Kelas : 3A
Nim : 2020001058
Identitas cerpen :
a. Judul : KETIKA SEBUAH MIMPI DIPAHAMI
b. Pengarang : Al Kausar Sabani
c. Tahun terbit : 14 September 2014
d. Jumlah halaman : 2 halaman
e. Genre : cerpen kehidupan
Berlari dan terus berlari walau kaki terasa sangat lelah, tapi itulah yang sedang aku
lakukan karena tak ada cara lain kecuali berlari sekencang-kencangnya untuk
menyelamatkan diri.
Beberapa saat kemudian aku terhenti ketika melihat nyawaku sudah tidak punya
harapan lagi ditambah kaki yang sudah tak mampu melangkah dalam peristiwa
berbahaya ini, karena seekor singa buas berada di depanku dengan jarak 50 meter.
“Astaga kalau begini, aku hanya bisa pasrah kepadamu tuhan.” ucapku.
Dalam keadaan yang mungkin tidak bisa dibayangkan. Aku mencoba menenangkan
hati, dan berdamai dengan diriku sendiri. Aku bertanya “Tunggu-tunggu, kenapa aku
berada di tempat ini?”
“Sedangkan aku tidak tahu jalan ke negeri ini.” lanjutku dalam hati yang agak
tenang.
Terbesit kesadaranku yang memahami tentang kejadian semua ini. Aku membuka
mata melihat tubuhku masih berada di antara segerombolan singa dari belakang
dan seekor singa paling besar dari depan yang mendekat ke arah se’onggok daging
segar, yah daging itu adalah diriku
d. Resolusi :
Singa-singa yang berlari langsung melompat ke arahku dengan cakar dan taring-
taringnya yang tajam wuuz… seketika terhanti begitu saja, saat mereka melihatku
tertawa.
“Hahahaha… Hey kalian mau makan apa dariku?” tubuhku dan kalian hanya ilusi
dalam keadaan sekarang ini, aku ini sedang bermimpi.”
“Kalian diciptakan oleh pikiranku sendiri, bahkan bukan kalian saja, semua yang
kulihat cuma ada di halusinasiku.” lanjutku pada binatang-binatang itu yang
sepertinya mengerti ucapanku
e. Evaluasi :
Sekarang singa-singa itu menunduk padaku kemudian lenyap tak tahu kemana. Aku
pun kembali menikmati pemandangan indah dari atas tembok besar, beberapa saat
juga semuanya yang ku lihat sirna seperti singa singa tadi. Mataku yang mulai
terbuka membuatku sadar, kalau aku sudah kembali ke kamarku lagi, dan dalam
kelelahan kaki yang kurasakan karena sudah berlarian dalam pikiranku sendiri, aku
pun tersenyum puas telah melewati mimpi yang mengasyikan hari ini
f. Koda :
Kejadian ini memberiku pesan bahwa ketakutan, keindahan, rasa senang atau derita
semuanya hanya ada di dalam pikiranku, bukan hanya di dunia mimpi, tapi juga
dunia nyata
Beberapa saat kemudian dia terhenti ketika melihat nyawanya sudah tidak punya
harapan lagi ditambah kaki yang sudah tak mampu melangkah dalam peristiwa
berbahaya ini, karena seekor singa buas berada di depannya dengan jarak 50 meter.
“Astaga kalau begini, aku hanya bisa pasrah kepadamu tuhan.” ucapku.
Dalam keadaan yang mungkin tidak bisa dibayangkan. Aku mencoba menenangkan
hati, dan berdamai dengan diriku sendiri. Aku bertanya “Tunggu-tunggu, kenapa aku
berada di tempat ini?”
“Sedangkan aku tidak tahu jalan ke negeri ini.” lanjutku dalam hati yang agak
tenang.
Terbesit kesadarannya yang memahami tentang kejadian semua ini. Ia membuka
mata melihat tubuhnya masih berada di antara segerombolan singa dari belakang
dan seekor singa paling besar dari depan yang mendekat ke arah se’onggok daging
segar, yah daging itu adalah dirinya.
Identitas cerpen
a. Judul : PENULIS TUA
b. Pengarang : Haryo Pamungkas
c. Jumlah halaman : 5 halaman
d. Tahun terbit : 18 November 2018
e. Genre : Kenangan
Sinopsis cerpen :
Cerpen ini berisi tentang seorang kakek yang sudah berumur 80 tahun, baginya tidak
ada yang lebih menarik dari orang yang sudah lanjut usia selain merenung dan
mengenang. Sudah tidak ada gairah untuk masa depan, taka da ambisi, semua yang
didapat sampai saat ini terasa sudah cukup. Sisa bekal kesiapan untuk dunia selanjutnya,
menunggu seperti antri dalam loket pembayaran. Inilah fase paling menarik dalam
hidup, mengenang masa lalu. Setelah semua hal buruk dan baik datang silih berganti
sebagai bumbu perjalanan usia.
Di usia yang semakin beranjak tua, kakek lebih memikih menjadi pengamat,
mengunjungi tempat-tempat yang cocok untuk merenung dan mengenang untuk
menciptakan kenangan dengan baik bersama cucunya. Agar nantinya kenangan dalam
kepalanya tak hanya dipenuhi oleh gemerlap kesibukan kotak dan cahaya yang keluar
dari telepon genggam, seperti cita-cita kakek di masa muda dulu, menjadi seorang
penulis yang tumbuh sekaligus membentuk kenangan. Kakek ini tumbuh dan
membentuk kenangan dengan baik, tidak seperti sekarang, zaman dimana kenangan tak
akan terbentuk dengan baik nantinya. Ketika semua hal hanya diketahui dari segenggam
kotak layer bersama semua kenangan yang terbentuk. Tidak nyata seluruhnya.
3. Cerpen III “ aku mencintaimu dengan Bismillah”
Identitas cerpen :
a. Judul : AKU MENCINTAIMU DENGAN BISMILLAH
b. Pengarang : Benny Can
c. Tahun terbit : tahun 2013
d. Jumlah halaman : 192 halaman
e. Genre : Cerpen cinta
Analisis unsur intrinsik cerpen :
a. Tema : cinta dan kesetiaan
b. Tokoh dan penokohan :
o Rendi = penyabar, menerima apa adanya
o Shekar = kekasih Rendi, menerima kenyataan tidak bisa hamil.
o Yuli = pemberi informasi tentang keadaan Shekar
c. Latar :
o Waktu = sore hari
o Tempat = di pantai
o Suasana = mengharukan
d. Alur : alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju, karena jalan cerita
dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latar dan masalah sampai ke konflik
dan akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
e. Sudut pandang : dalam cerpen itu menggunakan sudut pandang orang pertama
sebagi pelaku utama, yaitu menggunakan kata ganti “aku”.
f. Gaya bahasa : bahasa yang digunakan menarik.
g. Amanat : terimalah seseorang itu dengan keadaan apa adanya dengan lapang dada,
karena setiap musibah pasti ada hikmah yang dapat diambil.
Sinopsis cerpen :
Pada cerpen ini terdapat seseorang yang bernama Rendi. Rendi adalah seorang laki-laki
yang sangat romantis, dimana ia memiliki kekasih yang bernama Shekar. Suatu hari
mereka berdua menuju ke pantai saat senja, dan tidak disengaja Rendi menyatakan rasa
cintanya kepada Shekar. Dengan romantisnya ia mengatakan “ Shekar, aku mencintaimu
dengan Bismillsh.” Setelah itu datanglah Yuli, kawan Rendi mengajak Rendi untuk
berbicara sejenak jauh dari Shekar. Ia memberi informasi bahwa ternyata Shekar
mengidap penyakit Tumor Rahim dan rahimnya sudah diangkat sehingga ia tidak bisa
mempunyai seorang anak. Rendi pun terkejut dan memastikan Shekar dengan bertanya
kepadanya.
Setelah bertanya kepadanya, Shekar menangis dan langsung berlari, namun Rendi
mencegahnya dan mengatakan “Aku memulai cinta ini dengan Bismillah dan tidak
mungkin aku berhenti sebelum amin mengamini dan tidak ada alasan untukku untuk
meninggalkanmu sebelum Tuhan mengamini mimpi-mimpiku untuk selalu bersamamu.
Jantung ini dapat berdetak serasa separuh jantungku ada padamu. Mata ini, jika kau
tata pada ketulusan, lalu peluklah aku dengan kesungguhan.”
Singkat cerita Rendi menerima Shekar apa adanya. Akhirnya Shekar pun tersenyum lalu
menjawab “ Jangan Tinggalkan Aku.”