Anda di halaman 1dari 22

SUMUR TANPA DASAR

ARIFIN C. NOER

Bagian 1
SANDIWARA INI KITA MULAI DENGAN SUARA DETAK-DETIK
LONCENG YANG MENGGEMA MEMENUHI RUANG. SUARA DETAK-
DETIK INI BERJATUHAN SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA
MENIMBULKAN BERMACAM-MACAM ASOSIASI. SESEKALI DI SELA-
SELA SUARA INI MENYAYUP PANJANG LOLONG ANJING ATAU
SRIGALA YANG SEDANG MERAIH BULAN.
DI ATAS KURSI GOYANG JUMENA MARTAWANGSA BERGOYANG-
GOYANG SUNYL TAMPAK SESAK PERNAFASANNYA. SEKALI PUN
BEGITU, KEDUA MATANYA MASIH MENYOROTKAN PANDANGAN
YANG TAJAM, AMAT TAJAM. DAN DALAM KEADAAN SEPER
JUMENA KELIHATAN SEPERTI SEDANG MENGHITUNG DETAK-DETIK
LONCENG. SEJAK TADI, SEONGGOK KABUT BERDIRI DI
SAMPINGNYA MEMAINKAN SEHELAI TALI YANG SIAP UNTUK
MENGGANTUNG LEHER. AGAK BEBERAPA SAAT JUMENA
MENIMBANG-NIMBANG TALI ITU. KEMUDIAN KABUT ITU
MENDEKATKAN TALI GANTUNGAN ITU DAN JUMENA MENCOBA
MEMASANG PADA LEHERNYA. DIA TERTAWA.

Jumena
(tertawa) Kalau saya bunuh diri, sandiwara ini tidak akan pernah ada. Pergi!
(tertawa lagi)

Pembantu Tua(sambil pergi)


Terlalu bernafsu. Pucat sekali wajahnya.

Jumena
Kalau saya bisa percaya, saya tenang. Kalau saya bisa tidak percaya,
saya tenang. Kalau saya percaya dan bisa tidak percaya, saya tenang.
Tapi saya tidak percaya dan tidak bisa tidak percaya, jadi saya tidak
tenang. Tapi juga kalau saya tenang, tak akan pernah ada sandiwara
ini.

Euis
Akang

Jumena
Euis

Euis
Apa yang akang lihat?

Jumena
Kau

Euis
Kenapa?

Jumena
Akang Cuma ingin tahu apa Euis betul-betul cantik. (mendekati Euis)
Tapi memang betul-betul cantik.

Euis
Kenapa akang? Kenapa tiba-tiba murung, Akang?
Jumena
Umur Euis sekarang berapa?

Euis
Dua enam

Jumena
(Loncat ke atas kursi) Itulah sebabnya!

Euis
Percayalah akang. Euis akan tetap mencintai akang sekalipun umur
akang delapan puluh tiga tahun

Jumena
Betul?

Euis
Sumpah

Jumena
Kalau delapan lima?

Euis
Cinta
Jumena
Kalau seratus tujuh?

Euis
Euis akan tetap memilih akang

(Begitu melihat Marjuki, perhatian Euis beralih dan langsung


merangkulnya)

Jumena (kesal-sedih)
Bangsat. Kau rasak sendiri. Semuanya kau rusak sendiri

EUIS (Gemetar)
Tidak mungkin Juki

Juki
Mungkin saja

Euis
Tidak mungkin. Saya tidak bisa meninggalkan dia

Juki
Segalanya mungkin. Tidak ada yang tidak mungkin
Euis
Hati saya mulai bersuara lagi
Lolong anjing di kejauhan

Euis
Kau dengar anjing yang melolong itu?

Juki
Bukankah suara itu suara kita sendiri? Anjing yang melolong dan
menggonggong di bulan yang kuning

Euis (melangkah ke Jumena)


Tapi bagaimanapun, dia suami saya

Juki
Dan saya?

Euis (bersandar di paha Jumena)


Saya mencintai suami saya, seperti saya mencintai ayah saya sendiri

Jumena
Setiap kali dia berlebihan menciumi saya, terasa ciuman itu sebagai
niat pembunuhan
Juki (melangkah akan pergi)
Baiklah!

Jumena
Apa yang akan ia lakukan?

Euis (mengejar)
Marjuki!

Jumena
Saya kira begitu

Juki
Euis, musuh kita selama ini adalah perasaan. Kita harus
memusnahkannya.

Euis
Dia suami saya

Jumena
Apa yang diharapkan perempuan sebenarnya?

Euis
Seorang suami yang sangat mencintainya...
Jumena
Saya sangsi

Juki (semakin rapat merangkul Euis)


Euis, masih ingat pada Abu Nawas?
(Euis mengangguk)
Di tepi sebuah parit, raja berjongkok akan melaksanakan hajat
besarnya. Tapi baru saja berjongkok, baginda marah-marah dengan
dahsyat, sebab baginda melihat seonggok najis kampul-kumpul lewat
di bawah anusnya.

Jumena
Apa dia juga berdongeng seperti saya?

Juki
Maka tatkala dilaporkan bahwa najis yang terombang-ambing itu
adalah najis Abunawas, dipanggilnya Abunawas, “Abunawas!”

Jumena
“Hamba, tuanku”

Juki
“Bukankah kau bersalah?”
Jumena
“Bukankah sebaliknya tuanku?”

Juki
“Ha?” Mata raja melotot

Jumena
“Bukankah sebaliknya tuanku”

Juki
“Hamba ingin menang sebagai pemuja nomor wahid paduka” Kata
Abu Nawas “Saksikanlah kini, tuanku raja, sekarang terbuktilah
bahwa Abunawas si warga Baghdad yang paling takjim hormatnya.
Tidak saja orangnya suka mengiring ke mana ghaginda pergi, bahkan
najisnya pun mengiring najis rajanya”
(Jumena cemberut, sedangkan Euis terpingkal-pingkal)
Kenapa? Lucu?

Euis
Sangat amat lucu

Juki
Tidakkah Abunawas seorang yang cerdik

Euis
Tidak. Saya kain sekali, suami sayalah yang bersalah!
Juki
Kenapa kau bilang begitu?

Euis
Dia perakus. Mata duitan!

Pagi-pagi ia sudah pergi mengurus dagangannya, mengurusi pabrik-


pabriknya. Pulang- pulang jam dua, jam tiga, lalu selama beberapa
jam menghitung-hitung hartanya dan memandangi lemari hitamnya.
Setelah maghrib ia menulis atau membaca, lalu pergi. Pulang- pulang
jam sembilan, sebentar duduk-duduk minum teh atau kopi lalu
akhirnya kembali menghitung-hitung harta dan memandangi lemari
hitamnya. Itulah semuanya yang dikerjakannya secara rutin seperti
mesin, selama hampir lima tahun saya jadi istrinya.

Jumena
Lalu apa yang diharapkan dari saya? Duduk-duduk menghabiskan
waktu di bawah bulan seperti dalam film-film itu? Saya sudah Bosan!.
Apa dia piker semuanya akan bisa diselesaikan hanya dengan
senyum-senyum dan tiduran berbaring-baring di atas ranjang?

Euis (merangkul Juki)


Tidak,. Bukan salah saya kalau saya serong dengan lelaki lain

Jumena
Mungkin. Tapi pasti bukan juga salah saya
Juki
Sudah! Keduanya sama tidak penting

Euis
Maksudnya apa??

Juki
Tidak perlu kita mempertimbangkan keduanya. Kita hanya harus
cepat mempergunakan setiap kesempatan kalau kita ingin berhasil
dalam hidup. Dan saya selalu begitu

Bagian 2
PEMBANTU TUA MUNCUL MEMBAWA MAKANAN

Pembantu Tua
Lebih baik makan malam dulu, gan

Jumena (masih melayang pikirannya)


Saya kira....

Pembantu Tua
Di sini atau di ruang makan, gan? Di sana banyak anginnya, lebih
baik di sini saja
Jumena
Saya kira...

Pembantu Tua
Oh iya gan, tadi pak Warya ke sini

Jumena (segera)
Ada apa?
Pembantu Tua
Sengaja menengok agan

Jumena
Sekarang, dimana dia?

Pembantu Tua
Sudah pulang satu jam yang lalu

Jumena
Kenapa dia tidak di sarah masuk? Apa dia ikut mogok seperti yang
lain?

Pembantu Tua
Saya kira tidak begitu. Pak Warya hanya tidak mau mengganggu agan
tidur. Nyai bilang sejak sore, agan tidur nyenyak setelah hampir tiga
hari sukar tidur. Nyai juga bilang agan mulai lega napasnya. Setelah
tidur banyak harus makan banyak, gan, biar lekas sembuh
Bagian 3
MUNCUL WARYA DAN EMOD. KEDUANYA
MENGUTARAKAN SESUATU YANG SANGAT MENDESAK
KEPADA JUMENA DENGAN KERAS TANPA SUARA. SETELAH
BEBERAPA LAMA, PEMBANTU TUA ITU MENINGGALKAN
RUANGAN ITU. TETAPI IA KEMBALI MENDEKATI JUMENA,
KETIKA JUMENA TIBA-TIBA BERBICARA KERAS SEKALI
DAN MARAH. PEMBANTU TUA DENGAN RASA
KEIBUANNYA MEMIJAT-MUJAT BAHU JUMENA

Jumena
Mau diapakan lagi? Saya tidak akan merobah keputusan saya. Saya
tidak mau. Saya tetap tidak akan memberikan biar segopeng pun.
Berapa kali sudah saya bilang sejak kalian jadi pengawas kedua
bahwa standar gaji yang ada sekarang cukup baik, adil untuk semua
pihak. Prinsip saya cukup realistis karena berdasarkan kebutuhan riil
tiap-tiap keluarga. Lagipula saya sudah menghitung dengan cermat
berapa setiap keluarga menghabiskan biaya setiap bulan dan berapa
sisa yang bisa ditabung

Emod
Maaf gan, tapi saya kira kebisaaan orang lain. Juga sifat orang.
Maksud saya mungkin saja gaji yang diterima seseorang cukup besar
tapi bukan tidak mungkin ada saja orang yang menganggapnya masih
kurang.

Jumena
Itu karena umumnya semua orang boros. Saya yakin itu.
Emod
Tapi ini keadaan istimewa, gan, Maksad saya tidak setiap kali orang
mengadakan pesta perkawinan

Jumena
Dengarkan. Kalau orang mau hemat dan rajin menabung, niscaya
tidak akan mengalami kekurangan biar segobang pun.

SEMENTARA JUMENA BERBICARA. SEPANJANG ITU


SEORANG DEMI SEORANG PARA PEKERJA. PADA WAJAH
MEREKA HANYA TAMPAK TUNTUTAN- TUNTUTAN
MEREKA. MAKA BEGITU SELESAI JUMENA BICARA
SERENTAK MEREKA SEMUA BICARA, SANGAT KERAS DAN
SANGAT KERAS. BAHKAN KETIKA MEREKA SUDAH
MENINGGALKAN RUANG ITU MASIH TERDENGAR HIRUK
PIKUK ITU. DI TENGAH SUARA GADUH ITU JUMENA
BERTERIAK “Pemboros semua! Pemalas! Kerbau! Kambing!”
SAMBIL MENGHALAU MEREKA DAN MEREKA KELUAR

Bagian 4
JUMENA TERKAPAR DI LANTAI WAJAHNYA MENDONGAK
TEGAK KE LANGIT-LANGIT EUIS MUNCUL DAN TERKEJUT
MELIHAT SUAMINYA SEDANG BATUK-BATUK PARAH

Euis
Akang (menghampiri suaminya)

Jumena (segera bangkit)


Tidak apa-apa. Tidak apa-apa
Euis
Sebaiknya akang makan. Euis tadi ngaji. Ini kan malam Jumatan

DETAK-DETIK LONCENG LANTANG BERATUS LELAKI DAN


PEREMPUAN TERDENGAR DARIMANA-MANA. DI PENTAS
TERJADI HIRUK PIKUK. KEMUDIAN TIBA-TIBA DI SELA-
SELA HIRUK- PIKUK TERDENGAR JERITAN SEORANG
PEREMPUAN DAN BEBERAPA SUARA MENERIAKKAN
“PEMBUNUHAN! PEMBUNUHAN!” KETIKA KUMPULAN
ORANG ITU TIDAK TERDENGAR LAGI, TERTINGGAL DUA
ORANG. KEDUANYA PENUH RAHASIA MEREKA MARKABA
DAN LODOD

Jumena
Siapa mereka?

Markaba (sambil tertawa)


Saya Jumena

Lodod (ikut tertawa)


Saya juga Jumena

SAMBIL TERTAWA-TAWA, KEDUANYA PERGI ENTAH


KEMANA. KEMUDIAN JUMENA BERKELUH PANJANG
SEKALI. SETELAH AGAK LAMA, DIA MULAI MERASA
ENAKAN, SEDIKIT LEGA.
Jumena
Euis berapa belanja kita hari ini?

Euis
Akang lagi sakit, kenapa mesti urus juga tetek bengek semacam itu?

Jumena
Bukan tetek bengek, tapi uang. Dan saya tidak pernah sakit untuk
urusan uang.

(Euis melangkah menjauhi Jumena)

Jumena
Hati-hati Euis

Euis
Hati-hati kenapa sih

Jumena
Marjuki

Euis
Marjuki? Kenapa lagi dengan Marjuki?

Jumena
Dia tampan kan?

Euis (mendekati Jumena)


Memang kenapa? Akan cemburu ya?

Jumena
Heh... cemburu? Buat apa? Saya hanya tidak suka milik saya
diganggu orang

(keduanya diam. Masing-masing terpaku oleh pikiran dan


perasaannya sendiri-sendiri)
Saya betu-betul tahu sekarang, saya sudah mulai tua. (Lirik hampir
mendesah seperti bercampur tangis tua) Tidak ada orang yang
mencintai saya. Tidak siapapun dan apapun yang mencintai saya

Euis
Akang yang tidak pernah mau mencintai saya. Selama empat tahun
Euis mencoba meyakinkan akang betapa Euis mencintai akang,
betapa.....

Jumena
Berhenti kau bicara. Saya tidak mau kalau... kalau .... Ah, lupakan
semuanya. Lebih baik kau bawa pergi makanan ini ke dapur.

EUIS MEMBAWA MAKANAN MASUK KE DALAM

Bagian 5
DETAK-DETIK LONCENG LANTANG, JUMENA KEMBALI
DISIKSA PIKIRANNYA SENDIRI

Jumena
Jangan terus-terusan kau siksa aku seperti ini. Tuhan.

(Muncul pemburu, Lodod, dan Markaba)

Jumena
Pergi kalian!

Lodod
Dia mengusir kita
MARKABA TERTAWA, LODOD TERTAWA

Jumena
Mau apa kalian?! Pergi! Pergi!

Pemburu
Jangan hiraukan, tidurlah

Jumena
Saya tidak mau tidur, mereka akan membunuhku!

Pemburu
Bodoh, kalau sampai mereka bisa membunuh kau. Tidurlah. Buat apa
kau pusingkan, toh kau akan mati juga sekalipun bukan mereka yang
membunuh kau

Jumena
Saya ingin tentram

Pemburu
Tidurlah

Jumena
Saya tidak bisa
Lodod
Dia ingin tentram tapi dia tidak mau tentram (Tertawa)

Pemburu
Diam semua!

(Muncul Euis dan Juki)

Markaba
Jangan di sini

Lodod
Di bawah ranjang saja
Markaba
Jangan. Nanti ketahuan. Di gudang saja

Lodod
Tapi disana banyak tikus

Semua
Ssstt

Markaba
Di bawah ranjang saja

Bagian 6
JUKI DAN EUIS MASUK KE BAWAH RANJANG DAN
KEMUDIAN BERSETUBH DI SANA. SEMENTARA ITU. WARYA
DAN EMOD MENGENDAP-ENDAP MEMBAWA SESUATU
SEMACAM GONI PADAT BRISI; CUMA LEWAT. PEMBANTU
TUA MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DI KAKI
KURSI GOYANG. MARKABA DAN LODOD MENCABUT
PIGURA KOSONG ITU DAN MEMBAWANYA KE JUMENA.
SETELAH CUKUP LAMA JUMENA MEMANDANGI PIGURA
ITU, PADA SAAT ITU MUNCUL SABARUDDIN DAN
BERBICARA PADA JUMENA TANPA SUARA. LELAKI INI
BEBERAPA TAHUN LEBIH MUDA DARIPADA JUMENA.

Sabaruddin
Jum, kau sebenarnya hanya capek, terlalu capek. Rupanya kau tidak
pernah istirahat. Rupanya selama ini kau hanya bekerja dan bekerja,
berpikir dan berpikir. Dua puluh tahun lalu ketika pertama kali saya
kenal kau ketika untuk pertama kalinya kau membuka sawah dan
lading di sini, bahkan sampai saat kau mulai usaha di bidang
pertenunan, saya selalu melihat kau sebagai lelaki yang paling
bersemangat dan paling bergembira di kota ini. Waktu itu, bahkan kau
sendiri mengatakan bahwa hidup di sini cocok untuk kau sebab kota
ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Sejak dulu saya cemburu
melihat bagaimana kau seolah menjadi satu dengan usaha-usaha kau.
Terus terang waktu itu saya membayangkan betapa bahagianya kau.
Tapi hanya satu yang saya sangsikan, yaitu sempatkah kau mengecap
hidup ini?

Jumena
Tidak. Tidak pernah dapat. Banyak kesempatan untuk itu, tapi
memang hidup saya tidak dapat mengecap hidup ini

Sabaruddin
Masuk akal, sebab seluruh waktu hanya kau isi dengan kerja dan
berpikir, maksud saya memecahkan persoalan perusahaan-perusahaan
kau. Kau memiliki sawah tapi tidak pernah menikmati sawah, kau
hanya menikmati uangnya. Bahkan saya sangsi kau bisa menikmati
uang Saya kira kau hanya sempat menghitung-hitung uang seperti
juru hitung. Beberapa tahun terakhir malah saya, berani memastikan
kau tidak bahagia

Jumena
Saya kira bukan maksud kau membicarakan hal-hal semacam itu
maka saya harapkan kedatangan kau. Memang saya memerlukan
teman berbicara, tapi saya kira ada persoalan yang mungkin lebih
penting daripada itu

Sabaruddin
Ada baiknya kau melancong ke tempat lain

Jumena
Saya akan membangun kembali masjid kota ini
(Sabaruddin diam tidak percaya)
Kenapa? Kau tidak percaya?

Sabaruddin
Tidak lama lagi kau akan dapat menghisap udara pagi kau kembali.
Tidak lama lagi kau akan kembali mengetahui berapa harga sinar
surya kala pagi

Jumena
Saya akan kembali merasakan betapa sejuknya air yang membasahi
badan kalau saya sedang Mandi

Sabaruddin
Suatu pagi, jalan-jalanlah telanjang kaki, nanti kau akan dapat juga
merasakan betapa nikmatnya kaki kita menginjak basah rerumputan
dan batu-batu kerikil sementara angin tipis mengusap-usap lembut
hidung dan telinga
PEMBURU MENEMBAKKAN SENAPANNYA. DAHSYAT
LETUSANNYA

Jumena
Suara apa itu?

Sabaruddin
Seperti lumrahnya, sehelai daun gugur

Jumena
Saya kira suatu bom

(Jumena berdiri sambil bercucuran darah)

Jumena
Sebentar lagi ajal akan menjemputku. Ajalku akan membawaku ke
dunia yang baru. Sebentar lagi saya akan sampai ke dunia saya yang
abadi. Selamat tinggal semuanya!

Anda mungkin juga menyukai