Anda di halaman 1dari 1

KARAKTERISTIK KARYA SASTRA PERANAKAN CINA

Karya sastra Indonesia pada saat periode peranakan Cina lebih condong pada
pembahasan tentang maraknya perkawinan berbeda etnis, perantauan, serta peran
politik Cina di Indonesia. Belum lagi tentu saja tentang pembahasan yang
menggambarkan betapa hebatnya pengaruh masyarakat etnis Tionghoa dalam
menguasai perdagangan di Indonesia.

Sastra Melayu Tionghoa dinilai benyak mengandung unsur porno dan tidak
mendidik. Maka dari itu, Balai Pustaka pun menolak untuk menerbitkan salah satu
judul karya sastra peranakan Cina, yaitu Bunga Roos dari Cikembang oleh Kwee Tak
Hoay. Kasus yang dibicarakan dalam kebanyakan sastra peranakan Cina menyangkut
pautkan dengan kisah pergundikan atau prostitusi wanita.

Dari segi bahasa yang digunakan, pada roman Bunga Roos dari Cikembang
dan karya sastra lainnya adalah Melayu Rendah (bahasa Melayu pasaran) dan juga
bercampur dengan bahasa Sunda serta Betawi dalam dialognya.

Anda mungkin juga menyukai