Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN BUKU

KESUSASTRAAN TIONGKOK DARI MASA KE MASA

CHINESE CULTURE: LITERATURE


Li Chunyu:Beijing: Tiongkok Intercontinental Press, 2014 + 233 hlm.1

Wabilia Husnah
Pusat Penelitian Sumber Daya Regional-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
E-mail: wabilia_husnah@yahoo.com

PENDAHULUAN memiliki kekhasan dan posisi yang berbeda di


Chinese Culture: Literature merupakan tengah masyarakat. Kesusastraan, bagi penduduk
versi Inggris dari buku berjudul 中国文化·文 Tiongkok merupakan elemen penting yang
学; Zhōngguó wénhuà•wénxué. Buku karya Li tidak dapat dilepaskan dari kehidupan mereka.
Chunyu ini merupakan buku yang sangat berguna Kesusastraan telah berkembang di Tiongkok,
untuk bisa memahami kesusastraan Tiongkok, mengakar dalam jiwa penduduk Tiongkok, dan
baik klasik, modern hingga kontemporer. Secara menciptakan identitas budaya bangsa Tiongkok.
singkat, buku yang diterbitkan pada tahun 2014 Peran kesusastraan semakin kuat pada awal abad
ini memperkenalkan perkembangan kesusastraan ke-20. Ia telah bertransformasi menjadi alat untuk
Tiongkok dari masa ke masa. Dalam buku menunjukkan peningkatan status Tiongkok di
setebal 233 halaman ini Li Chunyu menampilkan dunia internasional.
beberapa penulis terkenal pada setiap masa di
Tiongkok, serta beberapa contoh karya fenomenal KESUSASTRAAN TIONGKOK
mereka dan analisis penulis mengenai karya- KLASIK
karya tersebut. Dari karya-karya mereka inilah Kesusastraan Tiongkok klasik banyak
pembaca tidak hanya mendapatkan pengetahuan dipengaruhi oleh Konfusianisme, Budhisme, dan
mengenai perkembangan sastra Tiongkok, namun Taoisme. (Li, 2014, 14) Konten dari kesusastraan
juga bisa memahami faktor eksternal dan internal ini lebih banyak mengekspresikan emosi melalui
dari penciptaan karya-karya tersebut, mulai dari simbol-simbol, idiom, dan permainan kata-kata.
kondisi politik dan ekonomi Tiongkok hingga Bahasa yang banyak digunakan pada masa ini
kondisi batin penulis. adalah bahasa Tiongkok klasik yang elegan,
Selama 3.000 tahun, kesusastraan di sederhana, singka,t dan berbeda dengan bahasa
Tiongkok terus berkembang. Dalam bukunya, sehari-hari. Hal inilah yang memperindah
Li Chunyu membagi kesusastraan Tiongkok ke kesusastraan Tiongkok klasik. Pada masa ini,
dalam tiga periode, yakni kesusastraan Tiongkok puisi, esai, novel, dan drama adalah genre yang
klasik, kesusastraan Tiongkok modern, dan paling berkembang. Di antara semua genre
kesusastraan Tiongkok kontemporer. Dalam tersebut, puisi dan esai memegang peranan yang
setiap periode tersebut, kesusastraan Tiongkok sangat penting, bahkan kemampuan menulis

1 Terimakasih kepada Dr. Cahyo Pamungkas, Peneliti Madya bidang Sosiologi Puslit. Sumber Daya Regional-LIPI yang telah memberikan
saran dan masukan dalam penulisan tinjauan buku ini

81
puisi ataupun menulis artikel menjadi barometer pemerintahannya ke daerah Hangzhou di selatan,
penerimaan pegawai melalui ujian negara. sehingga kemudian drama yang muncul pada
Sementara novel dan drama menjadi karya-karya masa pemerintahan dinasti Song dikenal dengan
sastra informal yang memiliki derajat yang rendah nama drama selatan. Salah satu drama selatan
dalam sastra Tiongkok klasik. yang terkenal adalah The Injustice to Dou E
karya Guan Hanqingyan, yang menggambarkan
Salah satu essai yang sangat terkenal pada
kegelapan dan ketidakadilan pada dinasti Yuan,
masa Tiongkok klasik adalah Kitab Analek
serta mengkritik moral dan kebiasaan hidup
Konfusius. Kitab ini berisi seluruh perkataan
sistem feodal. Pada masa dinasti Yuan, drama
yang diajarkan oleh Konfusius, yang mengajarkan
cenderung bersifat puitis. Salah satu drama yang
sistem politik, standar moral, dan pendidikan
terkenal adalah Romance of the West Chamber
etika. Kata-kata yang digunakan dalam kitab
karya Wang Shifu, yang berusaha menampilkan
ini cenderung datar, implisit, dan kaya makna,
kode etik feodal dan kisah mengenai kesulitan
dengan menggunakan gaya penulisan tanya
dalam kebebasan menikah. Sementara, pada
jawab. Dogma dan pandangan Konfusius tersebut
masa dinasti Ming dan Qing cerita yang banyak
kemudian menjadi dominan dalam masyarakat
diangkat adalah kisah-kisah legenda. Drama
Tiongkok dan menjadi dasar ideologi untuk aturan
pada masa ini lebih kompleks dan skripnya
dalam mengontrol masyarakat. (Xu, 2007, 93)
lebih panjang daripada drama terdahulu. Tidak
Selain itu, ada juga catatan sejarah karya Sima
mengherankan, karena biasanya drama pada masa
Qian, yang berisi biografi keluarga kerajaan,
dinasti Ming dan Qing ditulis oleh para sarjana,
biografi penguasa-penguasa, biografi orang-orang seperti seorang cerdik cendikia bernama Tang
terkenal, serta tabel kronologi kejadian-kejadian Xianzu yang mengarang The Peony Pavilion.
penting dan tabel kronologi orang-orang penting
yang ditulis secara sangat subjektif tanpa menilai Novel menjadi hal yang tidak bisa
baik dan buruknya seseorang. dipisahkan dari perkembangan kesusastraan
Tiongkok klasik. Novel berkembang di Tiongkok
Sementara itu, puisi pada masa Tiongkok diawali dari orang-orang Tang (618-907 M) yang
klasik tumbuh subur bagaikan jamur di musim mulai terbiasa untuk menulis novel, termasuk
penghujan. Setiap daerah memiliki ciri khas legenda dinasti Tang. Kemudian, muncul naskah-
masing-masing dalam pembuatan puisi. Periode naskah dongeng dari para pendongeng pada
yang berbeda pun menghasilkan puisi dengan dinasti Song dan novel-novel tertulis pada dinasti
karakteristik yang berbeda pula. Misalnya, puisi Ming (1368–1644 M). Selanjutnya, muncul
dinasti Tang (618-907 M) bersifat lebih emosional novel berdasarkan babak-babak pada dinasti
ketimbang puisi Ci pada dinasti Song (960–1279 Ming (1368–1644 M) dan Qing (1644–1911 M),
M) yang lebih rasional. Li Bai dan Du Fu adalah seperti novel sejarah berjudul Romance of the
dua pujangga paling terkenal yang banyak menulis Three Kingdoms, novel legenda patriotik berjudul
puisi pada masa Tiongkok klasik. Puisi karya Water Margin, novel fantasi mengenai Tuhan dan
Li Bai bersifat bebas, romantik, dan memiliki setan berjudul Journey to the West dan Dream of
emosional yang dalam dan berwarna. Sementara the Red Chamber yang membawa novel ke masa
puisi-puisi Dufu, lebih banyak menampilkan kejayaan. Novel-novel ini biasanya ditulis dengan
situasi politik dan mengkritik dengan tajam. gaya bahasa campuran antara klasik dan bahasa
Dibandingkan dengan essai dan puisi, drama sehari-hari, karena target pembacanya adalah
di Tiongkok cenderung terlambat berkembang. rakyat biasa. Novel hantu romantik baru muncul
Ia baru muncul pada dinasti Song dan Yuan pada abad 17, yang menampilkan cerita-cerita
(abad 12). Drama di Tiongkok berkembang tentang arwah, monster, hantu, dan goblin. Novel
seiring dengan pergantian dinasti. Pada masa dengan genre ini secara tersirat menceritakan
dinasti Song, pemerintahan memindahkan pusat realita gelap dari kehidupan masyarakat feodal,

82 |Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 7 No. 1, 2016


serta merefleksikan kekejaman pegawai yang serta mereformasi kondisi mental orang-orang
korupsi, ketidakadilan hukum dan orang-orang Tiongkok. Hal ini dilatarbelakangi oleh anggapan
yang tiran. Lu Xun bahwa menyembuhkan penyakit mental
orang-orang Tiongkok lebih penting daripada
Sastra Tiongkok klasik diakhiri dengan
penyakit fisik. Mengenai puisi, gaya puisi yang
Gerakan 4 Mei 1919. Sastra Tiongkok kemudian
dihasilkan pada masa Tiongkok modern berubah
melangkah ke era modern. Sastra modern diawali
dari gaya puisi lama yang berirama menjadi
dengan Revolusi Budaya (Revolusi Sastra) pada
bersifat lebih bebas. Karya sastra yang mendapat
sekitar 1917 dan berakhir dengan didirikannnya
perhatian khalayak ramai pada saat itu adalah
RRC pada 1949.
karya-karya pengarang seperti Guo Moruo, Ai
Qing dan Mu Dan.
KESUSASTRAAN TIONGKOK
MODERN
KESUSASTRAAN TIONGKOK KON-
Sastra Tiongkok modern berkembang
sekitar tahun 1917 dan berakhir pada saat
TEMPORER
Tahun 1949 menjadi gerbang masuk
berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada 1949,
kesusastraan Tiongkok ke dunia baru, dunia
diawali dengan kemunculan berbagai kelompok
kontemporer. Sastra Tiongkok kontemporer
sastrawan untuk menuntut Revolusi Sastra. Pada
bersifat lebih kompleks dan semakin dekat dengan
1917, Hu Shi dan Chen Duxiu mempublikasikan
kehidupan sosial dan mulai terbuka dengan dunia
some modest proposals for the reform of literature
luar, hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
dan on literary revolution yang menandai gerakan
Euforia kemenangan sosialis pada tahun-tahun
Revolusi Sastra.
pertama pasca berdirinya Republik Rakyat
Ciri khas sastra modern adalah meskipun Tiongkok tahun 1949, terasa hingga ke karya
sudah memiliki gaya sastra yang modern, tapi sastra yang muncul pada saat itu. Sebagian besar
tidak bisa benar-benar melepaskan diri dari gaya karya sastra pada masa itu menampilkan semangat
sastra klasik. Selain itu, sastra modern banyak sosialis yang membara.
dipengaruhi oleh sastra asing. Karya sastra
Revolusi Budaya (无产阶级文化大革命;
Tiongkok modern mulai menampilkan sisi-sisi
wú chǎn jiē jí wén huà dà gé mìng atau yang sering
ideologi, misalnya tidak hanya menampilkan
kondisi rakyat jelata di era masyarakat semi- disingkat 文化大革命; wén huà dà gé mìng),
kolonial dan semi-feodal, akan tetapi juga yang terjadi antara tahun 1966 hingga 1976 tidak
menjelaskan bagaimana bentuk perlawanan ayal turut mempengaruhi karya sastra yang lahir.
mereka. Setiap karya sastra pada masa Tiongkok Pada masa ini, terjadi goncangan sosial, yang
modern selalu memiliki misi tertentu. Pada masa menimbulkan masalah bagi sastra. Para sastrawan
perang Jepang, sastra dijadikan sebagai alat untuk mengalami masa kelam pada saat itu, karena sulit
mengembangkan nilai-nilai untuk menyelamatkan untuk mengemukakan pendapat.
negara. Pada masa Mao Zedong, karya-karya Pada akhir tahun 1970, Tiongkok mengakhiri
sastra yang ditampilkan adalah mengenai buruh, kekacauan yang diakibatkan oleh Revolusi
petani, dan tentara. Sementara, pada masa Budaya dan memulai mengimplementasikan
Kuomintang, tema-tema sastra lebih mengarah kebijakan reformasi dan keterbukaan. Keterbukaan
pada demokrasi dan penentangan terhadap dalam dimensi sosial juga bepengaruh pada
penindasan. . kebebasan dalam kreasi sastra. Reformasi
Pengarang yang sangat produktif pada masa pada akhirnya membuat semakin terbukanya
sastra modern salah satunya adalah Lu Xun. kebebasan berekspresi dalam karya sastra. Sastra
Ciri khas novel karya Lu Xun adalah usahanya kontemporer menjadi lebih bersifat bebas dan
untuk meningkatkan semangat nasionalisme, mulai melepaskan diri dari anggapan bahwa sastra

Wabilia Husnah | Tinjauan Buku Kesusastraan Tiongkok dari Masa ke Masa | 83


harus djadikan sebagai alat politik pemerintah. internet pada tahun-tahun belakangan. Para
Sejak 1977, sastra menjadi lebih bebas dan pengarang menerbitkan karya mereka di internet,
beraneka ragam, dengan adanya emansipasi di blog, forum, bulletin, dan website khusus.
ideologi dan perkembangan sosial di akhir Karena terbukanya kebebasan untuk menerbitkan
Revolusi Budaya dan permulaan Reformasi dan karya sastra di internet, pengarang-pengarang
Keterbukaan pada 1978. Kesusastraan Tiongkok novel tumbuh subur. Namun, hal ini pun memiliki
resmi dinyatakan bebas dalam Third Plenary sisi negatif. Karena kebebasannya, banyak karya
Session of the 11th Central Committee of the CPC sastra yang diterbitkan di internet memiliki
pada 1978, dan diperkuat dengan pernyataan Deng kualitas yang kurang baik dan bahkan cenderung
Xiaoping dalam pidatonya pada Fourth Congress bersifat vulgar.
of National Chinese Literary and Art Workers,
yang mendorong emansipasi dalam produktivitas KESUSASTRAAN TIONGKOK:
sastra dan seni (Zhan, 2013, 45). PERAHU YANG DITIUP ANGIN
Kesusastraan Tiongkok kontemporer Kesusastraan Tiongkok telah melalui waktu
berkembang dengan banyaknya sastrawan berani yang tidak sebentar, lebih dari tiga millennium.
yang menghasilkan buah karyanya pada masa kini. Selama masa yang panjang itu, telah muncul
Enam generasi penulis, mulai dari tahun 1930an karya sastra yang tidak terhitung jumlahnya.
hingga 1980an aktif menulis dalam kesusastraan Setiap karya sastra tidak terlepas dari pengaruh
kontemporer, yang kemudian disebut dengan budaya dan kondisi sosial politik saat karya
istilah “enam generasi tinggal di bawah satu atap”. tersebut muncul dan berkembang, sehingga
(Xuemei, 2014, 83) Salah satu novelis terkenal tidak mengherankan bila satu genre tertentu
Tiongkok adalah Mo Yan, yang memenangkan lebih berkembang pada era tertentu dan genre
hadiah nobel di bidang sastra pada 11 Oktober lain berkembang pada era selanjutnya. (Kern,
2012. Inilah untuk pertama kalinya Tiongkok 2011, 159).
mendapatkan nobel. Novel karya Mo Yan bersifat
Nilai suatu karya sastra dalam hidup bisa
realisme halusinasi yang menggabungkan antara
dibagi kedalam tiga level, yakni pelepasan,
cerita folklore, sejarah, dan kehidupan nyata.
hiburan, dan realisasi diri (Yin, 2008, 180).
Dengan masuknya Tiongkok ke dalam Sastra menjadi salah satu cara bagi masyarakat
ekonomi pasar yang sosialis sejak 1996, Tiongkok untuk melakukan ketiganya. Melalui
perkembangan ekonomi, globalisasi, ilmu sastra, masyarakat Tiongkok melepaskan diri dari
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, kondisi hidup yang tertekan akibat kondisi sosial
budaya konsumen yang meningkat, alat-alat politik. Sastra pun bisa menjadi hiburan di tengah
elektronik yang semakin populer yang menunjang kepenatan hidup. Misalnya saja, pada masa Dinasti
kehidupan masyarakat, mempengaruhi pula pola Tang, membuat puisi adalah suatu bentuk hiburan
hidup masyarakat Tiongkok. Pemuda-pemudi yang menyenangkan yang bisa mengekspresikan
Tiongkok menjadi memiliki karakteristik yang perasaan mereka (Yin, 2008, 180). Menulis karya
tidak ada batasan, menikmati kondisi hidup yang sastra merupakan bentuk realisasi diri masyarakat
nyaman dan memiliki pengalaman hidup yang Tiongkok, karena sulitnya mereka mendapatkan
sederhana. Hal tersebut pun turut mempengaruhi akses untuk menyatakan pendapat, kecuali
kesusastraan Tiongkok. Sejak tahun 1996 hingga melalui karya sastra. Sehingga, setiap kisah
kini, karya sastra Tiongkok menjadi memiliki dalam karya sastra selalu diangkat dari kehidupan
nuansa kebebasan serta banyak menampilkan masyarakat Tiongkok itu sendiri (Wuryandari,
kehidupan sehari-hari yang sederhana dan kondisi 2006, 170). Maka tidak heran bila dari masa ke
hidup yang menyenangkan. masa, kesusastraan di Tiongkok selalu memiliki
Kemudahan akses informasi, salah satunya nilai tawar yang tinggi di mata masyarakatnya. Ia
melalui internet, turut memunculkan sastra tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat

84 |Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 7 No. 1, 2016


Tiongkok, bahkan tidak berlebihan bila sastra Sayangnya, keindahan kesusastraan
Tiongkok dianggap telah menjadi roh dari setiap Tiongkok yang digambarkan tidak diikuti dengan
masyarakat Tiongkok. gambaran jelas masa-masa kelam kesusastraan
Tiongkok. Hal-hal yang ditampilkan dalam buku
Perubahan karakteristik kesusastraan di
ini melulu adalah mengenai masa-masa indah
setiap masa, tidak bisa dilepaskan dari kondisi
saat kesusastraan Tiongkok dipuja dan sukses
politik yang terjadi. Kondisi politik yang aman
menyampaikan pesannya. Padahal, kesusastraan
akan menciptakan karya sastra yang damai,
Tiongkok tidak selalu berada di zaman kejayaan.
sementara kegaduhan politik tak ayal sering
Cendekiawan dan sastrawan Tiongkok pernah
menelurkan karya sastra yang gaduh. Karya sastra
mengalami penyiksaan dan diasingkan ke
pun akan berubah mengikuti kebijakan yang
daerah pedesaan karena dianggap terlalu pedas
dijalankan pemerintah. Dengan sasaran tertentu
mengkritik dan anti pemerintah, sebagai buah dari
yang diselipkan di dalamnya secara intrinsik
slogan yang diutarakan Mao Zedong pada 1956:
maupun ekstrinsik, karya sastra di Tiongkok
“Biarkan seratus bunga berkembang dan seratus
adalah suatu “perahu” yang bisa berubah haluan
pikiran yang berbeda-beda bersaing.” Kenyataan
mengikuti arah angin, terkadang membawa
pahit ini terlihat samar, bila tidak mau dikatakan
penikmatnya menuruti kehendak pemerintah,
“cenderung ditutup-tutupi” dalam buku ini.
terkadang mengajak mereka memberontak
Maka, sepatutnya buku ini dibaca dengan sangat
menentang pemerintah.
bijak, tidak hanya menggunakan buku ini sebagai
bahan referensi namun harus membandingkannya
PENUTUP dengan sumber referensi lain.
Merangkum lika-liku perkembangan
kesusastraan Tiongkok memang bukanlah
merupakan perkara yang mudah. Ia memiliki PUSTAKA ACUAN
sejarah yang kompleks, berhubungan tidak hanya Kern, M & Hegel, R.E. (2001). A history of Chinese
dengan karya dan pengarangnya, namun juga literature. New York: Columbia University
berkaitan erat dengan kondisi sosial politik, latar Press.
belakang penulis, kebijakan pemerintah, dan lain Wuryandari, N.W. (2006). Kesusastraan kontem-
sebagainya. Meskipun demikian, buku ini cukup porer Cina: kontemporeritas dan kebijakan
berhasil mengklasifikasikan dengan sangat baik Pemerintah. Wacana Vol. 8 NO. 2.
sastra yang muncul dari masa ke masa, sastrawan Xu, Yuanxiang. (2007). Confucius: a philosopher
yang populer, serta karya-karya sastranya. for the ages. Beijing: Tiongkok Interconti-
Satu hal yang menarik dari buku ini adalah nental Press.
sastra ditampilkan sebagai alat untuk mengenal Ouyang, Xuemei. (2014). Contemporary Tiong-
masyarakat dari suatu masa. Melalui kesusastraan kok’s culture. Beijing: Tiongkok Intercon-
Tiongkok, bisa belajar memahami masyarakat tinental Press.
Tiongkok, mulai dari sejarah, kondisi politik, Yin, Jiang. (2008). Poetry as life. Chinese Academy
kondisi ekonomi, pemikiran, cita-cita, dan of Social Sciences Journal of Humanities.
lain sebagainya. Keistimewaan lain buku ini Vol. 1 Hal. 169-196.
adalah, pembaca bisa merasakan keindahan dan
Zhan, Shanqin. (2014). Road to well-off socety:
kehebatan sastra Tiongkok. Bagaimana karya
cultural progress. Beijing: Beijing Chinese
sastra Tiongkok bisa begitu indah diramu untuk Press.
mengungkapkan segala isi hati dan maksud
penulis, bahkan bisa digunakan sebagai alat
propaganda pemerintah, begitu jelas tergambar
dalam buku ini.

Wabilia Husnah | Tinjauan Buku Kesusastraan Tiongkok dari Masa ke Masa | 85


86 |Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 7 No. 1, 2016

Anda mungkin juga menyukai