yang ditulis oleh Yudiaryani dalam buku Panggung Teater Dunia
yaitu perencanaan, pelatihan, pemanggungan dan pemberitaan
. Dalam hal ini, penulis meyusun dalam bentuk sistematika kerja
penyutaradaraan yaitu
(1) Visi Penyutradaraan,
(2) mencari naskah realisme,
(3) analisis naskah/analisis teks,
(4) pemilihan pemain (casting),
(5) pemaparan konsep garapan kepada pemain,
(6) latihan dasar pemeranan,
(7) membaca naskah (reading teks),

17
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

(8) latihan movement (pergerakan pemain) dan blocking (perpindahan


pemain dari tempat satu ke tempat yang lain),
(9) latihan dengan seluruh elemen pertunjukan (properti, sett, kostum,
musik dan pencahayaan),
(10) persiapan General rehesial/GR dan pertunjukan
(11) Catatan Proses (Promtbook) Pengertian visi menurut Burhani MS
dan Hasbi Lawrens (2006) adalah penglihatan, pandangan, khayal, dan impian.
Jadi visi penyutradaraan adalah impian tujuan atau cita-cita seorang sutradara
dalam melihat persoalan yang akan diaplikasikannya dalam sebuah kerja
penyutradaraan sehingga visi berimplikasi kepada ide dan gagasan yang akan
dituangkan ke atas panggung nantinya. Misalnya, tema kehidupan yang paling
hangat adalah tentang perselingkuhan, maka seorang sutradara akan menjadikan
persoalan perselingkuhan tersebut sebagai pokok pikiran dalam penciptaan
penyutradaraannya.
Naskah realisme tentu memuat berbagai macam persoalan sebagai tema
pokok yang ditulis oleh pengarangnya, dalam hal ini, seorang sutradara akan
mencari tema naskah yang konteks dengan visi penyutradaraan realismenya
misalnya tema perselingkuhan dan lain-lain.
Lalu setelah naskah tersebut sudah didapatkan, sutradara melakukan
analisis terhadap teks yang dibagi dalam dua proses pencatatan yaitu catatan
auditif dan catatan visual. Catatan auditif merupakan catatan yang berkaitan
dengan masalah bahasa (verbal) dengan melakukan analisis secara strukstur
naskah (latar waktu, latar tempat, alur/plot, penokohan/interaksi antar tokoh dan
tema naskah). Setelah melakukan analisis secara struktur naskah, seorang
sutradara kemudian dapat menentukan naskah tersebut dalam tiga aspek yaitu;
naskah asli, naskah terjemahan, atau naskah adaptasi. Selanjutnya sutradara
dapat memilih satu di antaranya.
Sementara catatan visual (desain visual), lebih diartikan sebagai
perencanaan visual yang ada dalam imajinasi sutadara, kemudian dituangkan
dalam kertas kerja penyutradaraan berupa sketsa kasar yang meliputi sketsa
setting, sketsa properti, sketsa movemen dan blocking pemain, sketsa
pencahayaan dan sketsa rias dan kostum.

18
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Setelah analisis naskah dilakukan sutradara kemudian melakukan proses


casting pemain (pemilihan pemain) berdasarkan kebutuhan naskah. Casting
dapat dilakukan dengan lima cara yaitu;
(1) Casting by Ability: yaitu casting yang didasari oleh
kecerdasan/kecakapan dalam memerankan tokoh penting/utama dalam naskah
(2) Casting to type: yaitu casting yang dilakukan oleh sutradara
berdasarkan kecocokan sisik pemain
(3) Antitype Casting: yaitu pemilihan yang bertentangan dengan watak
atau fisik pemain, dengan tujuan educational casting
(4) Casting to Emotional Temperament: yaitu casting yang didasari oleh
kecocokan Psikologi tokoh yang diobservasi dengan peran yang akan
dipegangnya (kesamaan emosi, temperamen, penyabar dan lain-lain).
(5) Therapeiutic-Casting : yaitu casting pemain yang dilakukan atas
dasar bertentangan dengan watak aslinya dengan tujuan untuk menyembuhkan
atau mengurangi ketidak-seimbangan jiwanya. (Harymawan, 1993:67)
Selanjutnya, setelah pemain sudah ditentukan, sutradara mengumpulkan
seluruh pemain, tim manejerial dan tim produksi untuk memaparkan tentang
konsep garapan dan kerja penyutradaraan kepada seluruh tim pendukung. Hal
ini merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh sutradara karena
menyangkut terciptanya kasamaan persepsi dan paradigma tentang konsep yang
ingin diwujudkan oleh sutradara
Setelah terciptanya kesamaan persepsi antara sutradara dan personil
pendukung karya, maka dibentuk jadwal latihan dan sistematika latihan.
Sebelum pemain masuk pada wilayah pembacaan naskah, seorang sutaradara
perlu menjabarkan tentang konsep pemeranan dan latihan pemeranan meliputi
latihan olah tubuh, latihan olah vokal dan latihan olah rasa. Latihan ini
merupakan latihan dasar bagi seorang aktor/pemeran sebelum masuk pada
naskah, sehingga dengan proses latihan ini, masing-masing aktor tidak lagi
memiliki kendala dalam mendekati naskah yang akan dimainkannya.
Membaca naskah (reading teks), merupakan tahap yang paling penting
dilakukan oleh para pemain dalam hal membangun irama dialog, membangun
interaksi tokoh oleh aktor, mencari suasana dalam dialog, menciptakan dramatik
dari dialog yang dilakukan, membangun causality (hubungan sebab akibat
lakon). Tentunya, seorang sutradara harus memperhatikan dan mencatat proses

19
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

reading ini, dan bagaimana menjelaskan kepada aktor tentang lima


wawasan/kecerdasan yang harus dimiliki oleh seorang aktor yaitu kecerdasan
verbal (kata, bahasa, kalimat, intonasi, diksi, artikulasi sehingga dialog yang
dihasilkan menjadi komunikatif), kecerdasan emosional/spiritual yang meliputi
kepekaan rendah (perasaan indra dan naluri) dan kepekaan tinggi (perasaan etis,
estetis, dan teologis), kecerdasan intelektual (teoritis/mencipta dan
praktis/melakukan dengan cerdas), dan kecerdasan sosial (kemampuan
observasi sebagai bahan apresiasi terhadap peran yang akan dimainkan). (Japi
Tambajong, 1981:108).
Setelah tahapan membaca naskah (reading teks) dilalui, sutradara
melakukan tahapan proses selanjutnya yaitu pergerakan pemain (movement
artist) dan perpindahan pemain (blocking artist). Blocking dapat hadir
berdasarkan movement Apabila movement tidak ada maka blocking otomatis
tidak akan tercipta. Karena, setiap blocking yang dilakukan oleh aktor/pemain
didasari pada satu movement yang memiliki sebuah alasan bertindak (action)
yang disebut motivasi. Motivasi inilah yang menjadi patokan dalam setiap
movement dan blocking yang dilakukan aleh aktor di atas pentas. Latihan
dengan seluruh elemen pertunjukan (properti, set, kostum, musik dan
pencahayaan) dapat dilakukan apabila seluruh personil aktor dan tim artistik
sudah mempersiapkan segala kebutuhan yang diinginkan oleh sutradara. Latihan
ini bertujuan untuk menggabungkan seluruh elemen spektakel panggung untuk
menghasilkan hasil karya penyutradaraan dengan baik dan sempurna (perfect).
Latihan ini mencoba untuk menyamakan cara pandang sutradara, aktor
dan tim artistik dalam hal membangun kesamaan auditif dan visual yang sudah
dirancang oleh sutradara pada pra-produksi, menyangkut persoalan warna
kostum, warna seting panggung, warna pencahayaan, kesiapan properti pemain
dan penyatuan irama ilustrasi dan efek musik dengan emosi pemain.
Catatan Proses/Kertas kerja penyutradaraan (Promtbook), adalah
dokumentasi tertulis berupa sketsa dan catatan perkembangan latihan yang akan
dijadikan sebagai arsip penting oleh sutradara untuk karya selanjutnya
Proses penyutradaraan naskah drama realisme tidaklah begitu sulit, kalau
kita benar-benar sudah bisa memahami bagaimana dan seperti apa sistematika
kerja yang harus kita lakukan dalam mendekati kerja penyutradaraan tersebut.
Sebagai kalangan intelektual dan praktisi yang bergerak dalam seni teater,

20
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

tentunya kita memiliki dasar dan metode masing-masing dalam mendekati


sebuah kerja penyutradaraan naskah drama realisme ini. Bagi penulis, ini
bukanlah suatu metode yang baku yang harus diterima dan dilakukan dengan
mentah-mentah, tetapi ini adalah salah satu dari sekian banyak metode dalam
mendekati kerja penyutradaraan drama realisme. Di sini, Penulis hanya
membuat suatu tesa yang kemudian dapat dijadikan sebagai antitesa untuk
mencapai sebuah sintesa yang diinginkan. ini hanyalah panduan dasar bagi
mahasiswa teater dan seniman yang berprofesi dalam bidang teater.
Ilmu pengetahuan selalu bergerak maju dalam ruang dan waktu. Tidak
ada yang kekal dalam dunia ilmu pengetahuan itu sendiri kecuali perubahan.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat dijadikan suatu referensi, bahkan polemik
untuk kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.

2.1.4 Realisme dalam naskah

Naskah Domba domba revolusi adalah naskah yang termasuk dalam


genre realisme psikologis. Realisme psikologis adalah bagaimana melukiskan
kehidupan manusia secara psikis yang di jadikan sebagai pandangan dalam
sebuah perjalanan hidupnya, disini realisme psikologis yang di spesifikan
terhadap sebuah konflik sosial, Realisme psikologis dalam teater akan
melahirkan pergolakan psikis antar tokoh melalui sebuah naskah maupun
pertunjukan. Ciri-ciri Realisme psikologis yaitu;
1. Lebih menonjolkan aspek kejiwaan tokoh

2. Settingnya wajar dengan intonasi yang tepat

3. Suasana ditampilkan secara simbolis untuk mendukung aspek


psikologis peran/ tokoh

4. Sutradara lebih mementingkan pembinaan konflik kejiwaan peran/


tokoh dari pada konflik yang bersifat fisik

2.1.5 Metode Penyutradaraan Suyatna Anirun


Metode penyutradaraan yang di gunakan adalaah dengan menggunakan
metode dari Suyatna Anirun. Yang melalui bukunya dalam (Suyatna. Menjadi

21
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Sutradara:58 -80) disini di awali daro proses pra produksi hingga produksi.
Tahapan awal Mulai dari Analisis isi tematik, Anallisis sosok peran, Analisis
Struktur Cerita pada proses bedah naskah, Dalam proses ini Sutradara
melakukan tahapan awal tersebut di mulai saat Mata kuliah analisis naskah.
Tahapan selanjutnya adalah analisis Teknis yakni sutradara membagi beberapa
babak dengan adegaan di dalamnya dan mencatatya untuk di jadikan pegangan.

Selanjutnya sutradaraa mengumpulkan elemen pra produksi yakni :


1. Aktor

2. Stage Man

3. Artistik

4. Lighting

5. Pemusik

6. Penata make Up dan kostum

7. Hand Properti

Setelah para elemen berkumpul sutradara membuat Schedulle yang


meliputi schedull latihan dan schedule untuk target selanjutnya .
Selama ini beberapa elemen yang sudah berjalan adalah Artistik,
Lighting yang datang pada saat latihan untuk mengetahui suasana yang di
inginkan sutradara, Pemusik yang melakukan pencarian pada proses garapan
dengan deadline yang di berikan.

Hal yang di lakukan yang sesuai dengan metode dari Suyatna Anitrun :
1. Mengkajji Sumber
Dalam hal ini suuttradara mencobaa mengkaji sumber dari beberapa
referensi entah it youtube, Buku, dan pengadaptasi naskah sendiri. Menuurut
suyatna anirun, Penulis naskah drama modern di Indonesia sudahh mulai
berfikir bebas dan tidak terikat dengan pengalaman batin penulis, sehingga apa
yang di tulis atau di adaptasi oleh ciitra pratiwi ini di temukan tambaahan-
tambahan yang tidak sesuai dengan orisinalitas naskah

22
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

2. Pemain sebagai kekuatan yang menghidupkan

Dalaam hal pemeranan ini, Sutradara menggunakan teori keaktoran dari


WS Rendra pada proses pelatihan aktor. Karena aktor disini menyampaikan
pesan yang di bawa oleh sutradara, Dalam hal ini pelatihan dari sutradara
kepada aktor adalah bagaimana aktor mampu menceritakan kepada sutradara
perihal isi darri naskah, di sampaikan adegan per adegan.
3. Penampilan Fisik

Penampilan fisik yang di bawakan seorang aktor sangat berpengaruh


kepada kesan yang di tampilkannya. Seperti halnya bagaimana seorang tom
mampu membawakan tubuhnya benar-benar menyerupai seorang peabuk tanpa
dii buat-buat, Elisa sebagai penyandang cacat yang benar-benar meemiliki kaki
yyang cacat
4. Penampilan emosi dan intelegensi

Sikap, Gesture dan respon dari seorang tokoh harus memiliki takaran
tertentu sesuai dengan takaran emosi. Respon seorang aktor membutuhkan
intelegensi yang kuat dalam menempatkan timing dialog. Dalam hal ini
sutradara memberikan bentuk pelatihan dengan melakukan dialog terserah
namun tetap mengarah pada inti cerita untuk dapat mereeka gunakan sebagai
bahan improvisasi pada saat di atas panggung
5. Penggunaan Unsur Ruang

Ruang tempat pertunjukan berlangsung adala suatuu hal dimana itu


adalah hal yang terbatas dan mampu memberikan banyak kemungkinan.
Pemain dengan Latihan teknik menurut Suyatna Anirun :
1. Teknik muncul

2. Teknik memberi Isi

3. Teknik Pengembangan

4. Teknik membangun klimaks

5. Tempo Dramatik

23
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

BAB III
ANALISIS NASKAH DAN INTERPRETASI SUTRADARA

3.1 Sinopsis
Secara singkat, Naskah “Domba-domba revolusi” ini bercerita tentang salah
satu tokohnya yang digambarkan sebagai manusia paling berani, suci, dan paling
benar dengan semangat juang yang tinggi seolah olah ia adalah lambang dari revolusi
itu sendiri, ia pemuda(penyair) yang senantiasa berjuang demi bangsa yang merdeka,

Penyair : Semua lelaki yang masih mampu, sekarang dimobilisir untuk ikut
aktif membantu pertahanan kita dengan segala cara. segala senjata yang ada. termasuk
aku dan bapak bapak. perjuangan tidak mengenal kata menyerah! tidak mengenal
kompromi! tapi bapak sebagai seorang pemimpin rakyat, kini malah mau menyerah
malah mau kompromi. Bagaimana! (Sularto, 76 – 79 : 2008)

pemuda adalah ujung tombak dari sebuah perjuangan dengan semangat yang
mengebu gebu mengalir dalam darah mereka yang mengalir begitu deras. itulah yang
ingin digambarkan sularto ia melihat pemuda (penyair) adalah sosok idealis bagi
terciptanya revolusi. namun pemuda (penyair) juga adalah manusia biasa yang tak
pernah lepas dari kisah romantika, ia dikisahkan mempunyai perhatian khusus pada
sang pemilik losmen yang tak lain adalah ibu tirinya sendiri. berikut dialog singkatnya,

perempuan : Mengapa?, mengapa bung begitu menaruh perhatian.

penyair : Sebab, Saudari juga menaruh perhatian padaku (Sularto, 87 –


88 : 2008).

pada akhirnya seorang pejuang revolusioner sejati yang pantas kita anugerahi
sebagai patriot patriot bangsa yang kelak akannditoreh oleh tinta sejarah dan akan
selalu dikenang oleh para generasi baru, begitu pun dengan para pecundang, penggila
harta, dan para pemimpin yang takut dan tunduk pada tentara musuh akan dikenang
dengan sebagai pengkhianat revolusi dan benalu revolusi ! dengan keadaan dan
kondisi seperti itulah Sularto ingin menyampaikan sebuah arti perjuang yang
sebenarnya.

Synopsis pertunjukan.

24
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

“Jangan kira aku yang secara kebetulan membunuh seorang pengkhianat dan
serdadu musuh lalu aku di anggap sebagai seoang pahlawan, tuhaaaaan ampuni arwah
rawah orang yang kubunuh dan yang akan membunuhku, ampunilah arwah domba-
domba revolusi.”

3.2 Tema

Dapat dikatakan bahwa setiap cerita pasti memiliki tema. Dalam pengertiannya
yang paling sederhana, tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita
(Sayuti, 2000: 187). Menurut Robert Stanton (1965: 4) tema yang juga disebut ide
pusat merupakan sebuah arti pusat yang terdapat dalam cerita. Dikatakan Stanton lebih
jauh bahwa tema cerita memiliki nilai khusus dan umum, seperti halnya arti pusat
pengalaman manusia. Tema memberikan kekuatan dan kesatuan kepada
peristiwa-peristiwa yang diterangkan dan menceritakan sesuatu kepada
seseorang tentang kehidupan pada umumnya. Pada umumnya tema dikemukakan
secara implisit oleh pengarang. Pengarang memasukkan tema itu secara bersamasama
dengan kenyataan-kenyataan dan kejadian-kejadian dalam cerita. Pengarang tidak
mungkin menghadirkan tema secara terpisah dengan peristiwa-peristiwa, sebab ia
harus mencampurkan fakta dan tema menjadi sebuah pengalaman yang utuh. Dengan
demikian, tema merupakan suatu unsur yang berfungsi sebagai pemersatu elemen-
elemen cerita yang lain. Berdasarkan beberapa pokok pikiran di atas dapat diambil
kejelasan bahwa tema adalah dasar cerita yang menjadi ide pusat dari suatu cerita.
Naskah Domba- domba revolusi ini memiliki tema yang sangat luas, tapi dapat di
kerucutkan lagi naskah yang dikarang oleh B. Soelarto bertema “pemuasan hawa nafsu
untuk memenuhi ambisi pribadi di balik peristiwa revolusi”

3.3 Alur/ Plot

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah


cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara
kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau yang
menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang tidak dapat diabaikan karena akan
berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2007:26).

25
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain,


alur dapat membuktikan dirinya sendri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam
sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya
pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan
kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen-elemen lain, alur
alur memiliki hukum-hukum sendir; alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah,
dan akhir yang nyata, meyakinan dan logis, dapat menciptakan bermacam-macam
kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton,
2007:28).

Dua elemen dasar yang membangun alur adalah ‟konflik‟ dan ‟klimaks‟.
Konflik utama selalu bersifat fundamental, membenturkan ‟sifat-sifat‟ dan ‟kekuatan-
kekuatan‟ tertentu. (Stanton, 2007:32).

Menurut Soediro Satoto, 1996: 28-29 sorot balik (flashback), yaitu urutan
tahapannya dibalik seperti halnya regresif. Teknik flashback jelas mengubah teknik
pengaluran dari yang progresif ke regresif. Berbeda dengan teknik tarik balik
(backtracking), jenis pengalurannya tetap progresif, hanya saja pada tahap-tahap
tertentu, peristiwanya ditarik ke belakang. Jadi yang ditarik kebelakang hanya
peristiwanya (mengenang peristiwa yang lalu) tetapi alurnya tetap alur maju atau
progresif.

Dalam drama “Domba-domba Revolusi” karya B. Soelarto ini alur yang


digunakan adalah alur maju. Cerita berjalan sesuai dengan langkah-langkhanya.
Dumulai dari perkenalan, konflik awal, puncak konflik, klimaks, dan penyelesaian.
Perkenalan dimulia ketika Perempuan (pemilik) losmen kedatangan tamu-tamu dari
luar (penyair, pedagang, petualang, dan politikus). Kemudian terjadi konflik awal
antara masing-masing tokoh yang memiliki karakter berbeda. Puncak konflik terjadi
saat Perempuan mencoba memberikan tanda pada penyair yang menutarakan rasa
cintanya. Berlajut dengan kedatangan kembali petualang setelah berhasil
menyingkirkan kuedua rekan komplotannya (pedangang dan politisi). Klimaks nya
ketika petualang juga mencoba menipu perempuan, seperti yang ia lakukakan pada
kedua teman komlotannya. Terakhir, penyelesaian pada darama ini ketika si
perempuan membunuh serdadu dan mencoba membunuh petualang yang dianggapnya
sebagai pengkhianat bangsa. Alur maju memang sangat cocok digunakan pada drama
yang bergenre semiaction ini. Alur maju mempermudah penonton untuk memahami

26
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

dan menarik amanat pada drama ini. Secara tekstual, alur maju juga mempermudah
pembaca untuk memberikan interpretasi terhadap teks yang dikajinya.

a. Pengenalan
pengenalan para tokoh (terutama tokoh utama), latar pentas, dan pengungkapan
masalah yang akan dihadapi penonton.

“Di suatu pagi, sekira jam delapan tiga puluh menit,


si Penyair sudah tiba kembali di Losmen setelah
keluar untuk mencari berita tentang keadaan di luar
sejak pagi-pagi.
Dia mengambil tempat duduk seenakknya
di ruang tamu Losmen yang terletak di bagian depan.
Tatkala dia sedang enak mencari nada-nada
dan lirik syaire lagunya,
Muncullah si Pemilik Losmen dari pintu luar
dalam dia yang dibalas senyum oleh Penyair.
Dengan senyum sejuk serta anggukan kepala
sambil menerima hidangannya.”

b.Pertikaian
penggalan teks drama berikut ini!
“PEDAGANG : Astaga. . . . Aku menemukan sesuatu. . . .
(dengan nafas terengah-engah)

PEREMPUAN : Ada apa ? Pertanda bahayakah. . .??

PENYAIR : Ada yang mengikutimu ? (Sambil memeriksa keadaan luar)”

Pada kutipan di atas terlihat bahwa pedagang sudah mulai masuk ke dalam
tahap pertikaian atau konflik. Penggambaran masalah sudah semakin jelas bahwa ada
bahaya yang menghampiri mereka.

27
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

c. Puncak

Pada tahap ini pelaku mulai terlibat dalam masalah-masalah pokok dan keadaan dibina
untuk menjadi lebih rumit lagi. Keadaan yang mulai rumit ini, berkembang hingga
menjadi krisis.
petikan naskah berikut ini!

“PENYAIR : Jarak tentara dekat sekali dengan kita, kita ada dalam
bahaya, sekalipun mereka membela kita ! tapi kita ingin
terbebas darinya bukan .. . . ? Tapi. . Tak mungkin rasanya.

PEREMPUAN : Jadi maksudmu ?

PEDAGANG : Kita. . . .

PEREMPUAN : Kita ikut didalamnya. Dalam mempertahankan


kota Tengah?

PEDAGANG : Begitu maksudmu . . . ??

PENYAIR : Ya. . . Tepat sekali, tak ada jalan lain, setidaknya kita dapat
dipercaya.”

Pada cuplikan naskah tersebut dapat dilihat bahwa puncak masalah itu adalah
terjebaknya mereka hingga harus mencari cara atau jalan keluar untuk dapat selamat.

d. Penyelesaian
penyelesaian pada naskah ini di gambarkan dengan cerita yang di akhiri
dengan pembunuhan serdadu dan petualang oleh seorang perempuan tersebut namun
cerita berakhir dengan adanya gedoran pintu dari bala bantuan srdadu, masih belum di
ketahui sosok perempuan ini di bawa oleh para serdadu ini ataukah di tembak mati.
Tapi yang jelas sosok perempuan ini sangat berpengaruh terhadap naskah ini

28
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

“Suara Bom, tembakan, derap langkah Tentara membuka pintu Losmen


terbuka dengan kerasnya. . .”

Pada tahap penyelesaian drama ini dapat dilihat bahwa drama ini berakhir
dengan tanda tanya karena permasalahan itu di akhiri dengan suara bom dan tembakan
tanpa diketahui bagaimana nyawa mereka.

3.4 Penokohan

Penokohan atau penetapan karakter seseorang sebagai sosok berpengaruh


sangatlah mewakili keberagaman masyarakat dalam sebuah perubahan sosial.Tak bisa
dimungkiri, dalam sejarah dunia, perubahan sosial di masyarakat kerap dilakukan
seorang tokoh yang dianggap berpengaruh, karismatis,jenius,atau berpandangan
politik yang mampu memengaruhi publik.

perempuan
Tokoh Perempuan mewakili karakter pejuang perempuan. Dalam drama
ini, perempuan memiliki sifat yang begitu keras dan tidak akut terhadap ancaman
dari laki-laki.

penyair
Sosok yang digambarkan sebagai manusia yang tidak jelas dari
penampilnnya namun,penampilanya itu bertolak belakang dengan
sikapnyadibandingkan tokoh lain yang digambarkan dengan penampilan
nasionalis. Ia membawa sebuah paradigma baru bahwa tidak selamanya sesuatu
yang di luarnya jelek itu, mewakili isi dalamnya buktinya penyair yang di luarnya
jelek, namun di dalam hatinya begitu mulia dan sangat nasionalis.

petualang
Dalam naskah ini, sosok antagonis sangat tepat disarangkan pada tokoh
ini. Kelicikanya terhadap ucapan yang di lontarkan pada semua orang
.
pedagang

29
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

tokoh ini memiliki peran yang sama dengan politikus keduanya sama-
sama menjadi “tameng” untuk melancarkan niat busuk Petualang. Dan
akhirnya, kedua tokoh ini harus meninggal karena kebodohannya

politikus
tokoh ini memiliki peran yang sama pedagang keduanya sama-sama
menjadi “tameng” untuk melancarkan niat busuk Petualang. Dan akhirnya,
kedua tokoh ini harus meninggal karena kebodohannya.
serdadu
Tokoh yang merupakan tokoh pelangkap ini perannya kurang terlihat
pada naskah ini fungsinya lebih menjurus untuk mewakili sikap bangsa penjajah
yang suka “menikmati” perempuan Indonesia.

SUDUT PANDANG TOKOH

30
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Penyair
Sosok yang digambarkan sebagai manusia yang
tidak jelas dari penampilnnya
namun,penampilanya itu bertolak belakang
dengan sikapnyadibandingkan tokoh lain yang
digambarkan dengan penampilan nasionalis. Ia
membawa sebuah paradigma baru bahwa tidak
selamanya sesuatu yang di luarnya jelek itu,
mewakili isi dalamnya buktinya penyair yang di
luarnya jelek, namun di dalam hatinya begitu
mulia dan sangat nasionalis.
Serdadu
Petualang
Tokoh yang merupakan tokoh pelangkap ini
Dalam naskah ini, sosok antagonis sangat
perannya kurang terlihat pada naskah ini
tepat disarangkan pada tokoh ini.
fungsinya lebih menjurus untuk mewakili
Kelicikanya terhadap ucapan yang di
sikap bangsa penjajah yang suka
lontarkan pada semua orang
“menikmati” perempuan Indonesia.

Perempuan pemilik losmen


Tokoh Perempuan mewakili karakter
pejuang perempuan. Dalam drama
ini, perempuan memiliki sifat yang
begitu keras dan tidak akut terhadap
ancaman dari laki-laki.
Politikus Pedagang
tokoh ini memiliki peran yang sama tokoh ini memiliki peran yang sama dengan
pedagang keduanya sama-sama menjadi politikus keduanya sama-sama menjadi
“tameng” untuk melancarkan niat busuk “tameng” untuk melancarkan niat busuk
Petualang. Dan akhirnya, kedua tokoh ini Petualang. Dan akhirnya, kedua tokoh ini
harus meninggal karena kebodohannya. harus meninggal karena kebodohannya.

3.5 Latar / Setting

Pemaparan latar belakang sosial budaya sekitar 1948 itu disesuaikan dengan
latar waktu DDR yang kisahnya terjadi tahun 1948. Oleh sebab kondisi sosial budaya
masyarakat Indoensia kurun waktu 1948 merupakan suatu kondisi yang cukup luas
dan kompleks, maka yang akan digunakan sebagai dasar pemahaman tema DDR akan
dibatasi pada unsur-unsur tertentu. Unsurunsur yang dimaksudkan mencakup kondisi
sosial, kondisi politik dan aspek-aspek penyimpangan politik yang terjadi pada

31
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

masa tersebut. Selain itu, cakupan ketiga unsur di atas dibatasi pada
keterkaitannya dengan tempat yang menjadi sentral jalannya revolusi, yakni daerah
Yogyakarta dan sekitarnya.
Latar tempat : di losmen wilayah jawa tengah area Jogjakarta. Di tengah
peperangan

3.6 Tentang naskah

Naskah ini mencerminkan masalah sosial yang menjangkiti tokoh-tokoh yang


terlibat peristiwa revolusi. Penggambaran latar revolusi dalam cerita ini lebih
dimaksudkan untuk mempertajam permasalahan yang dipaparkan pengarang. Karena
itu tingkah laku manusia dalam cerita ini kebanyakan menjurus pada pemuasan hawa
nafsu untuk memenuhi ambisi pribadi di balik peristiwa revolusi. Keadaan masyarakat
yang dilukiskan B. Soelarto dalam lakon ini menunjukkan situasi yang tidak menentu.
Hal ini karena kondisi politik, sosial yang tidak menentu akibat revolusi dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada satu sisi ada yang dengan ikhlas
berjuang demi kepentingan rakyat banyak. Namun demikian tidak kurang pula yang
ingin mencari keuntungan pribadi di balik revolusi. Kedua jenis sikap dalam
menghadapi revolusi tersebut tercermin dalam tokoh- tokoh DDR. Tempat kejadian
peristiwa lakon ini terjadi di losmen milik seorang Perempuan muda yang berstatus
sebagai janda. Losmen merupakan tempat datang dan pergi manusia yang akan
singgah maupun usai beristirahat dari perjalanan panjang. Pertemuan antar manusia
yang berlainan latar belakang dan karakter pun terjadi secara kebetulan. Begitu pula
pertemuan tokoh Penyair, Petualang, Politikus dan Pedagang dengan Perempuan
pemiilik losmen. Mereka bertemu secara kebetulan di sebuah losmen milik seorang
janda muda di kota Tengah. Sekalipun demikian, bukan
berarti kepentingan mereka semua berkaitan dengan perjuangan di kancah
revolusi. Dalam berjuang ada yang ingin membaktikan jiwa raganya untuk revolusi.
Hal ini tercermin pada diri tujuh seniman dan Perempuan. Namun demikian tidak
kurang pula yang berjuang untuk mencari keuntungan pribadi sebagaimana tercermin
pada tokoh Petualang, Pedagang dan Politikus. Seandainya ketiga tokoh ini secara
material terlibat dalam perjuangan, tapi hal itu hanya sebagai alat untuk menutupi
maksud jahatnya.

32
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

3.6.1 Tentang Pengarang

Pengarang B. Soelarto, seorang pengarang, lahir di Purworejo 11


September 1936. Ayahnya bernama R. Soekiter dan ibunya R.A. Mariah. Dia
menikah dengan Siti Hartati dan memperoleh tiga orang anak, yakni Dyah
Sutiarti Soelarto, Muhammad Cahyahadi Soelarto, dan Dyah Lias Nuraini
Soelarto. Dia meninggal di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1992. Pendidikan
yang ditempuhnya adalah SMP tamat tahun 1954, kemudian melanjutkan ke
SMA-A (Sastra) dan tamat tahun 1957. Selepas itu, ia mengikuti Kursus B-1
Sejarah Tingkat III, tetapi tidak memperoleh ijazah. Pada tahun 1960 ia
mengikuti kursus D2/I dalam bidang yang sama sampai memperoleh ijazah.
Pada tahun 1957 ia menjadi pegawai Inspeksi Daerah Kebudayan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Jawa Tengah, di Semarang. Ketika
bekerja di Semarang, ia terlibat dalam berbagai kegiatan kesenian, antara lain
pentas seni drama dan ikut mendirikan organisasi pencinta seni dan sastra Gaya
Dinamika, Semarang. Selanjutnya, ia bekerja di Lembaga Musikologi dan
Koreografi (LMK), Yoyakarta sejak tanggal 1 Februari 1960. Ketika LMK
lebur, ia pindah ke Balai Penelitian Sejarah dan Budaya tahun 1979. Pada 1981
nama kantor tersebut diganti menjadi Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional, Yogyakarta. Tanggal 1 Juni 1988 ia memasuki masa pensiun
dengan pangkat terakhir III/B. Kegiatannya dalam sastra diiawalinya dengan
menjadi redaktur kebudayaan harian Tanah Air dan Daulat Rakjat yang terbit di
Semarang tahun 1955—1956. Sejak tahun itulah ia banyak menulis cerpen,
novel, dan drama. Karyanya, terutama cerpen, tersebar dalam Siasat, Mimbar

33
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Indonesia, Budaja, Cerita, Sastra, Minggu Pagi, Star Weekly,Sinar Harapan, dan
Horison. Cerpen itu dikumpulkan dalam antologi berjudul Catatan Tahun '60.
Cerpennya yang berjudul "Rapat Perdamaian" memperoleh hadiah dari
Masyarakat Sastra tahun 1961, sedangkan dramanya yang berjudul Domba-
Domba Revolusi memperoleh hadiah yang sama untuk tahun 1962. Melalui
dramanya ini B. Soelarto lebih terkenal karena pada awal dasawarsa 1960 itu
dinilai antirevolusi oleh kelompok Lekra sehingga karya tersebut dikritik habis-
habisan. Ketika diterbitkan dalam bentuk buku, drama tersebut direka menjadi
novel dengan judul Tanpa Nama (1963). Karya yang lain berupa novel, yaitu Si
Nona dan Kasta Baru, sedangkan karya dramanya Orang-Orang Konsekuen dan
Tak Terpatahkan (1967), serta kumpulan sastra lakon berjudul Lima Drama
(1985). Selain itu, ia juga menulis buku Teknik Menulis Lakon. B. Soelarto juga
telah menerjemahkan beberapa karya asing, seperti Betina dan Komedi Kecil
(kumpulan cerpen Guy de Maupassant). Dia juga menerjemahkan novel Emile
Zola yang berjudul Tambang Batubara dan dramanya Therese Raquin. Pada
tahun 1986 ia menulis buku dengan judul Dari Kongres Pemuda Indonesia
Pertama ke Sumpah Pemuda. Atas kecermatan dan kelengkapan dokumen
pribadinya terbit Surat-Surat Politik Iwan Simatupang 1964—1966 (1986) yang
disunting oleh Frans Parera. Buku tersebut memuat surat-surat Iwan kepada
Soelarto. Sayang sekali surat B. Soelarto sendiri tidak dapat diselamatkan
seiring dengan meninggalnya Iwan Simatupang. Secara tidak langsung Surat-
Surat Politik Iwan Simatupang 1964—1966 dapat menjadi sumber informasi
tentang B. Soelarto, terutama yang berhubungan dengan persoalan politik.
Dapat dinyatakan bahwa Soelarto adalah sahabat Iwan Simatupang. Visi dan
sikap politik Iwan yang terungkap dalam surat-suratnya itu menyiratkan hal
yang sama tentang Soelarto. Iwan mengenal Soelarto sebagai pengarang yang
sikap politiknya berseberangan dengan kelompok Lekra. Dia menjadi teman
bercurah rasa dan pikiran untuk Iwan Simatupang. Dengan Domba-Domba
Revolusi, Soelarto dianggap antirevolusi karena sastra lakon itu menampilkan
sinisme terhadap revolusi. Dua cerpen Soelarto yakni "Tanah" dan "Rapat
Perdamaian" yang dimuat dalam Sastra edisi September 1961 dan Oktober 1961
menyebabkan majalah tersebut dianggap reaksioner oleh kelompok Lekra. H.B.
Jassin (1985) menegaskan bahwa B. Soelarto dengan drama Domba-Domba
Revolusi menggemparkan khalayak sastra Indonesia. Jassin juga menyebut

34
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Soelarto tergolong sastrawan yang mengajari kita untuk cinta pada manusia-
manusia kecil dengan permasalahan-permasalahannya, manusia-manusia
sebangsa kita juga, meskipun cerpennya yang berjudul "Tanah" dan "Rapat
Perdamaian" dikatakan oleh kelompok Lekra sebagai karya yang memiliki
tendensi untuk memusuhi rakyat dan memusuhi perdamaian, sehingga dianggap
sebagai karya sastra yang reaksioner. A.Teeuw (1989) menilai karya B. Soelarto
khususnya Domba-Domba Revolusi sebagai karya yang penting karena
menunjukkan usaha Soelarto untuk mengatasi realisme sehari-hari yang dalam
kisah-kisah perang lain terlalu biasa. Melalui karya tersebut, terungkap
konfrontasi simbolis dari seorang pemimpin politik, seorang usahawan, seorang
dosen, seorang penyair, dan seorang gadis yang polos, tetapi berbudi. Jakob
Sumardjo (1992) mengatakan bahwa Soelarto mempersoalkan pengagungan
"pahlawan-pahlawan" pada zaman revolusi yang sering dipergunakan oleh
kaum petualang demi keuntungan pribadi sendiri. Sikap sinis Soelarto terhadap
kaum petualang yang demikian itu rupanya mendatangkan kritik pihak penguasa
waktu itu bahwa drama Soelarto ini "antirevolusi" atau melemahkan keagungan
makna revolusi yang sedang diagung-agungkan pada masa itu.

tahun 1962 terbit lagi karya drama atau lakon yang berbicara masalah
revolusi, yakni Domba-domba Revolusi karya Bambang Soelarto. Pada saat
terbitnya, Domba-domba Revolusi (selanjutnya disingkat DDR) cukup
menghebohkan karena pandangan pengarang yang begitu sinis terhadap arti
kepahlawanan. Kesan pertama setelah membaca drama-drama Soelarto adalah
syaratnya konfl ik-konfl ik sosial antar tokoh yang dilatarbelakangi hasrat bisa
mengeruk keuntungan pribadi dari revolusi kemerdekaan. Tokoh Politikus,
Petualang, dan Pedagang dalam DDR adalah contoh yang representatif dari
sinyalemen di atas. Sementara itu, tokoh Penyair dalam adalah manusia-
manusia yang menatap revolusi dengan tanpa pamrih. Bukan mustahil bahwa
konfl ik sosial yang didasari perbedaan kepentingan seperti yang tercermin
dalam kedua lakon di atas secara memesis juga terjadi pada masa revolusi
dahulu. Fakta-fakta sosiologis di atas jelas berkaitan dengan faktor-faktor
eksternal di luar teks lakon. Bagaimana pun juga pengarang adalah anggota
kelompok masyarakat. Dengan demikian, dalam pemilihan bahan untuk

35
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

karyanya tentu saja dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya, interes


pribadinya, dan interes itu sendiri merupakan bagian dari suatu elemen dalam
struktur masyarakat yang lebih luas. Itulah sebabnya karya imajinatif buah cipta
pengarang walau sekecil apa pun dipengaruhi sosial budaya masyarakatnya.
Demikian pula relevansinya dengan DDR. Bukan mustahil bahwa sesuatu yang
dilakukan pengarang dalam karya-karyanya dipengaruhi, bukan ditentukan, oleh
pengalaman manusiawi dalam lingkungan hidupnya termasuk di dalamnya
adalah sumber-sumber bacaan. Dengan demikian, sesuatu yang dikerjakan
pengarang dalam karya lakon tersebut bisa sebagai usaha menanggapi realitas-
realitas di sekitarnya, berkomunikasi dengan realitas dan menciptakan kembali
realitas. Dalam kaitannya dengan persoalan di atas maka jika realitas itu
merupakan unsur masalah revolusi dalam karya lakon, sehingga dapat dikatakan
bahwa Soelarto ingin menanggapi masalah, berkomunikasi dengan masalah dan
menciptakan kembali realitas revolusi itu dalam karyanya

3.6.2 Hubungan naskah dengan pengarang


Kritik Sosial Pengarang Melalui tokoh Petualang Bambang Soelarto
cukup keras mengkritik makna revolusi dan kepahlawanan. Tidak
mengherankan lakon ini pernah diganyang seniman-seniman Lekra dan
pemerintah Orde Lama sebab dianggap melemahkan semangat revolusi (Jakob
Sumardjo, 1983: 64). Jadi, masalah-masalah seperti di atas itulah yang
dipaparkan dalam DDR. Pengarang sengaja ingin menggali penyimpangan
Sahid: Kajian Sosiologis terhadap Tema Lakon ‘Domba-domba Revolusi’ 7
yang terjadi dalam revolusi, yaitu penyimpangan motivasi perjuangan yang
dilakukan para pejuang. Tampilnya para tokoh seperti Politikus, Pedagang dan
Petualang yang ketiga-tiganya termasuk pengkhianat dapat melengkapi sosok
manusia seperti Perempuan dan Penyair yang memiliki patriotisme dan
kehadirannya dalam lakon ini bisa membawa amanat pengarang. Berdasarkan
sejumlah uraian di atas dapat diambil suatu kejelasan bahwa lakon DDR
memiliki tema, “Seseorang dalam berjuang memperebutkan kemerdekaan tidak
selalu didasari pengorbanan yang tulus sebab tidak sedikit orang yang dalam
berjuang dilandasi motivasi untuk memberi keuntungan pribadi. Pengarang
merealisasi tema itu melalui tokoh Petualang, Politikus dan pejuang. Ketiga
tokoh pengkhianat ini dipertentangkan dengan Perempuan dan Penyair yang

36
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

keterlibatannya dalam revolusi didasari niat tanpa pamrih. Soelarto sebagai


pengarang tampak memihak pada Penyair dan Perempuan. Terbukti di akhir
cerita dikisahkan bahwa Politikus dan Pedagang mati konyol karena bertindak
gegabah ketika bertemu patroli musuh. Petualang pun akhirnya mati ditikam
tokoh Perempuan. Ketika pada akhirnya tokoh Perempuan diserang musuh di
losmennya, maka kematiannya lebih terhormat sebab dilandasi kesadaran
patriotik yang tinggi. Kematian Petualang, Politikus dan Pedagang merupakan
suatu simbolisasi bahwa pengkhianat bangsa tidak layak berumur panjang.
Sebaliknya tokoh Perempuan muda yang cukup berbudi dan patriotik terpaksa
harus diikhlaskan kematiannya sebagai pahlawan, bukan pengkhianat.

3.6.3 Judul Naskah


Dalam drama “Domba-domba Revolusi” karya B. Soelarto ini judul
yang digunakan sangat menarik. Penulis memilih kata domba untuk mewakili
karakter. Domba sering digunakan untuk menganalogkan sesuatu yang multi
karakter. Seperti istilah serigala berbulu domba. Secara hermeneutik, domba
juga dipilih karena domba merupakan hewan yang berbulu tebal. Sehingga kita
tidak tahu apa yang ada dibalik bulu domba itu, apakah baik atau buruk. Seperti
yang tergambar pada karakter tokoh dalam drama ini. Begitupun pengambilan
nama yang bermula dari adu domba dimana sifat petualang yang mengadu
domba dari setiap tokoh yang ada terutama pada tokoh pedagang dan politikus.
Dan kata revolusi dari adanya situasi peperangan yang di angkat dan
diangkatnya tokoh penyair yang di simbolkan penggerak revolusi dan berjalan
sendiri tidak mengikuti jalan para tokoh pedagang, politikus, dan petualang.

3.7 Tekstur Naskah

3.7.1 Dialog
Naskah ini memiliki model dialog yang sangat kaku dimana, semua
maksud dan tujuan pembahasan semua terdapat pada dialog tokoh, gaya dialog
yang ketika di ucapkan mudah dipahami bagi pembaca tapi sulit dipahami bagi
penonton

37
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

3.7. 2 Spektakel
a. Suspense-suspense dialog tokoh
c. Bisnis acting pemain
d. Permaina property

3.7.3 Setting

Setting dalam naskah “Domba-domba Revolusi “ ini akan dipentaskan


dalam panggung prosenium yang mengambil gambaran di dalam
sebuahlosmen yang bertempat di pertengahan kota tengah dengan gambaran
Jakarta sebagai lokasi, dimana sedang terjadi peperangan yang sangat dahsyat,
losmen ini di tunjukan dalam panggung di ruang tamu losmen yang terdapat
beberapa set prop seperti meja kursi losmen, tahun yang di gambarkan pada
setting ini bermula pada tahun 1948 dimana bentuk bentuk bangunan yang
masih kuno namun dinding yang diaplikasikan ini adalah dinding tembok tua,
dengan bentuk losmen tingkat 2.

3.7.4 Property
Adapun properti yang akan mendukung dan menjadi simbol bahwa
keadaan saat itu berada pada tera milenium, serta menjadikan aktor atau
aktris kaya dalam mengeksplorasi dan menghidupkan properti yang
dihadirkan.

3.7.4 Make Up

Make-up dan Kostum


Make-up dalam sebuah pementasan adalah sebagai media
memperkuat karakter serta menjelaskan tokoh yang diperankan. Selain
media memperkuat karakter serta menjelaskan tokoh yang diperankan.
Sutradara mengklasifikasikan make-up yang akan disesuaikan dengan
karakter yang akan dipentaskan, antara lain :
Pakaian adalah hal pertama yang dapat membantu
pembentukan karakter dan dapat memperkuat kesan untuk lakon pada

38
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

pementasan tersebut,dan kostum dapat mencerminkan sifat dasar


seseorang. Kostum adalah segala sesuatu yang dipakai pada tubuh,
baik terlihat secara langsung ataupun tidak langsung untuk keperluan
teater. Pemakaian kostum bertujuan untuk memunculkan karakter tiap
aktor atau aktris dalam memerankan sebuah karakter. Selain tujuan itu,
kostum juga memiliki fungsi yaitu untuk memperkuat akting, sehingga
menghidupkan dan membangkitkan daya ilusi.
Tata pakaian membantu membawakan perannya sesuai
dengan tuntutan lakon. Jika rias dan kostum ini agak asing dan dalam
jumlah cukup banyak diperlukan latihan penyesuaian diri dengan rias
dan kostum tersebut. (Herman J. Waluyo, Dr. Prof. Drama Teori dan
Pengajarannya. 2001. Halaman: 134).

BAB IV
PENCIPTAAN

4.1 Proses Latihan

39
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Selain proses latihan pribadi ,proses latihan dengan sutradara juga sangat
penting, karena saat proses latihan dengan sutradara dapat memunculkan ide-ide baru
serta dapat menyatukan proses penggarapan naskah secara menyeluruh. Peran
sutradara sangat dominan ,aktor harus menuruti keinginan dan arahan dari sutradara
dalam latihan demi terciptanya pertunjukan sesuai konsep garap sutradara. setelah
mengetahui paparan identitas diri dalam peran, perlu adanya sebuah schedule untuk
memberikan isi dalam setiap latihan maka dari itu progress dalam latihan sangatlah
diperlukan , berikut tahapan yang dilalui penulis dalam setiap lagtihan individu:
1) Menganalisis naskah, peran tokoh, kondisi social, karakter tokoh yang di
perankan
2) Mengarahkan aktor Membaca naskah setiap hari dalam setiap aktivitas
3) Mengarahkan aktor Memahami dialog yang diucapkan dalam setiap
tokoh,
4) Mengarahkan aktor Memahami dialog karakter tokoh, dengan membaca
naskah berulangkali dan membaca biografi penulis
5) Membaca naskah dengan perasaan sedih, marah, menghentak, bernyanyi,
bahagia.
6) Mengarahkan aktor Olah vocal melakukan pelatihan dalam setiap aktifitas
dengan menggumam, mendesis, berbisik keras, dan melakukan ucapan
Da,DI,Du,De,Do, dengan menarik mimic dalam setiap latihan individu
7) Mengarahkan aktor Olah rasa, pendalaman rasa dengan member isi dalam
setiap dialog dengan mengolah rasa sedih, bahagia, takut, dan lain
sebagainya
8) Mengarahkan aktor Olah tubuh, dilakukan untuk pemanasan untuk
pembebasan tubuh dari gerak gerak kecil yang tidak cocok
9) Mengarahkan aktor Observasi, dilakukan untuk pendalaman karakter
tokoh yang di perankan, disini tom adalah seorng pemabuk dan seorang
penjaga kasir supermarket, yang dilakukan adalah observasi pemabuk
tingkat sedang dan penjaga malam kasir supermaret

Berikut pelatihan bersama sutradara yang telah dilakukan selama proses


pertunjukan naskah Domba-Domba Revolusi ,

40
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

1) Pada tanggal 11 September 2017 ,bedah naskah bersama semua aktor


untuk memahami alur naskah. Menganalisis kemudian membaca naskah dari
awal hingga akhir.

2) Tanggal 14 September 2017, dialog secara bersama sama, dialog


dengan lawan main ,dan mencari arti dialog serta symbol dalam naskah.

3) 18 September 2017, berlatih merespon dialog lawan main dengan


membaca naskah dari awal hingga akhir secara berulang kali.

4) Pada tanggal 21 September 2017, berlatih dialog-dialog dengan lawan


main dengan intonasi diksi dan pressing yang sesuai. membangun tangga
dramatic dialog dengan membaca naskah dari awal hingga akhir.

5) 25 September 2017, membaca dan memahami dialog nomer 001-153


secara berulang kali dan membangun tangga dramatic.

6) Tanggal 28 September 2017, membaca dan memahami dialog no 153-


306 berulang kali dan membangun tangga dramatic.

7) 2 Oktober 2017, membaca dan memahami dialog no 153-306 berulang


kali dan membangun tangga dramatic.

8) Selama bulan Oktober latihan penggarapan blocking dari dialog


pertama hingga akhir yang dibagi menjadi beberapa adegan supaya
mempermudah proses penggarapan.

9) Pada tanggal 6 November 2017 ,running adegan dengan blocking


moffing aktor dengan dialog ,penggarapan teknik muncul aktor dan
penggarapan bisnis ackting aktor.

10) Tanggal 20-27 November 2017 , penggarapan blocking dan moffing


serta suasana aktor dengan music dari opening, lalu beberapa adegan hingga
ending.

11) 30 November 2017 ,Running adegan dari awal hingga akhir beserta
musik

41
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

12) Di bulan Desember latihan running memperbaiki hasil evaluasi dari


Konsultasi dan UTS beserta musik. Pembenahan dialog, blocking, moffing
serta motivasi dari tiap adegan.

4.1.1 Casting

Casting adalah proses penyaringan untuk menentukan pemeran


(pemain) berdasarkan hasil analisa naskah untuk diwujudkan dalam
pertunjukan. Macam-macam casting ialah sebagai Berikut:
a. Casting berdasarkan kecakapan;
b. Casting berdasarkan tipe (kecocokan fisik) pemain;
c. Casting berdasarkan pertentangan watak atau fisik pemain;
d. Casting berdasarkan kesamaan emosi dan temperamen yang
dimiiki pemain
e. Casting berdasarkan terapi.

Dalam naskah domba domba revolusi proses casting yang


dilakukan adalah
1. Berdasarkan fisik
2. Berdasarkan bentuk dialog
3. Berdasarkan emosi dan karakter (Psikis aktor)
4. berdasarkan usia
Proses pengkastingan calon aktor di suruh untuk beberapa arahan
sutradara sebagai berikut:

1. Membaca naskah
2. Membaca naskah dengan tokoh yang berbeda dari yang sudah
dibaca
3. Melihat dari cara baca dan pola ekspresinya
4. Melihat efect yang ditimbulkan oleh tubuhnya dari membaca

Dalam naskah ini terdapat 6 tokoh sentral yang muncul, tetapi


dalam undian sutradara mendapatkan pemeran perempuan dengan atas

42
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

nama Leny Ayu M. Ketika sutradara menganalisa tekhnik dan gaya pula
postur pemeranannya, cukup mendukung dalam tokoh seorang pemilik
losmen. Dan juga ada Beberapa tokoh dalam naskah domba domba
revolusi yang di casting adalah:

 Politikus-satria bella
Alasan: postur tubuh yang kurus dan gaya fokal atau gaya dialog
yang lantang, namun memiliki kekurangan terhadap intonasi dan diksi
selama ini.

 Pedagang - yusuf eko


Alasan: dari gaya dialog yang lucu dan terlihat agak gendut, karena
sifat pedagang dalam naskah memiliki sakit jantung, juga pula atas dasar
kondisi fisiologis dari yusuf eko yang mendukung.

 Petualang – Rizky Rangga D.


Alasan: gaya dialog yang lantang dan sifat keseharian yang mudah
menghasut
Penyair : Muh. afifudin
Alasan:memiliki kedekatan terhadap tokoh pemilik losmen yaitu
leni, jadi secara feel batin mereka bisa menyatu

 Serdadu- Ali sutaham


Alasan : karena pada naskah ini kejadian pada tahun 1948 yang
pada wakjtu itu masa penjajahan jepang atau krisis diman masyarakat
pribumi di ajak untuk membela jepang, maka dari fisikologis ali sutaham
sudah mendukung

4.1.2 Reading

Proses Reading yang dilakukan adalah


1. Proses reading sesuai dengan keinginan aktor
2. Proses reading cepat

43
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

3. Proses reading persuku kata


4. proses reading dilagukan

4.1.3 penghayatan

Dalam tahap penghayatan, sutradara memberikan tugas terhadap aktor


wajib dan afif, bagaimana caranya agar mereka pernah merasakan berpacaran,
hingga di pada waktu 1 hari mereka berpacaran dan besoknya tidak, pendalaman
karakter hal yang sulit ketika dilakukan dengan hal dipaksa, namun sutradara
menyuruh agar ikhlas

4.1.4 Blocking

Blocking dalan naskah domba-domba revolusi sebagai berikut:

44
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

45
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

46
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

47
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

48
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

49
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

50
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Keterangan: - hitam = pemilik losmen

- kuning= penyair

-merah = petualang

- biru = pedagang

- putih = politikus

-abu2 = serdadu

4.1.5 observasi

Observasi adalah sebuah tekhnik untuk memotivasi aktor supaya dapat


menimbulkan suasana yang ingin di adakan, dalam naskah ini banyak yang
menjadi catatan untuk di coba mencari atau di observasi, seperti dari segi setting
saya mencoba mengunjungi hotel yang bisa dikatakan sudah cukup lama, begitu
pula hasilnya kurang bisa mendukung, maka hal lain mencari revrensi yang lain.
Dari segi setting bergeser dalam segi keaktoran, sulit memunculkan suasana
yang sebenarnya di era peperangan, namun beberapa aktor mencoba untuk

51
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

observasi terhadap suara ledakan ledakan, dan mencoba mencari tahu di


beberapa video video youtube.

4.1.6 Time scedule

Time schedule Naskah Domba-Domba Revolusi

Karya B. Soelarto Sutradara doel fatah.

tanggal Prose latihan Capaian


september1 jam di gunakan untuk olah tubuh, dan olah vocal -memahami cerita dalam naskah
11 2 jam di gunakan untuk reading -memahami latar tempat
Penjabaran soal naskah suasana, arti, symbol symbol
yang ada dalam naskah
-pembedahan bersama tentang
naskah
-Membaca full dialog awal
hingga akhir

14 1 jam di gunakan untuk olah tubuh, dan olah vocal -memahami dialog secara
2 jam di gunakan untuk reading bersama sama
-memahami dialog lawan main
-memahami dialog dialog
-memahami arti dialog dan
symbol simbolnya
-Membaca full dialog awal
hingga akhir

18 1 jam di gunakan untuk olah tubuh, dan olah vocal -mengerti maksud dan tujuan
2 jam di gunakan untuk reading dialog yang dilontarkan kepada
pemain
-merespon dialog lawan main
dengan intonasi
yang sesuai

52
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

-Membaca full dialog awal


hingga akhir

21 1 jam di gunakan untuk olah tubuh, dan olah vocal -merespon dialog dialog lawan
2 jam di gunakan untuk reading dengan intonasi
diksi dan pressing yang sesuai
-membangun tangga dramatic
dialog
-Membaca full dialog awal
hingga akhir

25 1 jam di gunakan sebagai olah tubuh dan olah vocal -membaca, dan memahami
2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi dalam
dialog nomer
berdialog 001-153 berulang kali
-membangun tangga dramatic
dialog

28 1 jam di gunakan sebagai olah tubuh dan olah vocal -membaca dan memahami
2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi dalam
dialog no 153-306 berulang kali
berdialog -membangun tangga dramatic
dialog

Oktober 1 jam di gunakan sebagai olah tubuh dan olah vocal -membaca dan memahami
02 2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi dalam
dialog no 306-4061
berdialog Berulang kali
(lepas naskah) -Membaca full dialog awal
hingga akhir
-membangun tangga dramatic
dialog

Konsultasi 1 Reading naskah


09 1 jam di gunakan sebagai olah tubuh dan olah vocal -pembangunan motivasi gerak

53
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi gerak


aktor dialog
dalam beracting nomer 001-153 berulang kali
-membangun tangga dramatic
dialog

12 1 jam di gunakan sebagai olah tubuh dan olah vocal -pembangunan motivasi gerak
2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi gerak
aktor dialog
dalam beracting no 153-306 berulang kali
-membangun tangga dramatic
dialog

Konsultasi ke dua

16 1 jam di gunakan sebagai olah tubuh dan olah vocal -pembangunan motivasi gerak
2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi gerak
aktor dialog
dalam beracting no 306-4061Berulang kali
-Membaca full dialog awal
hingga akhir
-membangun tangga dramatic
dialog

19 1 jam di gunakan sebagai olah tubuh dan olah vocal -penggarapan blocking moffing
2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi aktor dialog
mofing dan blocking nomer 001-153 berulang kali

30 1 jam di gunakan sebagai olah tubuh dan olah vocal -penggarapan blocking moffing
2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi aktor dialog
mofing dan blocking no 153-306 berulang kali

November1 jam di gunakan sebagai olah tubuh dan olah vocal -penggarapan blocking moffing
02 2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi aktor dialog
mofing dan blocking no 306-406 Berulang kali

54
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Konsultasi ke tiga
06 1 jam di gunakan sebagai olah vocal -running adegan dengan
2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi gerak
blocking moffing aktor dengan
dalam beracting dialog
-penggarapan teknik muncul
aktor
-penggarapan bisnis ackting
aktor

9,10,11 UTS

16 1 jam di gunakan sebagai olah vocal -running adegan dengan


2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi gerak
blocking moffing aktor dengan
dalam beracting dialog
-penggarapan teknik muncul
aktor
-penggarapan bisnis ackting
aktor

20 1 jam di gunakan sebagai olah vocal -running adegan dengan


2 jam di lakukan sebagai pembangunan motivasi gerak
blocking moffing aktor dengan
dalam beracting dialog
-penggarapan teknik muncul
aktor
-penggarapan bisnis ackting
aktor

23 1 jam di gunakan sebagai olah vocal -penggarapan suasana aktor


2 jam di lakukan sebagai penyatuan musik dengan dengan music
aktor -penggarapan music opening

27 1 jam di gunakan sebagai olah vocal -penggarapan suasana aktor


2 jam di lakukan sebagai penyatuan musik dengan dengan music

55
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

aktor -penggarapan music pertengahan


dan clossing

30 1 jam di gunakan sebagai olah vocal -full Running music dengan


2 jam running adegan aktor

04 1 jam di gunakan sebagai olah vocal -full Running music dengan


desember2 jam running adegan aktor

07 1 jam di gunakan sebagai olah vocal -full Running music dengan


2 jam running adegan aktor

10-20 UAS

4.2 Blocking

tubuh seluruh aktor di atas panggung. Blocking dapat diartikan sebagai


aturan berpindah tempat dari titik (area) satu ke titik (area) yang lainnya bagi
aktor di atas panggung. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu
diperhatikan agar blocking yang dibuat tidak terlalu rumit, sehingga lalulintas
aktor di atas panggung berjalan dengan lancar. Jika blocking dibuat terlalu rumit,
maka perpindahan dari satu aksi menuju aksi yang lain menjadi kabur. Yang
terpenting dalam hal ini adalah fokus atau penekanan bagian yang akan
ditampilkan. Fungsi blocking secara mendasar adalah sebagai berikut. x
Menerjemahkan naskah lakon ke dalam sikap tubuh aktor sehingga penonton
dapat melihat dan mengerti.

x Memberikan pondasi yang praktis bagi aktor untuk membangun


karakter dalam pertunjukan.

x Menciptakan lukisan panggung yang baik.

56
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Dengan blocking yang tepat, kalimat yang diucapkan oleh aktor menjadi
lebih mudah dipahami oleh penonton. Di samping itu, blocking dapat
mempertegas isi kalimat tersebut. Jika blocking dikerjakan dengan baik, maka
karakter tokoh yang dimainkan oleh para aktor akan tampak lebih hidup.
FOKUS
Dalam mengatur blocking, hal yang paling utama untuk diperhatikan
sutradara adalah perhatian penonton. Setiap aktivitas, karakter, perubahan
ekspresi dan aksi di atas pentas harus dapat ditangkap mata penonton dengan
jelas. Oleh karena itu, pengaturan blocking harus mempertimbangkan pusat
perhatian (fokus) penonton. Hal ini dapat dikerjakan dengan menempatkan
pemain dalam posisi dan situasi tertentu sehingga ia lebih menonjol atau lebih
kuat dari yang lainnya.
Prinsip Dasar
Pada dasarnya fokus adalah membuat pemain menjadi terlihat jelas oleh
mata penonton. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dasar di bawah ini dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam menempatkan posisi dan mengatur pose
pemain.
x Kurangilah menempatkan pemain dalam posisi menghadap lurus ke arah
penonton atau menyamping penuh. Usahakan pemain menghadap diagonal (kurang
lebih 45 derajat) ke arah penonton. Menghadap lurus ke arah penonton akan
memberikan efek datar dan kurang memberikan dimensi kepada pemain, sedangkan
menyamping penuh akan menyembunyikan bagian tubuh yang lain. Dengan
menghadap secara diagonal, maka dimensi dan keutuhan tubuh pemain akan dilihat
dengan jelas oleh mata penonton. Gambar di bawah memperlihatkan pemain dengan
pose menyamping, diagonal, dan ke depan. Jika diperhatikan dengan seksama, pemain
dengan pose diagonal lebih memiliki dimensi dibandingkan pemain dengan pose yang
lain.

4.3 Tata Panggung


4.3.1 setting
Setting Panggung

57
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Setting dalam panggung adalah penentuan latar tempat adegan yang


terjadi dalam sebuah naskah, dan dalam naskah mainan dari gelas karya
Tennessee Williams ini berlatar di daerah depok dengan perkotaan yang penuh
rumah. Berikut gambar setting dalam pertunjukan kali ini

4.3.2 property
Property adalah srtistik panggung penunjang suasana, dalam hal ini
properti berarti perlengkapan yang ada didalam ruangan losmen ada beberapa
jenis dari property dan propeti setting, dalam hal ini property adalah benda mati
yang berada di dalam losmen. Seperti:

Properti = gelas dan teko berisi air, wadah jajan, berkas berkas, buku
pada rak buku, figora dengan foto foto,

Set property = meja kursi, lemari buku, fas bunga, meja pemilik losmen,
dll

4.3.3 Hand property


Hand property sebagai pendukung akting para aktor, agar dalam bermain
memiliki otifasi bergerak yang natural
Pedagang ; buku catatan
Politikus : rokok dan korek
Petualang: rokok dan korek, topi

58
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Penyair : ransel berisi granat


Pemilik losmen : kain serbet
Serdadu : pelor

4.3.4 Lighting
Lighting sebagai pendukung suasana dslam pertunjukan kali ini dengan
pemakaian filter biru antara lampu setwing dan 1 spot di tengah kemudian
pemakaian lampu back denga filter orange, dan berikut spot lighting dalan
naskah domba domba revolusi karya B. Soelarto sutradara abdul fatah jaelani.

4.4 Musik
Musik terbagi menjadi beberapa, seperti musik latar, musik effeck, musik ilustrasi
dalam naskah domba domba revolusi terdapat beberapa musik sebagai mendukung
pertunjukan
Adapun acuan musik sutradara mencari revrensi beberapa musik sebagai pondasi
penggarapan musik, seperti halnya musik latar yang sutradara jadikan bahan obserfasi
adalah film “jendela pak broto” yang dui produksi oleh TVRI pada tahun 1962,
begitupun musik effek dan ilustrasi tegang yang dipakai seperti ledakan bom, dan
juga ledakan peluru mortir.
Adapun beberapa adegan yang diberikan musik latar maupun effeck sebagai berikut:
 Opening dan penutupan yang mencontoh film “jendela pak broto”
dengan melodi mello

59
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

 Effeck ledakan ledakan ada adegan pedagang dan juga politikus dalam
dialog mereka
(suara ledakan bom dari luar losmen
Pedagang: suara apa iotu bung.
Petualang: tenang pak itu hanya ledakan suara peluru mortir dari
jauh
Pedagang: persetan jauh atau dekat yang penting kita harus segfera
pergi dari sini)
 Musik ilustrasi romantis ketika penyair dan pemilik losmen berdua dan
penyair memutuskan untuk pergi dari losmen untuk mencari tahu kabar
di luar
 Musik ilustrasi menegangkan ketika penyair datang ke losmen dengan
membawa 5 granat menawarkan kepada petualang, pedagang, dan
politikus
 Musik ilustrasi sedih ketyoika penyair menceritakan kisah hidupnya
yang di tinggal oleh ayahnya sejak kecil
 Musik tragis pembunuhan pemilik losmen terhadap petualang dan juga
serdadu musuh

Berikut beberapa alat alat musik yang dibutuhkan:

 Bas dram
 Gitar
 Violin
 Cello
 Kaju
 Piano

4.5 Make up
Make up sebagai pendukung karakter tokoh dimana ke 6 tokoh ini memiliki
karakter yang berbeda beda makeup pemeran dalam naskah domba domba revolusi
sutradara abdul fatah jaelani sebagai berikut:

60
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Penyair

 Pemakaian kumis tipis


 Dengan alis yang natural
 Mata yang cekung kedalam
 Umur 24 tahun

Petualang

 alis meruncing keatas dengan sifatnya yang licik


 komis tebal
 mata yang tajam

Pedagang

61
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

 kerutan di kening umur 45


 wajah agak pucat
 alis yang natural

Politikus

 rambut klimis
 kerutan di kening umur 45
 bibir agak gelap
 wajah yang agak pucat

62
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Pemilik losmen

 make up canting
 alis natural
 bibir natural

Serdadu

 alis yang tajam


 kumis dan jenggot
 tatapan mata yang tajam

4.6 Kostum
Kostum sebagai pendukung karakter tokoh selain make up dimana naskah ini berlatar
di tahun 1948 maka, kostum yang dipakai terlihat masih jadul, seperti berikut:

63
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Petualang
 pemakaian kaos dalam dengan
berwarna putih
 baju luar hijau
 celana kream
 dengan sepatu dan topi koboi

Serdadu

 Kaos yang berwarna putih

64
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

 Celana cream
 Dengan kaos kaki hingga lutut
 Sepatu boat

Pemilik losmen

 Pemakaian rok yang dibawah lutut


 Dengan sandal jepit
 Baju abu abu zaman dulu

Pedagang

65
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

 Baju dan celana cream dengan sepatu


Penyair

 Kaos putuh
 Celana hitam
 Ransel
 Sepatu boat
 Jaket berwarna hijau

politikus

66
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

 Baju berwarna putih


 Celana panjang di atas mata kaki
 Sabuk
 Dan sepatu fantoufel

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa, lakon DDR mengandung tema seseorang dalam


berjuang memperebutkan kemerdekaan tidak selalu didasari pengorbanan yang tulus
sebab tidak sedikit orang yang dalam berjuang dilandasi hasrat untuk mencari
keuntungan pribadi. Pengarang merealisasi tema melalui tokoh Petualang, Politikus
dan Pedagang. Ketiga tokoh pejuang pengkhianat ini dipertentangkan dengan tokoh
Perempuan dan Penyair yang keterlibatannya dalam revolusi disertai pengorbanan
yang tulus. Faktor sosial historis yang menjadi penyebab lahirnya DDR yakni,
Bambang Soelarto sebagai pengarang mencoba menangkap perbedaan-perbedaan
aspirasi politik antar pejuang pada tahun 40-an untuk diekspresikan ke dalam karya
drama. Soelarto ingin menanggapi hal itu dan ingin memberikan penilaian-penilaian
dan pandangan-pandangan tentang penyimpangan politik tersebut melalui DDR.
Dengan kata lain naskah domba-domba revolusi ini mengangkat tentang

67
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

5.2 Saran
Dalam setiap penggarapan semua karya seni pertunjukan yang tujuan akhirnya
adalah dipertontonkan untuk umum, maka selayaknya pertunjukan itu dapat dijadikan
konsumsi yang enak, baru dan menarik sehingga tuntutan sebagai penampil adalah:
a. Intensitas dan keseriusan dalam berproses ditambah (daya juang)
b. Kerja kelompok dalam setiap proses harus ditambah (komunal)
c. Berdasarkan pada teori, pengalaman dan aplikasi didalam mengkaji naskah

DAFTAR PUSTAKA

Anirun, Suyatna. Menjadi Sutradara. STSI press BANDUNG : 2002


Andy Asmara, dr; Cara Menganalisa Drama. Nur cahaya. Yogyakarta. 1983.
El Saptaria,Rikrik; paduan praktis akting untuk film dan teater “AKTING “HAND
BOOK.Rekatasa Sains. Bandung. 2006
Hamzah, A.A. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV Rosda.
Hasanuddin. 1996. Drama, Karya dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa
Harymawan, RMA; Drama Turgi. CV. Rosyda. Bandung. 1988.
J. Waluyo Herman, Prof, Dr; Drama (Teori dan Pengajarannya). PT. Manindita Graha
Widya. Yogyakarta. 2001.
Prasmadji R.H, B.A; Teknik Menyutradarai (Drama Konvensional), PN. Balai Pustaka.
Jakarta. 1984.
Rozuqi, Nur, SPd, Simpul mat pelajaran paket seni Teater alam semesta, N Yes, 2005.
Tambajong Japi; Dasar-dasar Drama Turgi. CV. Pustaka Prima. Bandung. 1981.
Yudiarini, M.A Drs; Panggung Teater Dunia. Pustaka Gendho Suli. Jogjakarta. 2002.

68
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

Jakob Sumardjo 1983 “Peta Bumi Sastra Drama Indonesia” dalam Bagi Masa Depan Teater
Indonesia.
Sutardjo. Eds. Bandung: Granesia.
Kuntowij oyo 1981 “Peristiwa Sejarah dan Sejarah Sastra”. Jakarta: Tifa Sastra, 41/XI.
Nuryanto 1992 “Penerapan Metode Content analysis dalam Bidang Penelitian Bahasa dan
Seni”, Yogyakarta:
Makalah Lokakarya Fak. Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP Yogyakarta, 11-13 Mei.
Ongkhoham 1978 “Pemberontakan Madiun 1948: Drama Manusia Dalam Revolusi”. Jakarta:
Prisma 7/VII/08, Jakarta.
Sartono Kartodirdjo 1975 Sejarah nasional IV. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI

1981 “Wajah Revolusi Indonesia Dipandang


dari Perspektif Struktural. Jakarta:
8/ Jurnal Prisma X08.

Dokumentasi Proses

69
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

70
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

71
Konsep garap penyutradaraan naskah Domba-Domba Revolusi karya B. Soelarto sutradara 2017
A. Fatah Jaelani

72

Anda mungkin juga menyukai