Anda di halaman 1dari 18

Arus Puitika Sastra Naratif Cina dalam Sastra Indonesia: Kajian tentang Ca Bau Kan dan Sam Po Kong

Karya Remy Sylado Oleh :. Adi Setijowati. Fakultas Sastra Unair

Pendahuluan Memahami karya sastra Indonesia dibutuhkan kajian-kajian bandingan dengan puitikapuitika sastra yang mengitarinya. Selama ini seolah-olah sastra naratif dalam sastra Indonesia telah ada begitu saja dan puitika sastra Baratlah satu-satunya yang menentukan arus naratif sastra Indonesia tersebut. Kesadaran akan keterbukaan sastra Indonesia terhadap puitika naratif selain dari Barat perlu diketahui agar didapatkan pengetahuan genre naratif sastra Indonesia. Naratif sebagai sebuah bentuk struktur telah lama mendapat perhatian. Beberapa hal diantaranya yang melatar belakangi adalah: 1) Naratif merupakan perwujudan bentuk penyajian suatu atau beberapa peristiwa;2) Perkembangan studi sastra terutama yang menyangkut struktur sastra. 3) Berkembangnya pendekatan interdisipliner, terutama diantara disiplin-disiplin dalam ilmu Humaniora (misalnya ilmu antropologi, linguistic, dan ilmu sastra. (Chamamah Soeratno, 1991). Studi sastra naratif di dunia Barat telah berkembang pada beberapa dekade.Telah banyak konsep sastra naratif Barat yang lahir misalnya Kenan (1983), Genette (1986), Chatman

(1978) dll. Ilmu yang berkembang tersebut telah pula menjangkau di masyarakat peneliti sastra Indonesia. Pemahaman teori naratif dalam rangka karya-karya naratif Indonesia perlu mendapat perhatian. Pertama, Ilmu sastra di Barat berkembang di dasarkan pada karya-karya sastra Barat. Kedua, sejumlah teori yang lahir di Barat tidak homogen. Ketiga, sebagai teori, kedudukannya sebagai pembimbing studi tidak selalu mantab, Hal ini dapat dilihat dari perkembangan teori itu sendiri di dunia Barat. Keempat Teori yang lahir dari perkembangan tersebut, tidak selalu cocok bagi studi sastra di Indonesia. Kelima, dilihat dari kedudukan teori sendiri yang tidak menuntut untuk diterpakan secara penuh. Pemanfaatan sejumlah konsep perlu dipertimbangkan dalam studi sastra (ChamamahSoeratno, 1991) Dalam rangka studi naratif dalam sastra Indonesia maka pemikiran-pemikiran di atas perlu diperhatikan. Naratif dalam sastra Indonesia yang masih relatif muda perlu mendapat perhatian pula. Tampaknya fleksibilitas budaya Indonesia dalam menerima segala bentuk entah akulturasi, entah benturan budaya turut membentuk dalam rangka naratif Indonesia. Adanya penelitian-penelitian naratif di luar dunia Barat (salah satunya naratif Cina) perlu diperhatikanpula dalam rangka naratif Indonesia karena dapat diduga bahwa hasilnya akan mengubah atau memperhalus pandangan-pandangan terdahulu, baik mengenai paham sastra(termasuk naratif di antaranya) di setiap budaya Nusantara (sastra Indonesia maupun sastra daerah di Indonesia) (Wiryamartana, 1985: 191). Adanya arus puitika sastra naratif Cina dalam naratif Indonesia perlu diketahui karena sebenarnya puitika sastra naratif Cina sangat dekat dengan sastra naratif Indonesia ,hanya saja arus ini tidak dihargai sebagai mana mestinya, karena biasanya tidak dianggap sebagai sastra serius Indonesia. Dalam karya sastra naratif Indonesia yang terarusi puitika sastra Cina menawarkan sesuatu yang berbeda dibanding karya sastra yang terarusi puitika sastra Barat atau yang terarusi puitika sastra daerah.

Dalam rangka naratif seperti di atas maka dalam tulisan ini dipilih sastra naratif Indonesia yang menurut hemat penulis mempunyai ciri-ciri di atas yaitu karya Remy Sylado yaitu Ca Bau Kan Hanya Sebuah Dosa (dalam tulisan ini disebut Ca Bau Kan saja) (2002) dan Sam Po Kong (2004). Adapun pemilihan atas karya-karya Remy Sylado dipakai pertimbangan karena karya Remy Sylado yang menunjukkan tanda-tanda adanya arus puitika Cina terdapat pada Ca Bau Kan dan Sam Po Kong. Oleh karena itu dua karya ini perlu dicermati lebih lanjut. Ada beberapa alasan penting menghubungkan dua karya Remy Silado tersebut dengan sastra naratif Cina. Pertama, di dalam Ca Bau Kan tampak khas bila dilihat dari aspek formal cerita yang berupa: pertemuan dan perpisahan tokoh Tan Peng Liang dan Tinung; serta penonjolan kutub negatif tokoh kontroversial tokoh cerita. Tan Peng Liangmerupakan sosok watak yang cair dan bersifat sesaat membaca tanda-tanda zaman ,dan lain-lain maksudnya, tokoh TanPeng Liang dapat yang menjadi ciri sastra naratif Cina menggunakan kesempatan,,berhasil mendapat pengakuan orang sezamannya dan dapat (klasik).Tokoh Tan Peng Liang di satu sisi digambarkan sebagai pencetak uang palsu dan keras dalam berdagang sehingga tak segan membunuh orang yang akan membakar gudangnya, cerdik /licin akan tetapi di sisi lain dia penyayang keluarga meski istri keduanya bekas penghibur yang telah di hamili orang lain yang juga bernama Tan Peng Liang.Selain itu, dia juga membantu tentara Republik Indonesia. Dualisme komplementer ini jarang terdapat dalam sastra naratif Indonesia pada umumnya. Kedua, peristiwa dan bukan peristiwa merupakan rangkaian cerita yang terdapat dalam Ca Bau Kan. Arus puitika naratif Cina juga tampak dalam Sam Po Kong Karya tersebut tampak ditulis memakai ragam historiografi tak resmi (yen i) terbukti dari terdapatnya banyaknya hubungan variasi hubungan pencerita dan pendengar. Sam Po Kong menitikberatkan pada tokoh Sam Po Kong, Dampo Awang beserta tokoh lainnya dan perjalanan muhibahnya ke Nusantara. Bentuk Indonesia Naratif dalam Sastra Naratif Cina dan Sastra Naratif dalam Sastra

Uraian tentang sastra naratif Cina didapatkan dari berbagai kepustakaan diantaranya adalah tulisan Plaks (1977) dan Liu (1975). Masalah teoretis dalam sastra Cina membuka pandangan sastra yang lain daripada persoalan-persoalan sastra dari hasil-hasil penelitian atas karya sastra Barat (Wiryamartana, 1985). Dalam kaitannya dengan hal tersebut pembicaraan arus puitika sastra naratif Cina dalam sastra Indonesia di sini hanya akan dibicarakna beberapa pokok saja itupun secara garis besar dan sepintas lalu sesuai dengan bahan dan kemampuan membaca penulis. Dalam kenyataannya secara tidak sadar pembaca awam Indonesia telah akrab dengan sastra naratif Cina lewat karya-karya terjemahan ,karya saduran, cerita silat, film-film yang ditayangkan di TV seperti Pendekar Rajawali Sakti, Pendekar Pemanah Rajawali dsb.nya. yang didasarkan pada karyasastra hasil karya Chin Yung.Jadi sebenarnya kita telah mengenali ciri-cirinya akan tetapi pengalaman itu tidak dirumuskan secara teoretis. Padahal konsekuensinya pasti ada dalam genre-genre sastra Indonesia terlepas diakui atau tidak. Sastra dalam sastra Cina diwakili kata Wen yanga artinya sangat beragam yaitu anyamanyaman, budaya, peradaban, hiasan indah, tulisan, studi,satra (Liu, 1975). Ciri khas sastranya adalah memuat sesuatu yang benar. Benar dalam arti benar menurut kenyataan , benar menurut kejadian, pikiran dan perasaan (Liu, 1975, Wiryamartana, 1985). Fiksi dalam sastra Cina merupakan gejala pinggiran Menurut Plaks sejarah atau historiografi mempunyai peranan dan kedudukan penting, dalam sastra Cina. Yang menjadi perhatian penting dalam sastra Cina adalah penyajian pengalaman manusia, pewarisan sesuatu yang benar, entah benar menurut fakta ataupun benar menurut kehidupan Dalam tradisi sastra naratif Cina tokoh utama cerita tidak digambarkan sebagai pahlawan yang wataknya pasti, biasanya tokohnya justru ambivalensi ( Plaks, l977:141) malahan tokoh sekunder yang mempunyai watak cukup pasti . Fleksibilitas menandai perkembangan watak manusia dalam naratif Cina. Berhubungan dengan watak yang selalu berubah maka kriteria penilaian tokoh justru dilihat dari cara kematiannya.

Puitika di atas sebagian terdapat dalam novel Ca Bau Kan dan Sam PoKong. Oleh karena itu sudah masanya kita memahami puitika orang lain untuk memahami diri sendiri. Dengan demikian implikasinya dalam melihat sastra Indonesia lebih terbuka perspektifnya. Oleh karena, itu akan mulai timbul penghargaan-penghargaan terhadap karya yang selama ini tidak dimasukkan atau diabaikan dalam percaturan sastra Indonesia Dalam tradisi sastra naratif Cina tokoh utama cerita tidak digambarkan sebagai pahlawan yang wataknya pasti, biasanya tokohnya justru ambivalensi ( Plaks, l977:141) malahan tokoh sekunder yang mempunyai watak cukup pasti . Tampaknya cirri ini perlu diperhatikan pada dua karya Remy Sylado tersebut. Dalam sastra Indonesia pembagian genre sastra naratif prosa mengikuti satra Barat yaitu prosa dapat terdiri dari jenis novel dan cerpen. Ciri-ciri yang sangat umum itu wajar karena tradisi sastra Indonesia masih mencari-cari bentuk meski dalam kenyataannya ada usaha para ahli untuk memetakannya. Sebagai contoh adalah pemikiran Abdul Hadi WM tentang perkembangan sastra pasca 1970-an. Ia antara lain menyebutkan bahwa: perkembangan sastra Indonesia dapat dilihat dari 3 sisi hubungan . Pertama, Sastra Indonesia yang ditulis dengan memanfaatkan filsafat Barat terutama karya Iwan Simatupang,sebagian karya Putu Widjaya, Budi Darma. Kedua karya yang bermuara religiusitas: karya Emha Ainun Nadjib, Mustofa Bisri. Ketiga karya yang memuat unsurunsur tradisionalitas seperti misalnya karya-karya YB mangunwijaya, Umar Kayam, Sutardji Calzoum Bahri (Hadi,1993). Mungkin masih dapat ditambah lagi tema misalnya melihat sastra Indonesia yang memanfaatkan puitika sastra India, Arab dan Cina? Menurut hemat kami masih banyak pekerjaan besar tentang naratif sastra Indonesia. Belum lagi genre-genre novel atau cerpen mutakhir. Dengan demikian belajar sastra Indonesia harus terbuka pada arus-arus yang memasuki sastra Indonesia sekaligus memperkaya wajah sastra Indonesia terutama naratifnya.

Tokoh,Peristiwa, dan Pola Cerita dalam Ca Bau Kan

Ca Bau Kan terdiri dari 37 episode cerita yang ditandai dengan anak judul: Prolog, menceritakan Ny GPA Dijk hoff anak Tan Peng Liang yang diangkat anak oleh orang Belanda dan cucunya yang mencari kejelasan asal usulnya Secara ringkas episode-episode itu seperti berikut menceritakan tentang pertarungan dua kubu oang Tionghoa yang berdasar keturunan. Episode Hujan Abu menceritakan latar belakang Tinung, orangtuanya, dan pengusiran Tinung oleh mertuanya serta Koran Betawi Baru dan wartawan max Awuy. Episode Kalijodo menceritakan Tinung yang bekerja sebagai penghibur di kompleks plesiran nuansa Tionghoa (di atas Perahu), ia digemari sejumlah tamu salah satunya adalah Tan Peng Liang yang berasal dari Bandung Episode Hujan Abu menceritakan tentang Tinung yang telah tinggal di Sewan salah satu rumah Tan Peng Liang Bandung; Tinung Hamil empat bulan, dan tidak kerasan tinggal di sewan tangerang krn Tan peng liang dan anak buahnya kejam Tinung kemudian melarikan diri dan kembali ke rumahnya.Di dalam episode Silat Shan Tung diceritakan tentang Tinung yang diajak Saodah menghibur lagi kekali jodo. Centeng TanPeng Liang dari Bandung menemukan Tinung sedang melayani tamu yang bernama Tjia Wan Sen. Tjia Wan Sen di bunuh oleh Centeng Tan Peng Liang dan perahunyanya terbakar . Episode Tjioko menceritakan Tinung yang diajak Saodah belajar menyanyi lagu Tionghoa pada Nyoo Tek Hong.. Setelah itu saodah dan Tinung ke kelenteng LaoTse di kelenteng itu hadir pula Tan Peng Liang dari Semarang yang berdagang tembakau. Tan Peng Liang Semarang bertemu dengan majelis Kong Koan pimpinan Oey Eng Goan. Episode Huang Mei Tiau diceritakan tentang Saodah yang meminta Nyoo Tek Hong melatih nyanyi Tinung. Tinung melahirkan anak perempuan. Tinung mulai bejar menyanyi dan menguasai nyanyian huaang mei tiau. Episode Sun Tsu dikisahkan tentang Pertemuan an tara anggota Kongn Koan orang Tionghoa totok. Mereka merencanakan akan mengalahkan Tan Peng Liang dari Semarang. Dalam pertemuan itu diusulkan bahwa Tan peng Liang masuik anggota Kongkoan. Akan tetapi, Tan Peng Liang dari Semarang menolak. Episode Peh Cun, dikisahkan ada perayaan dan Tinung tampil sebagai penyanyi gambang Kromong pertama kalinya. Ada

beberapa keributan di perayaan itu yaitu anak buah tanpengliang dan anggota Kong koan. Tan Peng Liang tertarik Tinung, Tan Soen Bie disuruh mendekati Tinung.Episode Gang Chaulan diceritakan Tan Peng Liang mengajak Tinung tinggal bersama. Dua anaknya dari istri pertama tidak setuju ayahnya mengajak pulang Tinung. Episode Cailun Tinung diperkenalkan pada ayah Tan Peng Liang dan ibunya yang berasal dari bangsawan Jawa. Tinung yang sudah kaya mengunjungi orang tuanya dan membagi bagi hadiah. Episode Dhao menceritakan Tan Soen Bie keponakan Tan Peng Liang mengajak kerjasama Thio Boen Hiap jual beli tembakau. Episode Giok Lan dan Giok Lan menceritakan usaha Tan Peng liang semakin jaya. Kejayaan Tan Peng Liang mengusik rasa iri Thio Boen Hiap yang mengira sirinya berlaba banyak padahal yang dikumpulkannya adalah uang palsu yang didapat dari hasil berdagang dengan Tan Soen Bie Sementara itu T an Peng Liang senang mendapat anak perempuan dari Tinung. Dalam Episode Malam di Kudus diceritakan Thio Boen Hiap ingin mencari tahu tentang pabrik rokok Srigunting di Kudus. Boennhiap akhirnya tahu bahwa rokok srigunting ternyata ada hubungannya dengan Tan Peng Liang. Dalam Episode Malam Sin Cia Thio Boen Hiap dipanasi agar mengusut pabrik rokok Tan Peng Liang. Thioe Bun Hiap menyuruh Akong dan Cun Cun.Terjadi pertarungan antaraTan Soen Bie dengan Akong dan Cun Cun namun Akong dapat melarikan diri. Gudhang Tan Peng Liang terbakar.Jp Vendoorn dan Max Awuy ke tempat kejadian kebakaran. Episode Een Enveloppe, Koran betawi Baru memunculkan berita bahwa gudang Tan Peng Liang terbakar; Tan Peng Liang menyuap JP Vendoorn polisi Belanda dengan uang palsu yang dicetaknya di rumah Bambu.Episode Zeg Verdomme,pencerita menceritakan thio Boen Hiap dicurigai polisi atas insiden kebakaran gudang Tan Peng Liang Tan Peng Liang berusaha menyuap wartawan. Episode Meja Hijau Thio Boen Hiap dimejahijaukan namun sebelum itu Tan Peng Liang menyuap jaksa untuk mendatangkan Akong. Episode Kembalinya Tjia Wan Sen; Tan peng Liang menyuruh TanSoenBie menghajar Max Awuy. Tjia Wan Sen dibantu Max menyelidiki Tan Peng Liang dan rumah bambunya. Episode Terpidana diceritakan rahasia pembuatan uang palsu di rumah bamboo tan peng

liang terbongkar. Tan Peng Liang dinyatakan salah oleh pengadilan Episode Adopsi Anak. Tan Peng Liang dipenjara dan empat bulan kemudian kabur ke Makao. Sementara Tinung kembali menjadi penghibur di kali jodo. Anak anak Tinung di adopsi keluarga Belanda. Episode Kembali, bercerita tentang pertemuan Tinung dengan Tjia Wan Sen dan Tan Peng Liang Bandung. Episode Surat Simon Chen. Simon nama samaran Tan Peng Liang menyuruh Tan Soen Bie mengabarkan kematian TanPeng Liang lewat Koran Betawi Baroe. Peti mati datang dari Makao bukan berisi mayat Tan Peng Liang, melainkan isinya candu. Episode masa penudukan Jepang diceritakan pembreidelan Koran Betawi Baroe. Max Awuy bergabung dengan Soetardjo seolah-olah membantu Jepang. Episode Jeng Tut diceritakan tentang pertemuan Tan Peng Liang dengan Karto Hadi dann jeng Tut bisnis penjualan dan penyelundupan senjata api. Episode Ianfu menceritakan Tinung menjadi penghibur tentara Jepang. Episode Selamat. Diceritakan tentang Tinung yang dibawa ke rumah sakit oleh Soetardjo. Dirumah sakit Tinung bertemu Max Awuy.. Episode Halo Jakarta berkisah tentang kembalinya Tan Peng Liang ke Jakarta. Pertemuannya dengan Tinung namun sebelumnya Tinung bertemu Max Awuy dan menceritakan bahwa Tan Peng Liang belum mati. Episode Nglungsungi. Episode AFNEI berisi kisah berita tentang Tan Peng Liang yang masih hidup. Thio Boen Hiap penasaran dan lapor pada Verdoorn. Kemudian Boen nHiap menahan anak Tan Peng Liang dan Tan soenn Bie. Episode Halo-Halo Bandung Tjia Wan Sen membunuh Tan Peng Liang Bandung. Tanpeng Liang Semarang bertemu Max Awuy. Episode Bunga Di Mata bercerita tentang Tan Peng Liang bertemu Tan Soen Bie yang ditahan AFNEI dan telah dihasut untuk memusuhi Tan Peng Liang . Tan Soen Bie sadar dan kemudian Tan Peng Liang menghajar Tan Boen Hiap sampai mati. Episode Mawar di Kebun Kami bercerita tentang Tan Peng Liang yang mendirikan Bank tahun 1951. Tahun 1955 Tinung melahirkan anak laki-laki yang diberinama Giorgio Laurencio lima tahun kemudian berganti nama Ginanjar L Sutan. Tan Peng Liang bertemu kembali dengan Jeng Tut. Jeng Tut diam-diam bekerjasama dengan Oey Eng Goan. Tan Peng Liang ditemukan

meninggal di kamar mandi. Karena sedih Tinung meninggal dunia. Sementara Ginanjar mewarisi karakter Tan Peng Liang. Episode Epilog berkisah tentang pertemuan Giok Lan/ Ny GP Dijkhoff dengan Ginanjar dan bercerita tentang pertemuannya dengan Oey Eng Goan. Ginanjar ingin membunuh Oey. Giok Lan berusaha menyadarkan Ginanjar. Giok Lan kembali ke Belanda.. Tokoh yang dominan dalam Ca Bau Kan adalah tokoh Tan Peng Liang dan Tinung. Selain itu ada tokoh Thio Boen Hiap dan Oey Eng Goan selalu menjadi rival dari Tan Peng Liang. Seadangkan tokoh Tinung selalu mendapat tentangan anak Tan Peng Liang yaitu Kimsan dan Kim Hok. Hampir sepanjang cerita tokoh-tokoh ini selalu berinteraksi. Tokoh yang digambarkan wataknya tidak pasti adalah Tan Peng Liang dan Tinung. Sedangkan tokoh yang pasti wataknya adalah tokoh Thio Boen Hiap , Oey Eng Goan beserta anggota keturunan Tionghoa totok, Kim San dan Kim Hok (anak Tan Peng Liang dari istri pertama) yang selalu memusuhi Tinung. Dalam novel-novel yang tidak terarusi puitika naratif Cina, tokoh dominan biasanya digambarkan wataknya secara pasti. Namun demikian dalam Ca Bau Kan justru tokoh penting ditampilkan dengan ketidakpastian watak. Tokoh Tan Peng Liang adalah seorang laki-laki keturunan peranakan ibu Jawa- bapak Tionghoa digambarkan dari perjalanan hidupnya yang penuh kontradiksi. Kontradiksi yang mencerminkan watak yang tidakpasti: Pertama, Seorang yang keras wataknya, tak enggan melakukan pembunuhan bila kepentingan dagangnya terancam; Kedua, sebagai seorang suami dari istri yang sakit cukup parah menyukai perempuan yang bekerja sebagai wanita penghibur dan menjadi istri yang dicintainya . Ketiga, perseteruan bisnis, pencetak uang palsu. Keempat, masuk penjara dan menyogok sipir penjara,lalu kabur dari penjara; Kelima Tokoh Tan Peng Liang kontroversial, dikabarkan mati dan mengirim peti mati akan tetapi peti matinya berisi candu dari Makao. Pewarisan karakter pada anaknya (Ginanjar). Keenam, menyuap pejabat Belanda Jp Vendoorn atas terjadinya peristiwa pembakaran pabriknya. Ketuju,Membantu perjuangan tentara Republik Indonesia yang anti Belanda. Kedelapan, lihai dalam membuat alibi; kesembilan, cara kematian yang tragis, Tan Peng Liang (diracun) dengan motif balas dendam .

Penggambaran tokoh tokoh dalam Ca Bau Kan tidak banyak terdapat dalam sastra Indonesia. Penggambaran tokoh ini terarusi perwatakan dalam puitika sastra naratif Cina. Terbukti dari penggambaran watak tokoh yang dominant penuh ambivalensi dan kontradiksi. Watak yang tidak konsisten inilah menjadi cirri utama sastra naratif Cina. Tokoh sekunder digambarkan secara pasti seperti tokoh Thio Boen Hiap dan Oey Ong Guan beserta anggota Kong Koan (dari kalangan Tionghoa totok) sejak awal cerita digambarkan tokoh yang selalu sirik pada tokoh Tan Peng Lian . Ambiguitas tokoh Tan Peng Liang sebagai tokoh utama dalam filsafat Cina khususnya dapat ditarik dari konsep wu-wei dan yu-wei dalam Taoisme.Fleksibilitas menandai ciri tokoh utama. Dari watak tokoh yang selalu berubah, dan bersifat cair. Hal tersebut berpengaruh pada peristiwa-peristiwa yang dihadapi tokoh utama yaitu kemampuan tokoh menjawab kebutuhan sesaat, berhasil mendapat pengakuan diantara orang-orang sezaman, dapat membaca tanda-tanda zaman (Plaks,1977:343, Wiryamartana,1985). Ciri-ciri ini tmpak pada Tokoh Tan Peng Liang dalam Ca Bau Kan seperti: pertama, taktik mengecoh perdagangan tembakau dengan menggunakan uang palsu, Menyuap Polisi kolonial Jp Vendoorn ketika dia merasa terpojok membakar gudangnya sendiri (hlm 147-153) Peristiwa dalam Ca Bau Kan berupa tumpang tindih antara peristiwa dan bukan peristiwa yang berlangsung secara sama-sama dengan peristiwa. Sebagai contoh bukan peristiwa yang bergabung dengan peristiwa antara lain munculnya Berita Koran Betawi Baroe yang menjadi penghubung cerita menyebabkan munculnya peristiwa lainnya (CBK HSD, hlm: 39). Tumpang tindih semacam itu berakar pada kecenderungan yang ada dalam alam pikiran cina tradisional, yaitu menetapkan kategori interelasi komplementer, pola pikiran yin- yang atau yu-wu. Dalam pola pikiran yin dan yang termuat pasangan komplementer berupa gerak-diam, peristiwa dan bukan peristiwa.(Plaks, 1977:316, Wiryamartana, 1985: 194). Dalam kaitan dengan naratif banyak hal-hal yang bukan peristiwa misalnya: lukisanlukisan statis, percakapan-percakapan, digresi diskursif. Dalam Ca Bau Kan hal yang bukan peristiwa selain Koran Betawi Baru adalah: komentar Giok Lan yang tidak wajar dari Epilog karena seolah-olah dia tahu persis keadaan Indonesia (Ca Bau Kan, hlm 397)

10

Pola cerita Ca Bau Kan berbentuk dua kutub komplementer yang berupa dua kutub silih berganti yaitu pertemuan perpisahan, dan kemuliaan dan kejatuhan yang menimpa tokohtokohnya. Pertemuan perpisahan tampak pada tokoh Tan Peng Liang dan Tinung. Kemuliaan-kejatuhan menimpa tokoh Tan Peng Liang , Thio Boen Hiap dan Oey Eng Goan. Sam Po Kong: antara Naratif Cina dan Novel dalam Sastra Indonesia Sam Po Kong di dalam pengantar bukunya diberi label novel terdiri dari catatan perjalanan tokoh Cheng Ho yang dibagi dalam beberapa bagian cerita yang diberi anak judul: Gelar tiga Pinzhi,Paling Mengerti Kuanrong,Johan yang zheng zheng, Manusia yang Feifan, Orang Paling Ying Ming, Menaruh rasa SinSin, Benfen yang Indah, Jiankang harus Dijaga, Segalanya menjadi Meili, Manusia memiliki Wenhua. Sam Po Kong terdiri dari 1111 halaman mungkin novel paling tebal dalam sejarah sastra Indonesia. Cerita ini dibuka oleh pencerita yang bercerita tentang Tukang Cerita seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah di kawasan Grogol Jakarta, mengajak muridnya ke gedungBatu dengan naik Bus Pariwisata. Ceritapun ditutup oleh pencerita yang menceritakan tukang cerita. Secara singkat dapat dirinkas ceritanya . Pada bagian I menceritakan persiapan perjalanan Cheng Ho ke wilayah Nusantara yang memakan dana cukup banyak sehingga menyebabkan seorang pejabatnegara (Liu Ta Xia tidak senang.Liu Ta Xia kemudian menyelundupkan dua orang sebagai mata-mata Pada bagian II diceritakan pelayaran Cheng Ho mengarungi laut diiring 62 armada seorang penyair buta. Cheng ho diiringi juga Pada bagian III pertarungan antara Tan Tay Seng si pemusik dan penyair dengan Bun Hau, Wan Sen di kapal. Kapal Cheng Ho mendarat 2 hari di Bandar Quinho negeri Champa. Cheng Ho di datang arwah ayahnya. Bagian IV Kapal Cheng Ho menyusuri sungai Musi. Cheng Hoo menjalankan tugas dari kaisar menangkap Chen Tsu I raja Palembang yang kejam. Dang Hua dan Hua Xiong

11

pengikut Liu Ta XIa merencanakan membebabaskan tahana Zhu Yun Wen.. Cheng Ho didatangi arwah ayahnya.. Bagaian V Tukang cerita bercerita pada anak-anaknya anak sekolah. Cheng Ho. Di sini Wuping jatuh Cinta pada gadis Sunda Kalapa. Bertemu dengan raja Wikrama wardana, kemudian melanjutkan perjalanan ke Bali. Bagian VI OPencerita menceritakan Tuk cer di simongan Semarang cheng Ho mendarat di Lasem, iajuga berhenti di tuban sebelum ke gresik, Surabaya dan mojokerto. Diceritakan th 1293 sekitar 20000 orang cina/tentara Tar Tar mendarat dan hidup sebagai orang sipil yang menikah dengan pribumi maka lahirlah keturunan Tionghoa peranakan (Kiau seng). Chengho membantu Ki Anom mengalahkan Naranatha yang memporakporandakan pedepokan Kianom. Bagian VII Tukang cerita bercerita tentang Cheng Ho terpilih kaisar Ming untuk melaksanakan misi muhibah atau misi cinta kasih sayang. Radhana yang mengagumi Cheng Ho menjelaskan bhw anak buah Wikramawardana menjadi garong-garong di pasar membunuh 170 orang di sebuah pasar. Cheng Ho meminta pertimbangan rapat apakah hrs menemui Wikramawardana meminta pertanggungjawaban dengan membayar perbuatannya atau langsung berlayar ke Bali. Rapat memutuskan armada langsung berlayar ke Bali. SEmentara itu Hua Xiong ingin membebaskan Chen Tsu I dari tahanan kapal Cheng Ho. Cheng Ho mimpi bertemu Ayahnya yang memberitahu keamanan di kapal perlu ditingkatkan. Raja Wikramawardana mendatangi Cheng Ho untuk minnta maaf dan menggantirugi 60000 tail emas. Kemudian Kapal merapat di kerajaan Ratu Subandar. BagianVIII Sementara cerita mundur ke Semarang. Cheng Ho mengadakan rapat,sementara Tan Tay Seng berkeinginan menetap di Borobudur. Ada orang yang mengaku bernama Tan Tay Seng membuat onar di Semarang. Dhang Zhua menduga hua Xiong mengaku sebagai Tan Tay Seng.. Cheng Ho membuat rapat kecil di Simongan.Wang jing hong (Dampo Awang) sakit keras. Sementara Tan Tay seng menjadi guru dan sudah menikah dengan Caya di sekitar candi Borobudur. Cheng Ho memutuskan pelayarannya kembali kebagian Barat tanpa disertai Wanjinghong. Tukang cerita menceritakan WangJing Hong secara

12

bertahap sembuh dari sakit dan memelihara kebudayaan dan lingkungan sekitarnya di Simongan. Bagian IX mencertakan anak-anak sekolah beserta si Tukcer sudah pulang kembali ke Jakarta.Mereka bertanya bagaimana kelanjutan ceritanya. Tukccer bercerita tentang Hua Xiong yang bersekutu dengan Hanira yang sama-sama jahat dan memilih kota cirebon untuk menyusun siasat jahatnya thd Cheng Ho. Mereka merencanakan memancing kedatangan Cheng Ho ke Cirebon dengan menyingkirkan Suhu Kian.Padepokan Suhu Kian dibakar oleh bawahan Raja Hanira. Sementara itu Hua Xiong berkeinginan menguasai kerajaan Hanira dan ingin mengubah sejajarah untuk menghadapi Cheng Ho. Suhu Kian ingin menemui Sam Po Kong/Cheng Ho. Anak buah Cheng Ho membantu mendirikan padepokan lagi. Sementara itu Hua xiong si pengkhianat telah berganti menjadi Wangsa atmaja. Kerajaan wangsa Atmaja.Terjadi peperangan antara tentara wangsa atmaja dengan tentra Cheng Ho. Dhang Zhua bimbang apakah dia akan ikut pulang ke Cina attau berhenti di Sunnda Kelapa. Cheng Ho meneruskan perjalanan pelayarannya. Bagian X menceritakan Si Tukang ceirita di kelenteng Ancol bercerita tentang zaman penganiayaan kultural di zaman Orde Baru. Tukang Cerita menceritakan kisah Cinta Wu Ping dan Tiwati.. Kemudian bercerita lagi tentang Cheng Ho yang muslim sejati sangat toleran dalam beragama. Tokoh- tokoh yang diceritakan dalam Sam Po Kong yaitu: Cheng Ho, juru mudi Wang Jing Hong (Dampo Awang), Si Juru Masak Wu Ping, Tan Tay Seng (penyanyi dan pemusik), Ci Liang. Dhang Zhua dan Hua Xiong. Dilihat dari garis besar cerita di atas tampak bahwa Sam po kong bersifat episodis. Ada 10 episode certa yang dijalin lewat Tukang Cerita yang seolah-olah bercerita pada muridnya ketika berpiknik ke gedung Batu Semarang. Munculnya Tukang cerita seorang Guru Sejarah itu muncul dalam rangka menuturkan keseluruhan cerita. Akan tetapi diatasnya ada semacam pencerita serba tahu yang setiap kali dapat mengambil alih peran tukang cerita dalam keseluruhan cerita. Tukang Cerita sebagai pengikat naratif muncul beberapa kali. :

13

pada episode pertama, mengawali cerita (Sam Po Kong ,hlm .3) di gedung Batu Simongan Semarang. Dalam episode 5, Sam Po Kong ,hlm. 289). 3) episode 6 hlm 373, episode 7 hlm 459, episode 8 bagian akhir episode hlm. 701-706, episode 9 hlm 709- 712, episode 10 hlm 897-899. akhir episode 10 tukang cerita bercerita tidak hanya didepan murid-murid akan tetapi juga di depan orang tua murid-muridnya.. Kesatuan artistik Sam Po Kong bukan pada kesatuan unsur akan tetapi lebih merupakan tekstur. Satuan pembentuk cerita terjalin secara batin. Tokoh manusia disajikan menurut pola yang saling bertumpang tindih dari pergantian terus menerus dan perulangan siklus. Ada pola tertentu dalam sastra naratif Cina yaitu: Pola dua kutub komplementer yang memuat paham pasang surut yang berupa dua kutub yang silih berganti dan dua kutub saling meresapi .Contoh dua kutub saling meresapi. Misalnya: kehadiran dalam ketidakhadiran, kelemahan dalam kekuatan, pengkhianatan dalam persatuan, kesadaran dalam ktersesatan dan sebagainya.Dalam kaitan peristiwa ada tumpang tindih dengan halhal yang bukan peristiwa. Dalam Sam Po Kong terdapat pola tersebut misalnya: 1) pola pengkhianatan dalam persatuan. Pola tersebut tampak pada cerita tentang dua orang pengkhianat yang bernama Hua Xiong dan Dang Hua . Dua orang ini diselundupkan dalam kapal Cheng Ho. Oleh Menteri kerajaan Kaisar Ming yang tidak setuju dengan perjalanan muhibah Cheng Ho yang menghabiskan biaya besar ke negeri selatan dan barat. Dua orang ini meleepaskan tawanan di kapal Cheng Ho. Padahal orang yang ditawan masuk kategori tawanan penting kerajaan Ming. 2) Pola Kesadaran dalam ketersesatan terdapat dalam sepanjang perjalanan- perjalanan pelayaran yang tampak pada tokoh Dang Zhua. Dhang Zua adalah tokoh yang direncanakan Menteri Liu Ta Xia menjadi pengkhiaanat dalam perjalanan pelayaran Cheng Ho. Akan tetapi, ia menjadi sadar akan kebaikan, kebijakan dan ketokohan Cheng Ho selama memimpin pelayaran itu . Sementara itu berbeda dengan teman Dang Zhua yang sama-sama di selundupkan Liu Ta Xia, Hua Xiong tetap menjadi orang yang jahatdan

14

selalu berniat membalas dendam dalam perjalanan Cheng Ho yang pertama ini (Sam Po Kong, hlm ). 3) Keterpecahan dalam persatuan , pola ini tampak pada dua orang yang tadinya bersahabat amat sangat dekat. Namun, karena perbedaan perasaan dan pemahaman mereka menjadi saling dendam dan saling berusaha membunuh. Pada Sam Pokong tam pak pada peristiwa Dhang Zhua yang bertarung dengan Hua Xiong yang semula mereka bersahabat menjadi saling berusaha membunuh satu sama lain. Sam Po Kong hlm.665. Seperti dalam uraian sebelumnya Sam Po Kong bergenre Yen- I atau historiografi tak resmi dalam kategori naratif Cina karena terdapat banyak variasi hubungan pencerita dengan pendengar. Kadang-kadang pengarang dengan sungguh-sungguh mengemukakan pandangan pribadinya. Gejala ini ditemukan pada hal-hal berikut dalam Sam Po Kong: Ada pendapat pribadi pengarang yang masuk dalam cerita misalnya:Sejarah harus berpihak pada sesuatu yang diyakini oleh pengarasngnya. Selain itu dalam naratif Cina ada gaya retorik tertentu yaitu pengarang mengambil tukang cerita jalanan (Plaks, 1977: 328, Wiryamartana, 1985). Dalam Sam Po Kong ada juga pemanfaatan pencerita dalam konteks buatan yaitu Si Tuk Cer atau Tukang Cerita yang digambarkan sebagai seorang Guru mata pelajaran Sejarah yang sedang berpiknik dengan murid-muridnya ke Gedung Batu Simongan Semarang kemudian menjelaskan perjalanan muhibah Sam Po Kong zaman Dinasti Ming ke negeri Campa dan Nusantara. (Sam Po Kong, hlm 3, 175, 289, 373, 709, 897) seperti yang tersebut di atas. Manfaat dari teknik tersebut di atas pengarang dapat leluasa menggambarkan hal yang bersifat pribadi menjadi bersifat umum dan cerita dapat dibelokkan dari urutan cerita dan diarahkan pada cerita-cerita yang lebih luas (Plaks, 1977: 328, Wiryamartana, 1985:197). Dalam Sam Po Kong dengan memanfaatkan Tukang Cerita seorang guru sejarah itu dapat leluasa memindah bagian cerita satu ke cerita lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari penggambaran peristiwa dalam satu episode: Cheng Ho bersama awak kapalnya berlabuh di Semarang mereka membangun rumah kayu di Simongan ( tempat Tukang Cerita)

15

menceritakan kisah Cheng Ho kepada murid-murinya dalam konteks masa kini). Dalam kisah itu diceritakan bahwa Tan Tay Seng menjadi Suhu yang memutuskan menetap dan mengajar murid-muridnya di sekitar Borobudur. Tan Tay Seng mendapat istri anak Bupati Tritamayang bernama Caya.dari daerah tersebut. Sebelum kisah Tan Tay Seng digambarkan tokoh lain yang ikut ekspedisi Cheng Ho yaitu Ci Liang, Ek Gi Dhang Zhua yang sedang makan di warung makan milik Ayah Ling-ling (Sam Po Kong hlm: 667). Namun demikian teknik tersebut akan berdampak munculnya pencerita ser ba tahu yang fungsinya seperti dalang dalam senitradisional Indonesia. Tokoh yang mewariskan sesuatu dalam Sam Po Kong adalah Cheng Ho dia mewariskan sesuatu yang benar menurut keenyataan terhadap kejadian-kejadian yang menuntunnya melahirkan kebijaksanaan-kebijaksanaan, yang wujudnya berupa toleransi pada keberagaman, menegakkan aturan, pengabdiannya pada Negara dsbnya. Reprentasi Mental Baja Pantang Menyerah: Suatu Jalan Menuju Kemenangan, Kesuksesan dan Kemakmuran Dari gambaran tokoh dan cara-cara hidup tokoh dalam Ca bau kan dan Sam Po Kong ada fakta-fakta tentang pemikiran pola pikir Mental Baja dan Pantang Menyerah. Oleh Chin Ning Chu dijelaskan bahwa ada tiga tahap mental baja pantang menyerah: Menangkan Apapun Resikonya inipunn ada tahapannya: pertama tebal seperti tembok benteng ini tingkat yang dimiliki oleh penipu penjahat,bajingan murahan. Kedua, tebal dan keraas, hitam berlkilat yang termasuk disini para praktisi tingkat tinngi. Ketiga begitu tebalnya sehingga tak berbentuk, suatu tingkatan paling tinggi yang tampak pada orang yang kelihatan baik ,mampu mengejar kepentingannya sendiri sambil tetap dipercaya oleh korbannya (Ning Chu,1997). Tahap kedua, Proses pencarian Jati Diri adalah gabungan antara kebijakan dan proses spiritual. Apabila orang baru tahap pertama maka ia akan menjadi orang berbahaya tanpa diikuti tahap kedua dalam mproses spiritual ini. Tan Peng Liang, Thio Boen Hiap, Oey Eng Goan baru berada pada tahap ini. Dalam tahap ini orang disesaki kesadaran baru akan

16

cacat mereka yang berupa amarah, keraguan, keterbatasan kecemburuan iri hati, keinginan dan hasrat, kemunafikan pada saat yang sama pula kemampuan untuk mengatasi rintangan belum mencukupi. Tahap Terakhir adalah gabungan semuanya berupa Sifat-sifat Ksatria yaitu tenang dan tidak mudah terpengaruh, Tetap fit untuk meraih kejayaan dapat menyatukan lahiriah dan batiniah. Inilah tahapan yang telah dimiliki oleh Cheng Ho. Sebagai Ksatria Cheng Ho telah mampu menciptakan kemuliaan manusia dalam arti yang sesungguhnya dalam menyangga nama besar Kaisar Ming. (Ning Chu, 1997).

Penutup Demikian pembacaan awal penulis dalam melihat karya naratif Indonesia dengan memanfaatkan puitika naratif Cina. Karena baru percikan awal masih perlupencermatan lagi yang lebih teliti. Dalam uraian di atas, tampak bahwa hasil hasil penelitian sastra Cina membantu untuk lebih mengenali masalah-masalah dalam sastra Indonesia yang selama ini dipandang belum perlu diamati. Apalagi dari pengetahuan genre sastra Indonesia yang hanya bertumpu pada sastra kanon Indonesia maka diharapkan adanya penelitian-penelitian semua naratif yang tumbuh dan muncul dalam sastra Indonesia agar didapatkan pengetahuan tentang cirri-ciri naratif Indonesia, Tentu hal ini akan menyumbang sejumput pengetahuan tentang teori naratif Indonesia dan teori naratif pada umumnya. Beberapa hal yang menjadi masalah di sini yang perlu ditindaklanjuti dalam pengamatan-pengamatan antara lain adalah: pertama, genre sastra naratif Indonesia beserta sub genrenya; kedua; interrelasi antargenre baikdalam tingkat local maupun dengan tingkat global; ketiga pola naratif sastra Indonesia beserta struktur dan tipe-tipenya; keempat aspek penceritaan yang dominan seperti dalam posisi dalang atau pencerita seba tahu. Daftar Pustaka

17

Chamamah-Soeratno. 1991.Teori Naratif dalam Penataran Sastra di Balai Penelitian Bahasa tgl 25-29. di Yogyakarta. Chatman, Seymour, 1978. Story and Discourse Narratif Structure Fiction and Film. Ithaca and London : Cornell University Press. Hadi, Abdul . 1993. Makalah dalam Ulumul Quran. Liu. James J. 1975. Chinese Teories of Literature. London: The University of Chicago Press. Kenan, Shlomit Rimmon. 1983. Narratif Fiction: Comtemporary Poetics. London and New York: Methuen Ning Chu,Chin. 1997. Thick Face, Black Heart. Jakarta : PT Gramediia Plaks, Andrew (ed). Chinese Narrative, Critical And Theoritical Essays. New Jersey: Princeton University. Sylado, Remy. 2002. Ca Bau Kan Hanya Sebuah Dosa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. 2004. Sam Po Kong. Jakarta: P T Gramedia. Wiryamartana, Kuntara. 1985 .Sastra Naratif Cina dan Sastra Nusantara dalam BASIS Bulan Mei xxxiv-5

18

Anda mungkin juga menyukai