DOSEN
DISUSUN OLEH
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan
rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Analisis Stilistika Puisi Sutardji Calzoum Bachri”
ini dapat diselesaikan dengan maksimal tanpa halangan yang berarti. Karya tulis ilmiah ini
disusun sebagai pengganti ujian akhir mata kuliah Stilistika yang diampu oleh Professor Dr.
Muhammad Darwis, M.S.
Makalah ini berisi analisis stilistika pada puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri. Makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan sumber yang
tak dapat disebutkan satu per satu. Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya. Kendati telah disusun secara maksimal, namun kami sebagai manusia biasa menyadari
bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan karya ilmiah ini, baik dari segi ejaan,
kosakata, tata bahasa, etika, maupun isi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi.
Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan
manfaat dan tambahan pengetahuan bagi pembaca sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................................ 2
BAB V SIMPULAN.............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stilistika merupakan cabang ilmu yang mempelajari gaya bahasa. Gaya bahasa yang
dimaksud berupa gaya bahasa lisan dan tulisan. Gaya bahasa lisan dapat ditemukan dalam bahasa
sehari-hari, pidato, khotbah, orasi, diskusi, debat, ceramah, atau presentasi. Gaya bahasa tulisan
dapat ditemukan dalam karya sastra (puisi, prosa, drama), karya ilmiah (makalah, proposal,
skripsi, jurnal), dan karya jurnalistik (tajuk, esai, opini, berita). Makalah ini secara khusus
membahas gaya bahasa tulisan, khususnya dalam karya sastra puisi.
Beberapa ahli stilistika dalam definisinya menjadikan karya sastra sebagai objek kajiannya.
Penetapan ini didasarkan pada hakikat karya sastra yang bersifat estetis atau indah. Kajian
stilistika dikhususkan pada karya sastra puisi sebab puisi merupakan cabang sastra yang
bahasanya paling bergaya. Puisi merupakan sebuah narasi yang dipadatkan dan transkrip
mengikuti konsep persajakan, sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan menjadi tersirat
oleh karena pemadatan kata dan makna. Selain itu terdapat pula penyimpangan-penyimpangan
kaidah bahasa yang membuat makna puisi menjadi kabur. Hal ini biasanya disebabkan oleh
makna ganda yang dihasilkan oleh bahasa kiasan.
Puisi yang dianalisis dalam makalah ini merupakan puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri
(selanjutnya disebut SCB) dalam kumpulan puisinya O Amuk Kapak. Pilihan ini ditetapkan
mengingat SCB memiliki ciri khas terkait penggunaan bahasa dalam puisinya. Puisinya yang
banyak dikenal masyarakat ialah puisi Tragedi Winka Sihka, yang di dalamnya hanya berisi
empat kata, yakni kawin, kasih, winka, sihka, dengan tipografi zig-zag. Kelainan kebahasaan
tersebut juga ditemukan pada puisi-puisi SCB lainnya. Bentuk-bentuk tidak biasa tersebut
menjadikan puisi-puisi SCB sebagai ladang subur dalam pengkajian stilistika. Dalam makalah
ini, kelainan-kelainan kebahasaan pada puisi-puisi SCB yang akan dibahas ialah kelainan
kebahasaan leksikal dan kelainan bahasa gramatikal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi kelainan kebahasaan puisi SCB berdasarkan pilihan leksikal?
2. Bagaimana klasifikasi kelainan kebahasaan puisi SCB berdasarkan penyimpangan
gramatikal?
1
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui klasifikasi kelainan kebahasaan puisi SCB berdasarkan pilihan leksikal.
2. Mengetahui klasifikasi kelainan kebahasaan puisi SCB berdasarkan penyimpangan
gramatikal.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
muncullah bentuk-bentuk metafora dan majas lainnya yang menjadi bungkusan gaya dalam
suatu karya sastra.
2. Gaya Bahasa sebagai Penyimpangan
Gaya sebagai penyimpangan dilakukan pengarang dengan intensi memperoleh efek
estetika yang sukar didapatkan apabila terikat dengan kaidah ketatabahasaan. Kaidah-kaidah
yang berlaku dianggap membatasi pengarang dalam menuangkan perasaannya, pun
membatasi keindahan-keindahan yang hendak digambarkan. Oleh karena itu, penyimpangan
terjadi untuk memenuhi syarat estetika karya sastra, seperti persamaan rima atau penciptaan
suasana gaib.
3. Gaya Bahasa sebaga Variasi Kebahasaan
Gaya sebagai variasi kebahasaan berkaitan erat dengan gaya sebagai pilihan. Dalam
perbendaharaan kata-kata, terdapat banyak variasi kata yang digunakan dalam situasi-situasi
tertentu. Misalnya, antara kata cantik, rupawan, dan elok. Keempat kata tersebut merupakan
variasi kata yang tidak membedakan arti, namun membedakan makna. Apabila pengarang A
menggunakan variasi rupawan dalam puisinya, sedangkan B menggunakan variasi kata elok.
Kedua variasi kata tersebut termasuk gaya bahasa.
4. Gaya Bahasa sebagai Pilihan Kemungkinan
Seperti yang telah disebutkan di atas, gaya sebagai variasi bahasa berkaitan erat dengan
gaya sebagai pilihan. Sebab tidak mungkin ada pilihan apabila tidak ada variasi bahasa yang
tersedia. Dikatakan gaya sebagai pilihan sebab variasi kata yang dipilih pengarang
menghasilkan atau menciptakan sebuah gaya. Seperti pada contoh pengarang A dan
pengarang B. Pengarang A dan B memilih variasi kata rupawan dan elok karena kata tersebut
lebih bergaya dibandingkan kata cantik.
4
Bahasa sastra merupakan bahasa yang kontras dengan bahasa sehari-hari. Perbedaan
keduanya memang disengaja, sebagai bentuk mengejar efek estetis. Dalam bahasa sastra,
terdapat banyak penyipangan dari bahasa sehari-hari yang umum digunakan. Penyimpangan ini
dimaklumi (oleh sebab lisensi poetika) dan dianjurkan apabila pengarang ingin menghasilkan
puisi yang berkesan. Karena penyimpangan yang dilakukan merupakan kesengajaan,
penyimpangan-penyimpangan tersebut membentuk pola-pola. Pola-pola yang dimaksud ialah
pola pelesapan (afiks, reduplikasi, kata majemuk), pola pertukaran (afiks), pola analogi, pola
variasi sinonim/bentuk, dan pola inkorporasi.
5
BAB III
METODE PENGUMPULAN DAN PENGANALISAN DATA
A. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui sumbernya
dengan melakukan penelitian ke objek yang diteliti (Umar, 2003: 56).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti,
misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini
diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku,
diperoleh berdasarkan catatan – catatan, diperoleh dari internet yang berhubungan dengan
penelitian (Sugiyono, 2005: 62).
Sumber data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder, yakni melalui studi literatur
buku kumpulan puisi O Amuk Kapak karya Sutardji Calzoum Bachri.
6
4. Metode Kuesioner (Angket)
Metode kuesioner atau angket merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pertanyaan dan menyediakan opsi jawaban.
5. Metode Dokumenter
Metode dokumenter merupakan metode pengumpulan data melalui catatan-catatan
tertulis seperti jurnal atau literatur-literatur.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini ialah metode
dokumenter. Data diperoleh melalui catatan tertulis, seperti jurnal, artikel, dan buku.
7
BAB IV
HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN
8
mabuk matari menterjemahkan → melambaikan
mendaki gunung menyeka matari menerjemahkan orang-orang tanpa
mabuk (Para membujuk bulan siapa dapat pelabuhan
5.
Peminum, hlm. (Perjalanan Kubur, menterjemahkan melambaikan
123) hlm. 117) perih? (Berdarah, tangan (Kubur,
hlm. 124) hlm. 114)
perih hyang taik → feses; kotoran almanak
kulayarkan sirip Hyang tak jadi aku sedih kau jadi kapak hitam
6. sirip perih datang sayangku taik (Daging, hlm. menakik almanakku
(Kukalung, hlm. (Hyang Tak Jadi, 127) (Berdarah, hlm.
126) hlm. 48) 124)
luka kelamin zaman membilang → kuterjemahkan
kakiku luka, luka siapa tegang? mengatakan kuterjemahkan
7. kakiku (Belajar kelamin zaman tujuh puncak tubuhku ke dalam
Membaca, hlm (Siapa, hlm. 129) membilang bilang tubuhmu (Satu,
133) (Walau, hlm. 131) hlm. 132)
Selain kosakata-kosakata pilihan di atas, ada pula teks mantra yang termasuk dalam kosakata
khusus/kompleks:
hei Kau dengar menteraku
Kau dengar kucing memanggilMu
izukalizu
mapakazaba itasatali
tutulita
papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu
tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco
zukuzanggazegezegeze zukuzangga zege
zegeze zukuzangga zegezegeze zukuzang
ga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zu
kuzangga zegezegeze aahh .... !
nama nama kalian bebas
(hlm. 68)
9
sinonim/bentuk kata, pola analogi, pola inkorporasi, dan pola transposisi. Dalam Puisi SCB, O
Amuk Kapak, pola-pola penyimpangan yang ditemukan ialah pola pelesapan afiks, pola
pertukaran, pola variasi urutan kata, pola variasi sinonim/betuk kata, dan pola transposisi.
1. Pola Pelesapan
Pola pelesapan termasuk di dalamnya pelesapan morfem, afiks, unsur reduplikasi, dan
unsur frasa/klausa. Pelesapan dilakukan untuk menciptakan gaya-gaya tertentu yang
membedakannya dari bahasa sehari-hari. Bentuk-bentuk pelesapan dalam puisi-puisi SCB
dilihat pada data-data berikut ini.
a. Pelesapan Satuan Me Morfem Meng-
Bahasa Puisi Bahasa Publik
(1) nyeberangkan < -- menyeberangkan
dapatkau nyeberangkan sungai (Dapatkau, hlm. 21)
(2) nenggelamkan <-- menenggelamkan
neggelamkan ranjang dengan kasihnya (Orang Yang Tuhan, hlm. 52)
(3) ngisap < ----------- mengisap
aku telah ngisap kalian (Amuk, hlm. 70)
b. Pelesapan Prefiks
Bahasa Puisi Bahasa Publik
(4) senyum < ---------- tersenyum
bulan senyum (Mana Jalanmu, hlm. 18)
(5) pijak < ------------- berpijak
herman tak bisa pijak di bumi (Herman, hlm. 31)
(6) bantalkan < ------- berbantalkan
istirahatlah! bantalkan telapak tangan (Biarkan, hlm. 35)
c. Pelesapan Sufiks
Bahasa Puisi Bahasa Publik
(7) mengharap < ----- mengharapkan
gunung taklagi mengharap langit (Hyang Tak Jadi, hlm. 49)
(8) mencipta < ------- menciptakan
menunggu tuhan mencipta kucingku (Kucing, hlm. 88)
(9) menghias < ---------- menghiasi
10
menghias arang jam (Sajak Bab III, hlm. 106)
d. Pelesapan Morfem dari Kata Reduplikasi
Bahasa Puisi Bahasa Publik
(10) dedaunan < ------- daun-daunan
dedaunan harap (Mana Jalanmu, hlm. 18)
(11) berpura < ------- berpura-pura
sementara mereka berpura membiarkan kita (Malam Pengantin, hlm. 50)
(12) berjuta < --------- berjuta-juta
dan kau telah menapakkan berjuta jejakMu dalam hidupku (Amuk, hlm. 71)
e. Pelesapan Morfem dari Klausa/Frasa
Bahasa Puisi Bahasa Publik
(13) siapa kau bawa? < ------ siapa yang kau bawa
hei jalan siapa kau bawa (Mana Jalanmu, hlm.18)
(14) asap keluar pintu < ------ asap keluar dari pintu
asap keluar pintu (Obladi Oblada, hlm. 43)
(15) di hatimu di hatiku < ---- di hatimu dan di hatiku
apa yang melekat di hatimu di hatiku (Obladi Oblada, hlm. 43)
2. Pola Pertukaran Afiks
Pola pertukaran afiks dilakukan secara sadar dan sengaja oleh pengarang. Salah satu
tujuannya iala perulangan sajak yang menimbulkan rima, atau apabila afiks yang
dipertukarkan memiliki makna serupa hanya saja tidak tepat penggunaannya dalam kaidah
bahasa Indonesia.
Bahasa Puisi Bahasa Publik
a. beringin < ----------- keinginan
dengan seribu beringin ingin tak teduh (Batu, hlm. 22)
b. bersendiri < --------- menyendiri
kita benarbenar taklagi bisa bersendiri (Malam Pengantin, hlm. 50)
c. sejemput < --------- menjemput
dan kini dia minta tuhan sejemput saja (hlm. 58)
3. Pola Variasi Urutan Kata
11
Pada umumnya, pola urutan kata dalam bahasa Indonesia adalah pola DM, yakni pola
dijelaskan-menjelaskan. Penyimpangan pola urutan ini dilakukan demi menimbulkan efek
estetis atau untuk menjaga keselarasan rima.
Bahasa Puisi Bahasa Publik
a. dupa rupa (MD) < ----------- rupa dupa (DM)
dalam dupa rupa (Mantera, hlm. 20)
b. sia-sia segala (MD) < ---------- segala(nya) sia-sia (DM)
sia-sia segala (Malam Pengantin, hlm. 50)
c. lapar kucingku (P/S) < ----- kucingku lapar (S/P)
tak kenyang berapa juta lapar lapar kucingku (Amuk, hlm. 57)
4. Pola Variasi Sinonim/Bentuk Kata
Penyimpangan ini termasuk dalam gaya sebagai variasi kebahasaan dan pilihan
kemungkinan. Tersedia berbagai variasi kata (penanda) yang dapat digunakan untuk
menggambarkan satu hal yang sama (petanda), dan variasi yang dipilih menunjukkan gaya
yang dimiliki pengarang dalam menuliskan puisi-puisinya.
Bahasa Puisi Bahasa Publik
a. kasikan < -------------- berikan
bulan di atas kolam kasikan ikan! (hlm. 17)
b. diketatkan < ------------ dieratkan
mengapa peluk diketatkan sedang hati tak sampai (Batu, hlm. 22)
c. menyorongkan < ------ menyodorkan, menyampaikan
dan menyorongkan salamnya padamu (Orang yang Tuhan, hlm. 53)
5. Pola Transposisi
Pola transposisi merupakan salah satu pola penyimpangan fungsi kategori kata. Pola ini
memperlakukan nomina sebagai adjektiva dengan menggunakan kata-kata bantu seperti
paling, yang, atau lebih.
Bahasa Puisi Bahasa Publik
a. paling duri < ------ paling berduri
yang paling duri (Solitude, hlm. 37)
b. yang tuhan < -- yang bertuhan; yang seperti tuhan
orang yang tuhan gelasnya oleng karena ombak tuak (Orang Yang Tuhan, hlm. 52)
12
c. begitu darah < --- sangat berdarah; begitu banyak berdarah
aku begitu darah! (Berdarah, hlm. 124)
13
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan pengkajian dan analisis yang dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut.
1. Kelainan kebahasaan puisi SCB berdasarkan pilihan leksikal antara lain penggunaan
kosakata-kosakata khusus/kompleks, seperti ngiau, obladi oblada, winka sihka, dan beberapa
kata dalam teks mantra, serta penggunaan kata gaul atau tidak baku, seperti lobang, taik,
nekad, dan membilang. Selebihnya, pengarang tetap menggunakan kosakata-kosakata yang
umum/sederhana dan baku/formal.
2. Kelainan kebahasaan puisi SCB berdasarkan penyimpangan gramatikal merupakan
penyimpangan berpola, dengan pola-polanya antara lain pola pelesapan, pola pertukaran
afiks, pola variasi urutan kata, pola variasi sinonim/bentuk kata, dan pola transposisi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bachri, Sutardji Calzoum. (1981). O Amuk Kapak. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Darwis, M. (2002). Pola-pola Gramatikal dalam Penulisan Puisi Indonesia. Linguistik Indonesia,
20(1), 91-100.
_________. (2009, Juli). Kelainan Ketatabahasaan dalam Puisi Indonesia: Kajian Stilistika.
Dalam Seminar Serumpun IV UKM UNHAS, Selangor Malaysia.
Gulö, W. (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Helaluddin, Hengki Wijaya. (2019). Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan Teori dan
Praktik. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.
Junus, Umar. (1989). Stilistik: Suatu Pengantar. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Leech, Geoffrey N. (1981). Style In Fiction: A Linguistic Introduction To English Fictional
Prose. New York: Longman.
Santoso, Imam. (2017, 1 Juni). Jenis Data, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data.
Oldata.blogspot.com. Diperoleh dari http://oldata.blogspot.com/2017/06/jenis-data-
sumber-data-dan-metode.html
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis (Edisi 1). Bandung: CV Alfabeta.
Umar, Husain. (2003). Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
15