STRUKTUR ESTETIK
Sesungguhnya secara instrinsik ciri-ciri sastra terutama struktur estetiknya angkatan 45 dan
angkatan 50 sukar dibedakan sebab gaya angkatan 45 dapat dikatakan diteruskan oleh angkatan
50. hanya saja, dengan adanya pergantian situasi dan suasana tanah air dari perang ke perdamaian,
dari masa transisi penjajahan ke kemerdekaan, maka para sastrawan mulai memikirkan masalah
kemasyarakatan yang baru dalam suasana kemerdekaan. Begitu juga para sastrawan mulai
membuat orientasi baru dengan mencari bahan-bahan dari sastra dan kebudayaan Indonesia
sendiri. Semuanya itu dituangkan kedalam karya-karya sastra mereka.
GAYA BAHASA
Memantulkan kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal
masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa ini sastra
Indonesia sedang mengalami maraknya cerpen. Juga marak karya-karya teater dengan tokohnya
Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra (sekarang Rendra saja). Mulai tumbuh
sarasehan-sarasehan sastra terutama di kampus-kampus.
Karakteristik
o Muncul adanya angkatan, yaitu angkatan ‘66
o Tema yang diangkat banyak mengenai masalah kegelisahan batin dan rumah tangga.
Kegelisahan tersebut bersumber pada situasi budaya belum mapan dan situasi-situasi tersebut
karena adanya norma politik, norma ekonomi.
o Adanya sastra protes, contoh: kumpulan sajak Tirani dan Benteng karya Taufik Ismail
o Arti penting sajak angkatan ’66 pertama bukanlah sebagai seni, tetapi merupakan curahan hati
khas anak-anak muda yang mengalami kelegaan perasaan setelah masa penindasan.
STRUKTUR ESTETIK
Angkatan ini lahir di antara anak-anak muda dalam barisan perjuangan. Angkatan ini mendobrak
kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh pemimpin-pemimpin yang salah urus. Para
mahasiswa mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut ditegakkannya keadilan dan
kebenaran.
Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan ’66 adalah: bercorak perjuangan antitirani, protes politik, anti
kezaliman dan kebatilan, bercorak membela keadilan, mencintai nusa, bangsa, negara dan
persatuan, berontak terhadap ketidakadilan, pembelaan terhadap Pancasila, berisi protes sosial dan
politik. Hal tersebut diungkapkan dalam karya sastra pada masa Angkatan ’66 antara lain: Pabrik
(Putu Wijaya), Ziarah (Iwan Simatupang), serta Tirani dan Benteng (Taufik Ismail).
GAYA BAHASA
Menegakkan keadilan dan kebenaran berdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme
dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan
Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi Pancasilais
sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi Taufiq Ismail. Hampir
seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes Kebudayaan yang sempat berseteru dengan
LEKRA.
Karakteristik
ü Genre yang muncul prosa, puisi, drama, sajak, film, kritik, dan esai.
ü Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
ü Puisi yang dihasilkan bercorak spiritual religius.Misal Kubakar Cintaku karya Emha Ainun
Najib.
ü Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya
mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
ü Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis.
ü Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang
memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
ü Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
ü Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
hijriani hij di 03.32
Berbagi
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Foto Saya
hijriani hij