Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA DAN PENGARANG DALAM

PUISI NYANYI SUNYI KARYA AMIR HAMZAH


“Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Sosiologi Sastra”

Dosen Pengampu :
Farida Yufarlina Rosita, M.Pd.

Disusun oleh :
Ainaya Nur Fatimah (211220001)

TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
PENDAHULUAN
Sastra adalah sebuah bentuk karya tulis yang menonjolkan nilai estetika
dan keindahan bahasa. Menurut Wellek dan Waren, sastra merupakan suatu
kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang tertulis
dan tercetak.1 Sastra juga dapat diartikan sebagai manifestasi ekspresi manusia
yang mengungkapkan perasaan, pemikiran, serta pengalaman hidupnya melalui
penggunaan bahasa yang indah dan kreatif. Disamping aspek estetisnya, sastra
juga membawa nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam konteks kehidupan sehari-
hari, seperti pelajaran tentang moralitas, etika, dan budaya. Karya sastra terbagi
menjadi berbagai bentuk, termasuk puisi, prosa, drama, dan jenis sastra lainnya.

Karya sastra berkaitan dengan individu dan masyarakat. Bahkan, dapat


dikatakan bahwa sastra merupakan cermin dari masyarakat. Sastra
menggambarkan potret kehidupan, sementara kehidupan itu sendiri adalah realitas
sosial yang ada.2 Penulis yang menciptakan sebuah karya sastra adalah bagian dari
masyarakat yang mengamati realitas sosial yang ada di sekitarnya, lalu
menggambarkannya dalam karya-karyanya.

Sosiologi sastra merupakan telaah yang objektif dan ilmiah tentang


manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Karya sastra
yang sangat diminati oleh masyarakat adalah prosa fiksi, hal ini disebabkan di
dalam prosa fiksi memuat berbagai permasalahan manusia dan kehidupannya.
Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap
lingkungan dan kehidupan. Sosiologi sastra mengaitkan penciptaan karya sastra,
keberadaan karya sastra, serta membahas karya sastra tidak lepas dari pengaruh
latar belakang sosial budaya pengarang, segi-segi kemasyarakatan.3

1
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2016) 3-5
2
Sapardi Djoko Dmono, Sosiologi Sastra, (Ciputat : Edi Tum, 2010) 1
3
Wiyatmi. (2006). Pengantar Kajian Sastra. Pustaka (Kelompok Penerbit Pinus).

2
PEMBAHASAN

1. Identifikasi Pengarang

Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah


Pangeran Indra Poetera, atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir
Hamzah (28 Februari 1911 – 20 Maret 1946) adalah sastrawan Indonesia
angkatan Poedjangga Baroe dan Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir dari
keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat di Sumatera Utara, ia dididik di
Sumatra dan Jawa. Saat berguru di SMA di Surakarta sekitar 1930, Amir muda
terlibat dengan gerakan nasionalis dan jatuh cinta dengan seorang teman
sekolahnya, Ilik Soendari. Bahkan setelah Amir melanjutkan studinya di sekolah
hukum di Batavia (sekarang Jakarta) keduanya tetap dekat, hanya berpisah pada
tahun 1937 ketika Amir dipanggil kembali ke Sumatra untuk menikahi putri sultan
dan mengambil tanggung jawab di lingkungan keraton. Meskipun tidak bahagia
dengan pernikahannya, dia memenuhi tugas kekeratonannya. Setelah
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, ia menjabat
sebagai wakil pemerintah di Langkat. Namun siapa nyana, pada tahun pertama
negara Indonesia yang baru lahir, ia meninggal dalam peristiwa konflik sosial
berdarah di Sumatra yang disulut oleh faksi dari Partai Komunis Indonesia dan
dimakamkan di sebuah kuburan massal.

Amir mulai menulis puisi saat masih remaja: meskipun karya-karyanya


tidak bertanggal, yang paling awal diperkirakan telah ditulis ketika ia pertama kali
melakukan perjalanan ke Jawa. Menggambarkan pengaruh dari budaya Melayu
aslinya, Islam, Kekristenan, dan Sastra Timur, Amir menulis 50 puisi, 18 buah
puisi prosa, dan berbagai karya lainnya, termasuk beberapa terjemahan. Pada
tahun 1932 ia turut mendirikan majalah sastra Poedjangga Baroe. Setelah kembali
ke Sumatra, ia berhenti menulis. Sebagian besar puisi-puisinya diterbitkan dalam
dua koleksi, Njanji Soenji (EYD: "Nyanyi Sunyi", 1937) dan Boeah Rindoe
(EYD: "Buah Rindu", 1941), awalnya dalam Poedjangga Baroe, kemudian
sebagai buku yang diterbitkan.

3
Puisi-puisi Amir sarat dengan tema cinta dan agama, dan puisinya sering
mencerminkan konflik batin yang mendalam. Diksi pilihannya yang
menggunakan kata-kata bahasa Melayu dan bahasa Jawa dan memperluas struktur
tradisional, dipengaruhi oleh kebutuhan untuk ritme dan metrum, serta
simbolisme yang berhubungan dengan istilah-istilah tertentu. Karya-karya
awalnya berhubungan dengan rasa rindu dan cinta, baik erotis dan ideal,
sedangkan karya-karyanya selanjutnya mempunyai makna yang lebih religius.
Dari dua koleksinya, Nyanyi Sunyi umumnya dianggap lebih maju. Untuk puisi-
puisinya, Amir telah disebut sebagai "Raja Penyair Zaman Poedjangga Baroe"
(EYD:"Raja Penyair Zaman Pujangga Baru") dan satu-satunya penyair Indonesia
berkelas internasional dari era pra-Revolusi Nasional Indonesia.

2. Hasil Analisis

Sosiologi sastra dalam puisi “'Nyanyi Sunyi” karya Amir Hamzah dapat
dilihat melalui refleksi nilai-nilai sosial, kebudayaan, dan konteks sejarah yang
tercermin dalam karyanya. Pengarang menciptakan gambaran masyarakatnya
melalui bahasa puisinya, mengungkapkan dinamika sosial pada zamannya.

Amir Hamzah, sebagai pengarang, menyampaikan pengalaman dan


pandangannya terhadap kehidupan masyarakatnya melalui puisinya. Pemahaman
terhadap sosiologi sastra membantu kita memahami bagaimana sastra dapat
menjadi cermin masyarakat dan mencerminkan realitas sosial.

Dalam “'Nyanyi Sunyi”, Amir Hamzah menyentuh tema-tema sosial


seperti cinta, keindahan alam, dan pergolakan batin. Puisinya dapat dianggap
sebagai reaksi terhadap perubahan zaman dan nilai-nilai budaya yang terjadi pada
masanya.

Penting untuk menggali latar belakang sejarah dan konteks sosial pada saat
Amir Hamzah menulis puisi ini agar dapat lebih memahami pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang. Dengan demikian, kita dapat mengapresiasi puisi
tersebut bukan hanya sebagai karya sastra, tetapi juga sebagai potret kehidupan
sosial pada masa itu.

4
Njanji Soenji (EYD:"Nyanyi Sunyi"), koleksi puisi pertama Amir,
diterbitkan dalam Poedjangga Baroe edisi bulan November 1937, kemudian
diterbitkan sebagai buku oleh Poestaka Rakjat pada tahun 1938. Koleksi ini terdiri
dari dua puluh empat potong puisi berjudul dan sajak empat baris tanpa judul,
termasuk puisi Hamzah paling terkenal, "Padamu Jua". Jassin mengklasifikasikan
delapan karya-karya ini sebagai puisi prosa, dengan tiga belas yang tersisa sebagai
puisi biasa, berikut judul puisi yang terdapat dalam Nyanyi Sunyi:

1. Padamu Jua
2. Barangkali
3. Hanya Satu
4. Permainanmu
5. Tetapi Aku
6. Karena Kekasihmu
7. Sebab Dikau
8. Doa
9. Hanyut Aku
10. Taman Dunia
11. Terbuka Bunga
12. Mengawan
13. Panji Dihadapanku
14. Menuju Dikau
15. Kurnia
16. Doa Poyangku
17. Turun Kembali
18. Batu Belah
19. Di Dalam Kelam
20. Ibuku Dehulu
21. Insyaf
22. Subuh
23. Hari Menuai
24. Astana Rela

5
A. Analisis puisi “Tetapi Aku”

TETAPI AKU

Tersapu sutera pigura


Dengan nilam hitam kelam
Berpadaman lentera alit
Beratus ribu di atas langit.

Seketika sekejap mata


Segala ada menekan dada
Napas nipis berlindung guring
Mati suara dunia cahaya.

Gugur badanku lemah


Mati api di dalam hati
Terhenti dawai pesawat diriku

Tersungkum sujud mencium tanah.


Cahaya suci riwarna pelangi
Harum sekuntum bunga rahsia
Menyinggung daku terhantar sunyi
Seperti hauri dengan kepaknya.

Rupanya ia mutiara-jiwa-ku
Yang kuselami di lautan masa
Gewang canggainya menyentuh rindu
Tetapi aku tiada merasa

Puisi Tetapi Aku adalah ungkapan perasaan keterpanaan dan keajaiban


terhadap alam dan eksistensi manusia. Penyair menggunakan gambaran alam dan

6
simbolisme mutiara untuk menciptakan makna filosofis dalam puisinya. Puisi ini
mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan dan misteri alam serta
eksistensi manusia, menampilkan konflik batin yang mendalam antara keinginan
untuk meraih kebebasan dengan kenyataan bahwa kebebasan itu belum
sepenuhnya terwujud.

Penggunaan kata "Tetapi Aku" mungkin mencerminkan perasaan


terbelenggu atau terkekang oleh keterbatasan situasi, namun juga menunjukkan
semangat untuk tetap berjuang. Dari perspektif sosiologi sastra, puisi ini bisa
dilihat sebagai cerminan dari ketegangan sosial dan keinginan untuk kebebasan di
tengah konteks sosialnya. Hal ini juga memberikan gambaran tentang perjuangan
batin pengarang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui karya
sastra, meskipun terbatas oleh kondisi eksternalnya. Dari segi sosiologi sastra,
puisi ini dapat dianalisis dari konteks sosial dan budaya di mana Amir Hamzah
hidup pada saat itu. Amir Hamzah adalah seorang penyair Indonesia yang hidup
pada masa kolonial Belanda. Puisi-puisi karyanya sering kali mencerminkan
pergolakan batin, rasa cinta, dan penderitaan di tengah situasi sosial yang sulit.
Dalam puisi "Tetapi Aku," kita bisa melihat nuansa kesedihan, kerinduan, serta
perasaan terpenjara atau terbelenggu.

B. Analisis Puisi “Hanyut Aku”

HANYUT AKU

Hanyut aku, kekasihku!


Hanyut aku!
Ulurkan tanganmu, tolong aku.
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hati,
tiada air menolak ngelak.
Dahagakan kasihmu, hauskan bisikmu, mati aku
sebabkan diammu.

7
Langit menyerkap, air berlepas tangan, aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam,
air di atas menindih keras
bumi di bawah menolak ke atas
mati aku, kekasihku, mati aku!

Puisi "Hanyut Aku" karya Amir Hamzah adalah sebuah karya yang
menggambarkan perasaan kehanyutan dan keputusasaan. Dalam puisi ini, penulis
mengungkapkan rasa terombang-ambing dan terperosok dalam kegelapan yang
mendalam. Dalam beberapa baris pendeknya, penulis menyampaikan perasaan
yang kuat tentang kehanyutan dirinya. Ia merasa terbawa arus dan tidak memiliki
kendali atas keadaannya.

Penyair meminta pertolongan dengan merayu sang kekasih untuk meraih


tangan yang bisa menyelamatkannya dari sunyi dan sepi yang menyelimuti.
Namun, dia merasa terisolasi dan tidak mendapatkan belas kasihan atau dukungan
dari sekelilingnya. Dalam puisi ini, kesunyian digambarkan sebagai sesuatu yang
menghimpit dan menekan. Tidak ada suara yang menghibur atau angin yang
menyejukkan hati. Keinginan akan kasih sayang sang kekasih menjadi begitu
dahsyat, kehausan akan bisikan-bisiknya begitu kuat, hingga membuatnya merasa
mati akibat keheningan dan kebisuannya.

Lalu, penulis menjelaskan betapa ia tenggelam dalam malam yang gelap


dan tanpa harapan. Air di atasnya menindih dengan keras, sedangkan bumi di
bawahnya menolaknya ke atas. Penulis merasa terperangkap dalam keadaan yang
tidak memiliki jalan keluar, seolah-olah tenggelam dalam keputusasaan dan
kekosongan.

Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang perasaan hanyut dan
terperosoknya penulis dalam kegelapan dan kesunyian. Ia merasa terisolasi dan
tidak mendapatkan dukungan atau pertolongan. Puisi ini menggambarkan
perasaan

8
keputusasaan dan kesedihan yang dalam, menghadirkan gambaran yang
melankolis dan suram.

C. Analisis Puisi “Di Dalam Kelam”

DI DALAM KELAM

Kembali lagi marak-semarak


jilat melonjak api penyuci
dalam hatiku tumbuh jahanam
terbuka neraka di lapangan swarga.

Api melambai melengkung lurus


merunta ria melidah belah
menghangus debu mengitam belam
buah tenaga bunga suwarga.
Hati firdausi segera sentosa
Murtad merentak melaut topan
Naik kabut mengarang awan
menghalang cuaca nokta utama.

Berjalan aku di dalam kelam


terus lurus moal berhenti
jantung dilebur dalam jahanam
kerongkong hangus kering peteri.

Meminta aku kekasihku sayang;


turunkan hujan embun rahmatmu
biar padam api membelam
semoga pulih pokok percayaku.

9
Gambaran Keadaan Gelap: Puisi ini dimulai dengan gambaran kegelapan dan
kemuraman. Penyair menggambarkan perasaan yang mendalam, di mana hatinya
tampak tumbuh dan terbuka seperti neraka di tengah lapangan surga. Ini
menciptakan kontras yang kuat antara kegelapan dan kecerahan, mencerminkan
pertarungan batin yang kuat.

Metafora Api dan Tenaga Bunga Suwarga: Dalam puisi ini, api digambarkan
dengan metafora sebagai "penyuci" dan "penyuci" hati penyair. Api ini mewakili
semacam pembersihan atau pemurnian yang diharapkan oleh penyair. Selain itu,
"tenaga bunga suwarga" menggambarkan potensi yang ada dalam diri penyair,
yang mungkin dipicu oleh perjuangan batinnya.

Pencarian Makna dan Kesucian: Puisi ini mencerminkan perjuangan batin


penyair untuk mencari makna dalam kegelapan dan kemuraman. Ia mungkin
mencari pencerahan atau pemahaman yang lebih dalam tentang eksistensi
manusia. Permohonan penyair kepada kekasihnya untuk "turunkan hujan embun
rahmatmu" mencerminkan harapan akan pemurnian dan penyelamatan dari
kegelapan.

Simbolisme: Puisi ini menggunakan berbagai simbolisme, seperti "neraka di


lapangan surga," "api," "tenaga bunga suwarga," "jahanam," "kekasihku sayang,"
dan "hujan embun rahmatmu," untuk menciptakan lapisan makna yang dalam
dalam puisinya. Simbolisme ini membantu menyampaikan perasaan penyair dan
konflik batinnya.

Perjuangan Batin: Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan perjuangan


batin penyair dalam menghadapi ketidakpastian, kegelapan, dan kemuraman. Puisi
ini menciptakan perasaan ketegangan dan kegelisahan, tetapi juga menyiratkan
harapan dan pencarian akan pemahaman dan pencerahan.

D. Analisis Puisi “Subuh”

SUBUH

Kalau subuh kedengaran tabuh


semua sepi sunyi sekali

10
bulan seorang tertawa terang
bintang mutiara bermain cahaya.

Terjaga aku tersentak duduk


terdengar irama panggilan jaya
naik gembira meremang roma
terlihat panji terkibar di muka.

Seketika teralpa;
masuk bisik hembusan setan
meredakan darah debur gemuruh
menjatuhkan kelopak mata terbuka.
Terbaring badanku tiada berkuasa
tertutup mataku berat semata
terbuka layar gelanggang angan
terulik hatiku di dalam kelam.

Tetapi hatiku, hatiku kecil


tiada terlayang di awang dendang
menangis ia bersuara seni
ibakan panji tiada terdiri.

Penggambaran Alam Subuh: Puisi ini membawa pembaca ke momen saat fajar
tiba, di mana suasana sepi dan sunyi terasa. Bahasa seperti "Kalau subuh
kedengaran tabuh, semua sepi sunyi sekali" menciptakan gambaran kesunyian dan
ketenangan saat fajar menyingsing. Penyair juga menggambarkan keindahan
alam, seperti "bulan seorang tertawa terang, bintang mutiara bermain cahaya."

Panggilan Menuju Ketenangan: Puisi ini menciptakan gambaran seseorang


yang terbangun oleh irama panggilan subuh. Bahasa seperti "Terjaga aku
tersentak

11
duduk, terdengar irama panggilan jaya" menggambarkan bagaimana suara
panggilan subuh dapat membangunkan seseorang dari tidur dan membangkitkan
perasaan gembira dan meremang.

Konflik Dalam Diri: Namun, puisi ini juga menggambarkan konflik dalam diri
penyair. Suara panggilan subuh digambarkan sebagai "bisik hembusan setan"
yang meredakan perasaan perenungan dan mendalam dalam diri. Penggunaan
bahasa ini menciptakan kontras antara ketenangan alam dan konflik dalam diri.

E. Analisis Puisi “Doa”

DOA

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?


Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik,
setelah menghalaukan panas terik.

Angin malam mengembus lemah, menyejuk badan, melambung


rasa menayang pikir, membawa angan kebawah kursimu.

Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.


Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-malam menyirak kelopak.

Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan


cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!

Puisi "Doa" karya Amir Hamzah adalah sebuah ungkapan perasaan dan
kerinduan yang mendalam terhadap sang kekasih. Dalam puisi ini, penyair dengan
penuh kelembutan dan ketulusan mengungkapkan perasaannya yang dalam
terhadap kekasihnya. Melalui bahasa yang indah dan imaji yang kuat, puisi ini
menciptakan gambaran tentang pertemuan dan hubungan asmara.

12
Perumpamaan dan Imaji Alam: Puisi ini membuka dengan perumpamaan
tentang pertemuan dengan sang kekasih. Penyair bertanya, "Dengan apakah
kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?" Kemudian, penyair menggambarkan
pertemuan itu dengan imaji-imaji alam seperti "senja samar sepoi" dan "masa
purnama meningkat naik". Ini menciptakan gambaran suasana romantis dan penuh
kerinduan.

Interaksi Alam dengan Perasaan: Puisi ini juga menggambarkan bagaimana


alam semesta ikut berinteraksi dengan perasaan penyair. Angin malam yang
"mengembus lemah" dan "melambung rasa menayang pikir" menciptakan suasana
yang lembut dan menenangkan. Alam semesta seolah-olah memahami perasaan
penyair dan mendukungnya.

Perasaan dan Harapan: Puisi ini mengungkapkan perasaan penyair yang tulus
dan dalam terhadap sang kekasih. Penyair menyatakan bahwa hatinya "terang
menerima katamu" dan "kalbuku terbuka menunggu kasihmu". Hal ini
mencerminkan kerinduan dan keinginan penyair untuk merasakan kehadiran dan
cinta sang kekasih.

Permohonan dan Doa: Puisi ini mengandung elemen doa, di mana penyair
memohon dan berharap bahwa sang kekasih akan mengisi hatinya dengan kata-
kata penuh cinta dan cahaya. Doa ini diwujudkan dalam ungkapan "isi hatiku
dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu". Ini menunjukkan bahwa
penyair berharap kekasihnya akan memberikan kebahagiaan dan kedamaian
dalam hidupnya.

Ekspresi Kecintaan dan Keterbukaan: Puisi ini adalah ungkapan yang tulus
dari penyair tentang perasaan cintanya. Bahasa yang indah dan penuh emosi
digunakan untuk menggambarkan perasaan-perasaan tersebut. Puisi ini juga
mencerminkan keberanian penyair untuk menjadi terbuka dan jujur tentang
perasaannya terhadap sang kekasih.

13
KESIMPULAN

Amir Hamzah adalah seorang penyair Indonesia yang dikenal sebagai


salah satu tokoh sastra yang berpengaruh pada masanya. Dia lahir pada tahun
1911 dan wafat pada tahun 1946. Karyanya terkenal karena keindahan bahasanya
dan pemikiran yang mendalam, seringkali mengeksplorasi tema-tema cinta,
keindahan alam, dan penderitaan manusia.

Dia dianggap sebagai salah satu pionir dalam pengembangan puisi modern
Indonesia. Karyanya sering menunjukkan perpaduan antara kecintaannya pada
tradisi sastra Indonesia dengan pengaruh-pengaruh Barat, yang memperkaya
puisinya dengan gaya yang unik.

Keberanian Amir Hamzah dalam menyuarakan perasaannya, terutama


tentang cinta dan penderitaan, telah membuatnya dihormati sebagai salah satu
penyair paling berpengaruh di Indonesia. Puisi-puisinya juga sering
mencerminkan kepedulian sosial terhadap penderitaan dan ketidakadilan dalam
masyarakat.

Selain karya-karyanya yang luar biasa, kehidupan pribadinya yang penuh


dengan tragedi dan penderitaan, seperti percintaan yang rumit dan pertentangan
dalam kehidupan keluarganya, juga memberikan dimensi yang mendalam pada
pemahaman akan karya-karyanya.

Amir Hamzah merupakan sosok yang memiliki pengaruh besar dalam


dunia sastra Indonesia, tidak hanya karena karya-karyanya yang menginspirasi,
tetapi juga karena kepribadiannya yang kompleks dan perjuangannya dalam
menghadapi tantangan hidup.

"Puisi Nyanyi Sunyi" karya Anmir Hamzah adalah sebuah karya yang
mendalam dan penuh dengan makna. Dalam puisi ini, penulis menggunakan kata-
kata yang sederhana namun padat makna untuk menggambarkan tentang
kesunyian yang bisa terasa meskipun diiringi oleh nyanyian. Puisi ini
menggambarkan kontras antara suara yang terdengar dan kesendirian yang terasa,
serta bagaimana keheningan bisa hadir meskipun ada nyanyian yang merdu.

14
Anmir Hamzah mungkin ingin menyampaikan bahwa keheningan bisa saja
menyelinap dalam kesibukan atau kegaduhan hidup kita, bahkan saat ada
nyanyian atau kegembiraan yang terdengar. Ada perasaan kesepian atau kesunyian
yang tidak bisa dihilangkan meskipun di tengah-tengah ramainya suara-suara di
sekitar.

Puisi ini juga bisa diartikan sebagai refleksi tentang kesendirian yang tidak
selalu berkaitan dengan fisik, melainkan dengan kehampaan emosional atau
kekosongan yang terasa di dalam diri seseorang, meskipun ada interaksi sosial
atau kehadiran orang lain di sekitarnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Djoko. 2010. Sosiologi Sastra.. Ciputat : Edi Tum.

Wellek, Rene dan Warren, Austin. 2016. Teori Kesusastraan. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Wiyatmi. (2006). Pengantar Kajian Sastra. Pustaka (Kelompok Penerbit Pinus).

16

Anda mungkin juga menyukai