Proposal
oleh
Akmal
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
2010
disetujui
Dosen Wali
Drs. Saifuddin Mahmud, M. Pd.
NIP 195910151987031005
Drama adalah sebuah genre sastra penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal
adanya dialog atau cakapan di antara tokoh-tokoh yang ada. Selain itu, lazimnya sebuah karya
drama juga memperlihatkan adanya semacam petunjuk pemanggungan yang akan memberikan
gambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh (Wahyudi, 2006: 95).
Oleh karena itu, berbeda dengan prosa dan puisi, drama diciptakan tidak hanya untuk dibaca,
Aristoteles mendeskripsikan bahwa drama adalah tiruan atas lakuan (the imitation of an
act). Hal ini dapat diartikan juga bahwa drama adalah sebuah tiruan dari kehidupan manusia
yang kemudian dilakonkan dalam sebuah drama. Dinamika kehidupan manusia yang mencakup
berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari ditirukan dalam drama. Dengan demikian, jika
kita menonton drama, kita dapat merasakan perasaan takut, tegang, senang, dan kasihan
Sajak (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Sehingga karya sastra itu merupakan
susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnyaterjadi hubungan yang timbal
balik dan saling menentukan. Struktur memiliki tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide
transformasi dan ide pengaturan diri sendiri (Hawkes, 1978: 16). Pertama, struktur itu
merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri
sendiri di luar struktur itu. Kedua, struktur itu berisi gagasan tranformasi dalam arti bahwa
struktur itu tidak statis. Struktur itu mampu melakukan prosedur transformasional, dalam arti
bahan-bahan baru diproses dengan prosedur dan melalui prosedur itu. Ketiga, struktur itu
mengatur diri sendiri, dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuan dari luar
dirinya untuk mensahkan prosedur transformasinya. Setiap unsur mempunyai fungsi tertentu
berdasarkan aturan dalam struktur itu. Setiap unsur mempunyai fungsi berdasarkan letaknya.
Menurut pikiran strukturalisme, dunia karya sastra merupakan susunan hubungan daripada
benda-benda. Sebuah struktur dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur
sebagai bagian dari struktur tidak mempunyai makna sendiri. Makna ditentukan oleh
Unsur yang membangun drama adalah aspek sintaksis (alur), aspek semantik (tokoh dan
latar), dan aspek pragmatik (gaya bahasa). Ketiga unsur ini akan membuat sebuah drama menjadi
daya pikat yang saling membentuk kesatuan dan saling terikat satu dengan yang lain (Waluyo,
2002: 7-8).
Drama belum sempurna apabila tidak sampai pada tahap pementasan teater sebagai
bentuk perwujudannya. Untuk itu pemakaian gaya bahasa naskah lakon merupakan sesuatu hal
yang menarik dan telah diperhitungkan baik oleh sang pengarang, sutradara, maupun para
pemain yang terlibat proses pementasan. Selain sebagai sarana untuk membangun atmosfir dan
suasana baik pembaca maupun penonton, bahasa juga digunakan sebagai media untuk
menyampaikan ide atau gagasan dasar pengarang sehingga drama hadir tidak dalam kondisi yang
hampa.
Dalam dunia drama dikenal beberapa nama seperti Pedro Sudjono, Max Arifin, Ratna
Sarumpaet, Arifin C. Noer, Riantiarno, Putu Widjaja, Rendra dab Agus Noor sebagai penulis
naskah drama. Rendra berkonsisten dengan pementasan kritik sosialnya, Putu Wijaya mencoba
berkonsisiten dengan model karikatur absurdnya. Absurditas pernah dipentaskan Arifin C. Noer
bersama Teater Kecilnya dalam Macbett. Max Arifin dikenal sebagai seorang penerjemah karya-
karya sastra asing. Ia juga menulis beberapa buku tentang sastra dan pementasan drama.
Kumpulan karya-karya Max Arifin Teater, sebuah Pengantar, diterbitkan oleh Nusa
Indah, Flores (1990). Putri Mandalika sebuah naskah drama yang tiga kali dipentaskan secara
pernah dibawakan/dipentaskan oleh Kontingen NTB pada Festival Teater di Solo dan dimuat
sebagai cerita bersambung pada harian Suara Nusa di Mataram. Badai Sepanjang Malam, naskah
drama dalam kumpulan drama remaja, Gramedia,Jakarta (1988). Naskah ini juga diikutkan
sebagai naskah yang dipilih oleh Taman Budaya Jatim dalam Festival Teater Remaja (2003).
Selain menulis naskah drama dan buku-buku sastra, Max Arifin juga menerjemahkan
beberapa karya sastra asing seperti, Pemberontak [The Rebel] oleh Albert Camus, penerbit
Bentang Budaya, Yogyakarta (2000). Seratus Tahun Kesunyian [One Hundred Years of
Solitude] oleh Gabriel Garcia Marquez, penerbit Bentang Budaya, Yogyakarta (2003) dan
sebagai cerita bersambung di harian Jawa Pos (1997). The Shifting Point (Teater, Film dan
Opera) oleh Peter Brook, Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia [MSPI] Jakarta (2002).
Menuju Teater Miskin (Towards a Poor Theatre) oleh Jerzy Grotowski, MSPI, Jakarta, (2002).
Teori-teori Drama Brecht, oleh Hans Egon Holthusen, Dewan Kesenian Surabaya. Seribu
Burung Bangau [Thousand Cranes], oleh Yasunari Kawabata, Nusa Indah, Flores (1978) dan
Orang Aneh [The Stranger] oleh Albert Camus, penerbit Nusa Indah, Flores 1980. dan
Nusa Indah,Flores, 1978 dan sebagai cerita bersambung di harian Kompas 1976.
i.Nyanyian Laut [The Sound of Waves] oleh Yukio Mishima, cerita bersambung di harian
Kompas 1976 dan penerbit Mahatari, Yogyakarta. Naskah Suatu Salah Paham, terjemahan
Drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin memiliki struktur yang sangat
menarik untuk diangkat sebagai kajian, karena di satu sisi drama ini menceritakan tentang hal-hal
yang terjadi di sekitar kehidupan manusia secara umum. Diceritakan, seseorang yang lahir dan
dibesarkan di kota yang kemudian menetap di desa terpencil karena menjadi seorang guru. Desa
yang merupakan tempat tinggal guru muda tersebut merupakan desa yang sangat jauh dari
keramaian kota, jauh dari kebisingan kendaraan-kendaraan, dan terkesan sangat angker.
Atas praduga inilah penulis mengadakan penelitian untuk mengkaji Drama Badai
Sepanjang Malam dengan pendekatan stuktural yakni analisis tentang penokohan, alur, dan gaya
Pembatasan masalah dalam suatu kajian sangatlah penting hal ini dimaksudkan agar
permasalahan yang akan di kaji lebih terarah dan tidak terjadi penyimpangan yang terlampau
jauh dari permasalahan semula. Berdasarkan latar belakang yang demikian luas dan umum,
penulis akhirnya membatasi permasalahan hanya dalam bidang Struktural. Berdasarkan uraian
latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan pengkajian
sebagai berikut:
a. Bagaimanakah Penokohan tokoh utama dalam naskah “Badai Sepanjang Malam” karya
Max Arifin.
b. Bagaimanakah Alur yang terdapat dalam naskah “Badai Sepanjang Malam” karya Max
Arifin.
c. Bagaimanakah Gaya Bahasa yang digunakan dalam naskah “Badai Sepanjang Malam”
Adapun tujuan penulisan proposal ini selain untuk memenuhi tugas akhir mahasiswa
b) Mendeskripsikan wujud alur yang terdapat dalam naskah “Badai Sepanjang Malam”
c) Mendeskripsikan peristiwa yang dialami tokoh utama dalam naskah “Badai Sepanjang
pengembangan ilmu dalam bidang sastra terutama bidang drama. Dengan penyesuaian tertentu,
metode yang digunakan mungkin dapat juga dimanfaatkan untuk melatih mahasiswa menjadi
a) Pemerhati drama
Sebagai salah satu rujukan mengenai bagaimana teknik analisis struktur naskah drama.
b) Pengajaran drama
Penelitian ini dapat menambah wawasan dalam bidang studi bahasa dan sastra Indonesia
dan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pilihan tambahan dalam pengajaran drama.
c) Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar atau pedoman untuk mengkaji
Unsur-unsur pokok atau struktur drama (atau sering juga disebut sebagai unsur intrinsik) antara
lain;
a) Peristiwa
Menurut kamus istilah sastra yang diterbitkan oleh balai pustaka, Peristiwa atau kejadian
merupakan unsur alur yang merupakan kejadian yang penting. Atau kisaran pendek yang
berhubungan dengan suatu situasi. Jika peristiwa dirangkai secara berkaitan, ia menjadi
Latar atau seting adalah tempat atau masa terjadinya cerita. Sebuah cerita harus jelas
Alur atau plot adalah jalan cerita yang merupakan rangkaian peristiwa yang saling
berhubungan sehingga terjalin suatu cerita. Aur atau jalannya cerita adalah rangkaian
cerita yang di bentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita
Penokohan dalam suatu cerita drama merupakan suatu hasil kreatif pengarang secara
imajinatif dalam melukiskan watak dan pribadi para tokoh melalui sikap, cakapan serta
tokoh-tokoh dan mengembangkan watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-
Adapun metode yang dilakukan penulis yaitu dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penulis akan mendeskripsikan data untuk menemukan unsur-unsurnya. Studi untuk
menyusun proposal ini berupa pencarian referensi dari beberapa buku yang dapat dijadikan
acuan untuk menggali informasi yang aktual dan tetap berpegang pada prinsip representatif.
Selain berbagai buku apresiasi dan kajian Drama, penulis juga menggunakan media Maya untuk
mencari data yang relevan dengan pembuatan proposal.
Untuk memperoleh data, penulis menggunakan studi pustaka, yaitu teknik yang
Analisis struktur naskah yang dilakukan menurut Semi (1998) sebagai berikut.
(1) Menentukan tema berdasarkan hubungan persoalan yang diangkat dalam cerita.
(2) Menentukan alur (plot) berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam naskah.
(4) Menentukan latar berdasarkan tempat, urutan kronologis, dan latar sosial.
(5) Menentukan konflik berdasarkan peristiwa dan kapan konflik itu dibangun dalam
naskah.
Teknik penelitian yang digunakan dalam menganalisis struktur naskah drama Badai
Ratna, nyoman kutha, 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Santoso, Puji, 1993, Rancangan semiotika dan Pengkajian Susastra, Bandung: Angkasa.
Suwardi Endraswara. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori,
dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Harymawan. 1986. Dramaturgi. Bandung: Rosdakarya.
Situs: http://sastradewa.blogspot.com/2008/03/pengertian-fungsi-dan-ragam-sastra.html
Situs: http://she4us.blogspot.com/2009/07/kajian-drama-analisis-struktur-naskah.html
Situs: http://analisisdrama.wordpress.com/2008/05/30/teori-drama-sebuah-rangkuman-ringkas/