Kelas : XI-IBB A
Mapel : Bahasa dan Sastra Indonesia
BAB V
Mengapresiasi Perkembangan Genre Sastra Indonesia
yang terlintas saat mendengar sastra indoneisa hanya pengarangnya saja ya
Puisi (Lirik) berbentuk lirik dan bait dengan menggunakan bahasa yang singkat dan padat
Prosa (Epik) berbentuk epik atau paragraf dengan bahasayang lebih longgar dan terurai (bisa fiksi
atau nonfiksi), ada bahasa lisan tapi tidak mendominasi
Naskah Drama (Dramatik) berbentuk dialog atau percakapan dengan bahasa yang didominasi
oleh bahasa lisan
(1). Jenis Puisi :
Puisi lama : Pantun ( Karmina adalah pantun yang kilat 2 baris), Syair (baru dan pengaruh arab),
Gurindam (Baru), Mantra (Mantra adalah larik-larik yang mengandung kekuatan gaib), Bidal
(berisi pesan-pesan dengan 2 baris), Seloka, Talibun
Puisi baru : Sanjak bebas (tidak terbatas dengan jumlah baris dan jumlah bait, tidak terikat rima
tetapi boleh-boleh saja di terapkan dalam sanjak bebas), Distikhon (2 baris), Ters (3 baris),Kwart
( 4 baris ), Kwint (5 baris), Sektet (6 Baris), Septima ( 7 baris ), Oktav (8 baris), Soneta (14 Baris)
mulainya Puisi baru tahun 1918, dibulatkan 1920 ditandainya dengan terbitnya karya sastra dengan
penerbit balai pustaka, jaman ini disebut jaman baru, jaman balai pustaka (karena penerbitnya)
(3). untuk Naskah Drama tidak ada Drama lama atau baru karena masuk ke Karya Sastra baru dan juga di
Indonesia Sastra baru masuk 1920
yang paling terkenal adalah Angkatan 1920 Balai Pustaka, Angkatan 1933-an Pujangga baru, Angkatan
1945, 1950, 1966, angkatan 1970, 1990, 2000-an, Sastra Kontenporer
1. Sastra Angkatan Balai Pustaka (1920-an), menandai zaman baru karya sastra Indonesia ---> diciptakan
1918 - 1929
Jenis Karya Sastra : Roman (Paling lama), Puisi, Drama, Contoh :
1. Roman (Paling menonjol dan menjadi ciri khas Angkatan 1920/Balai Pustaka
2. Siti Nurbaya (Roman pertama) ---> Marah Rusli
3. Azab dan Sengsara, Sengsara membawa Nikmat ---> Mirari Siregar
4. Salah Asuhan ---> Abdul Muis (Pahlawan Nasional dalam 3 serangkai)
5. Salah Pilih, Si Jamin dan si Johan ---> Nur Sutan Iskandar
Puisi
1. Bukan Beta Bijak Berperi, Percikan Permenungan Soneta Duabelas ---> Rustam Effendi
2. Puspa Mega, Madah Kelana, Pancaran Cinta (Prosa Lirik) ---> Sanusi Pani (Pengarang Puisi dan
Drama
3. Tanah Air---> Muh. Yamin
Drama ---> Perintisnya yaitu Sanusi Pani
1.Sandya Kalaning Majapahit (Sandya adalah Senja atau akhir, Kalaning adalah Waktu, Majapahit adalah
nama kerajaan) ---> Sanusi Pani
2. Alur maju
3. Penggambaran Wataknya secara langsung
Jika dipandang dari jauh, tentulah akan disangka; anak muda ini seorang anak Belanda, yang hendak
pulang dari sekolah. Tetapi jika dilihat dari dekat, nyatalah ia bukan bangsa Eropa; karena kulitnya
kuning sebagai kulit langsat, rambut dan matanya hitam sebagai dawat. Di bawah dahinya yang lebar
dan tinggi, nyata kelihatan alis matanya yang tebal dan hitam pula. Hidungnya mancung dan mulutnya
halus. Badannya sedang, tak gemuk dan tak kurus, tetapi tegap. Pada wajah mukanya yang jernih dan
tenang, berbayang, bahwa ia seorang yang lurus, tetapi keras hati; tak mudah dibantah, barang sesuatu
maksudnya. Menilik pakaian dan rumah sekolahnya, nyata ia anak seorang yang mampu dan tertib
sopannya menyatakan ia anak seorang yang berbangsa tinggi.
Dikutip dari: Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, Marah Rusli, Balai Pustaka. Jakarta. 1988
Dalam kutipan di atas bentuk fisik Samsul Bahri digambarkan secara langsung.
4. Banyak sisipan peristiwa singkat yang tidak langsung hubungannya dengan tema (mirip dengan alur
berbingkai)
Ke rimba berburu kera,
dapatlah anak kambing jantan.
Sudah nasib apakah daya,
demikian sudah permintaan badan.
Dikutip dari: Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai. Marah Rusli, Balai Pustaka, Jakarta, 1988
5. Bersifat Didaktis ---> Memberikan Nasihat dan Pesan Moral secara Eksplisit
Ketahuilah olehmu, Samsul, walaupun di dalam dunia ini dapat kita memperoleh kesenangan, kekayaan,
dan kemuliaan, akan tetapi dunia ini adalah mengandung pula segala kesusahan, kesengsaraan,
kemiskinan, dan kehinaan yang bermacam macam rupa bangunnya tersembunyi pada segala tempat,
mengintip kurbannya setiap waktu, siap menerkam, barang yang dekat kepadanya.
Dikutip dari: Sitti Nurbaya Kasih Tak Sampai, Marah Rusli. Balai Pustaka. Jakarta, 1988
Isi kutipan di atas memberi nasihat kepada Samsul Bahri dan pembaca untuk berhati hati dalam hidup.
A. Puisi
1. Puisi berbentuk puisi baru, bukan pantun dan syair lagi.
2. Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kata-kata indah dan gaya bahasa perbandingan.
3. Banyak melukiskan perasaan, alam yang indah, dan keindahan lainnya.
4. Masih memegang persajakan (rima).
B.Prosa
1. Alurnya lurus.
2. Teknik perwatakannya tidak menggunakan analisis langsung.
3. Deskripsi fisik sudah sedikit.
”Aduh, indah benar.“ Dan seraya melompat lompat kecil ditariknya tangan kakaknya, ”Lihat Ti, yang
kecil itu, alangkah bagus mulutnya! Apa ditelannya itu? Nah, nah, dia bersembunyi di celah karang.”
Sekalian perkataan itu melancar dari mulutnya, sebagai air memancar dari celah gunung. Tuti mendekat
dan melihat menurut arah telunjuk Maria, ia pun berkata, ‘Ya, bagus.” Tetapi suaranya amat berlainan
dari adiknya, tertahan berat.
Dikutip dari: Layar Terkembang, St. Takdir Alisjahbana, Balai Pustaka, Jakarta, 1989
Dari kutipan tersebut dapat diketahui watak Maria yang mudah memuji dan watak Tuti yang tidak mudah
kagum atau memuji. Watak Maria dan Tuti dapat dilihat dari percakapan antara Maria dan Tuti.
8. Bersifat didaktis.
6. Latar cerita pada umumnya peperangan, terutama perang kemerdekaan melawan Belanda,
meskipun ada juga latar perang menentang Jepang,
Ketika tembakan pertama di Gang Jaksa memecah kesunyian pagi, Guru Isa sedang berjalan kaki
menuju sekolahnya di Tanah Abang. Selintas masuk ke dalam pikirannya rasa was-was tentang
keselamatan istri dan anaknya.
Dikutip dari: Jalan Tak Ada Ujung, Mochtar Lubis. Pustaka Jaya. Jakarta, 1990
Latar kutipan novel Jalan Tak Ada Ujung menunjukkan latar suasana mencekam karena masih dalam
suasana peperangan.
Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
o Tiga Menguak Takdir (1950)
Bakri Siregar
o Tanda Bahagia (1944)
o Tugu Putih. Drama (1950)
o Jejak Langkah (1953)
Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)
Muhammad Balfas
o Lingkaran-lingkaran Retak (1952)
o Tamu Malam. Drama (1957)
Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
Utuy Tatang Sontani
o Suling (drama) (1948)
o Tambera (1949)
o Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
5. Periode/Angkatan 66’-70’
Dalam periode ini mulai berkembang sastra pop dan novel pop.
B. Prosa
Alur berbelit-belit.
Pusat pengisahan bermetode orang ketiga.
Contoh:
“Tiap langkahnya adalah dia yang ziarah pada kemanusiaan. Pada dirinya sendiri. “
Dikutip dari: Ziarah, Iwan Simatupang, Djambatan, Jakarta, 1976
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa novel Ziarah menggunakan sudut pandang orang ketiga. Penulis
menyebut tokoh utama dengan sebutan “dia”.
Mengeksploitasi kehidupan manusia sebagai individu, bukan sebagai makhluk komunal.
Contoh:
”Tiap langkahnya adalah dia yang ziarah pada kemanusiaan. Pada dirinya sendiri.”
Dikutip dari: Ziarah. lwan Simatupang, Djambatan, Jakarta, 1976
Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa penulis hanya mengeksploitasi manusia sebagai makhluk
individu yang hanya menghargai keberadaan dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kalimat pada
dirinya sendiri.
6. Periode Angkatan 70
Pada periode ini, mulai berkembang sastra pop. Berikut ini ciri-ciri karya sastra periode Angkatan 1970.
A. Puisi
1. Mempergunakan sarana kepuitisan yang khusus berupa frasa.
2. Mempergunakan teknik pengungkapan ide secara sederhana, dengan kalimat-kalimat biasa atau
sederhana.
3. Mengemukakan kehidupan batin religius yang cenderung mistik.
4. Menuntut hak-hak asasi manusia, seperti kebebasan, hidup merdeka, bebas dari penindasan, dan
tuntutan akan kehidupan yang layak.
5. Mengemukakan kritik sosial atas kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah dan kritik atas
penyelewengan.
B. Prosa
1. Alur berbelit-belit.
2. Pusat pengisahan dengan metode orang ketiga. Mengeksploitasi kehidupan manusia sebagai
individu, bukan
3. sebagai makhluk komunal. Mengedepankan warna lokal (subkultur) dengan latar belakang
kebudayaan lokal.
4. Mengemukakan tuntutan atas hak-hak asasi manusia untuk bebas dari kesewenang-wenangan,
baik yang dilakukan oleh anggota masyarakat lain atau oleh pihak-pihak yang berkuasa.
1.Putu Wijaya
o Orang-orang Mandiri (drama);
o Lautan Bernyanyi (drama);
o Telegram (novel);
o Aduh (drama);
o Pabrik (novel);
o Stasiun (novel);
o Hah (novel);
o Keok (novel);
o Anu (drama);
o MS (novel);
o Sobat (novel);
o Tak Cukup Sedih (novel);
o Dadaku adalah perisaiku (kumupulan sajak);
o Ratu (novel);
o Edan (novel);
o Bom (kumpulan cerpen).
2.Iwan Simatupang
o Merahnya Merah (roman);
o Kering (roman);
o Ziarah (roman);
o Kooong (roman);
3.Danarto
o Godolb (kumpulan cerpen);
o Obrok owok-owok, Ebrek ewek-ewek (drama);
o Adam ma’rifat (kumpulan cerpen);
o Berhala;
o Orang Jawa Naik Haji (1984);
o Bel Geduwel Beh (1976).
4.Budi Darma
o Solilokui (kumpulan essai);
o Olenka (novel);
o Orang-orang Bloomington (kumpulan cerpen);
6.Arifin C. Noer
o Kapai-kapai (drama);
o Kasir Kita (drama satu babak);
o Orkes Madun (drama);
o Selamat Pagi, Jajang (kumpulan sajak);
o Sumur tanpa dasar (drama);
o Tengul (drama).
7.Darmanto Jatman
o Sajak-sajak Putih (kumpulan sajak);
o Dalam Kejaran Waktu (novel);
o Bangsat (kumpulan sajak);
o Sang Darmanto (kumpulan sajak);
o Ki Balaka Suta (kumpulan sajak).
8.Linus Suryadi
o Langit Kelabu (kumpulan sajak);
o Pengakuan Pariyem (novel);
o Syair-syair dari Jogja (kumpulan sajak);
o Perang Troya (cerita anak);
o Dari Desa ke Kota (kumpulan essai);
o Perutut Manggung (kumpulan sajak);
o Gerhana Bulan (kumpulan sajak).
9. Taufik Ismail
o Puisi-puisi Sepi (kumpulan sajak);
o Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (kumpulan sajak);
o Sajak Ladang Jagung (kumpulan sajak).
10.Arsendo Atmowiloto
o Lawan Jadi Kawan (cerita anak);
o Bayang-bayang Baur (novel);
o Teu Cireus (novel);
o Surat dengan Sampul Putih (kumpulan cerpen);
o Saat Kau Berbaring di dadaku (novel);
o 2 x cinta.
11.Y.B Mangunwijaya
o Teknologi dan Dampak Kebudayaannya (essai);
o Sastra dan Religiusitas (kumpulan essai);
o Roro Mendut (roman);
o Puntung Roro Mendut (roman);
o Ragawirdya (novel);
o Fisi Bangunan (buku teks);
o Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (novel).
12.Abdul Hadi WM
o Laut Belum Pasang (kumpulan sajak);
o Cermin (kumpulan sajak);
o Potret Seorang Pengunjung Pantai Sanur (kumpulan sajak);
o Meditasi (kumpulan sajak);
o Tergantung pada Angin (kumpulan sajak);
o Manusia dalam Sastra Indonesia Muttakhir (kumpulan essai);
o Zaman Edan dan Sastra Frustasi (kumpulan essai).
15.Umar Kayam
o Seribu Kunang-kunang di Matahari (kumpulan cerpen);
o Sri Sumarah dan Bawuk (kumpulan cerpen);
o Totok dan Toni (cerita anak-anak);
o Seni, Tradisi, Masyarakat (kumpulan essai);
o Para Priyayi (novel);
o Lebaran di Karet, di Karet - (kumpulan cerita pendek);
o Pada Suatu Saat di Bandar Sangging;
o Kelir Tanpa Batas;
o Jalan Menikung.
16.Remy Sylado
o Gali Lobang Gila Lobang (roman);
o Kita Hidup Hanya Sekali (roman);
o Belajar Menghargai Hak asasi Kawan (sajak).
17.WS. Rendra
o SLA (drama terjemahan);
o Informan ( drama terjemahan);
o Blues untuk Bonnie (kumpulan sajak);
o Sajak-sajak Sepatu Tua (kumpulan sajak);
o Oidipus Sang Budha (drama terjemahan);
o Antigone (drama);
o Potret Pembangunan dalam Puisi (kumpulan sajak).
Simpulan
1. Sastra Kontemporer adalah sastra masa kini, sastra sezaman, sastra dewasa ini. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sastra kontemporer adalah sastra yang hidup pada masa kini atau
sastra.
2. Sastra kontemporer terlahir karena dilatarbelakangi oleh adanya suatu pergeseran nilai
kehidupan secara menyeluruh, hal ini ditandai oleh semangat moderen. Di samping itu semangat
kontemporer juga lebih dijiwai oleh persoalan kehidupan.
3. Jenis-jenis sastra kontemporer yaitu:
1) Puisi Indonesia Kontemporer, yaitu puisi Indonesia yang lahir di dalam waktu tertentu yang berbentuk
dan bergaya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi lama pada umumnya.
2) Cerita pendek Indonesia kontemporer adalah cerita pendek yang berisikan kehidupan manusia Indonesia
yang terasing dari dunianya karena gencetan suasana metropolis, yang pemberontak, yang beradap di
tengah-tengah pergulatan nilai-nilai saling bertentangan yang membuktikan bahwa manusia mempunyai
potensi-potensi yang unik.
3) Novel Kontemporer, secara sederhana adalah novel yang hidup pada masa sekarang. Novel
kontemporer diistilahkan juga novel inkonvensional atau novel mutakhir.
Ahmad Fuadi
Negeri 5 Menara (2009)
Ranah 3 Warna (2011)
Andrea Hirata
Laskar Pelangi (2005)
Sang Pemimpi (2006) Edensor (2007)
Maryamah Karpov (2008)
Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010
Ayu Utami
Larung (2001)
Dewi Lestari
Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
Supernova 2: Akar (2002)
Supernova 3: Petir (2004)
Habiburrahman El Shirazy
Ayat-Ayat Cinta (2004)
Diatas Sajadah Cinta (2004)
Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
Herlinatiens
Broken Heart, Psikopop Teen Guide (2005)
Koella, Bersamamu dan Terluka (2006)
Sebuah Cinta yang Menangis (2006)
Raudal Tanjung Banua
Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
Ziarah bagi yang Hidup (2004)
Parang Tak Berulu (2005)
Seno Gumira Ajidarma
Atas Nama Malam
Sepotong Senja untuk Pacarku