Anda di halaman 1dari 12

BERANDA » KESENIAN » SASTRA » SASTRA INDONESIA – PERIODISASI SEJARAH PERKEMBANGAN

KASUSASTRAAN INDONESIA

Sastra Indonesia – Periodisasi Sejarah Perkembangan Kasusastraan Indonesia

Sejarah Sastra Indonesia. Sejarah Sastra merupakan salah satu cabang yang melengkapi ilmu sastra
disamping teori, kritik dan filologi sastra. Melalui sejarah sastra setidaknya kita akan mendapatkan
gambaran mengenai bagaimana perkembangan sastra dari masa ke masa.

Sejarah sastra juga memungkinkan kita mengetahui pengaruh apa saja yang menjadikan sastra terus
berkembang dan mengalami perubahan pada bentuk dan isinya. Di Indonesia sendiri beragam faktor
turut berpengaruh dalam hal ini, meliputi adat istiadat, agama, ideologi, politik hingga ekonomi.

Sebagai jalan untuk mempermudah mempelajari sejarah perkembangan sastra di Indonesia, telah
ditentukan dua kategori periodisasi yakni Periode Sastra Indonesia Lama dan Periode Sastra Indonesia
Baru.

Daftar isi tampilkan

Periode Sastra Indonesia Lama

Periode ini mewakili Kesusastraan Indonesia yang hidup sebelum masuknya pengaruh barat ke
Indonesia. Pada periode ini kesusastraan lebih dikenal sebagai Kesusastraan Klasik atau Tradisional.
Berikut ini adalah beberapa ciri karya sastra pada periode ini :

Tidak diketahui nama pencipta

Lebih bersifat pralogis (diwarnai hal-hal gaib)


Masih identik dengan kata-kata baku (alkisah, sahibul hikayat, konon dll)

Lebih mengisahkan kehidupan Istana dan tokoh-tokoh mulia (Raja-raja, Dewa dan para pahlawan)

Sastra Lisan karena pada saat itu belum ada media cetak dan elektronik.

Dalam hal Bentuk, pada Periode Sastra Indonesia Klasik dikenal beberapa Jenis Karya Sastra diantaranya
adalah:

Mantra

Berisi puji-pujian terhadap hal-hal gaib atau keramat oleh seorang pawang atau dukun pada sebuah
upacara keagamaan

Pantun

Sastra Puisi yang setiap baitnya terdiri atas empat baris. Baris pertama dan kedua disebut Sampiran dan
baris-baris selanjutnya adalah isi. Sangat mementingkan rima dengan bunyi akhir kalimat pertama sama
dengan bunyi akhir dari kalimat ketiga. Bunyi akhir kalimat kedua sama dengan akhir dari kalimat
keempat.

Dalam jenisnya pantun juga ada yang terdiri dari beberapa bait yang disebut pantun berkait. Ada juga
pantun kilat yang hanya terdiri dari dua baris saja serta Talibun atau pantun yang memiliki susunan
hingga sepuluh baris.

Peribahasa

Kalimat yang memiliki susunan tetap. Biasanya bertujuan untuk mengiaskan maksud tertentu, biasa
berisi nasihat, sindiran atau pujian.

Gurindam
Puisi yang terdiri atas dua baris yang lebih berisi nasihat keagamaan atau budi pekerti. Memiliki rima
akhir /aa/. Baris pertama dikenal sebagai Syarat, sedangkan baris kedua adalah akibat dari yang
disebutkan di baris pertama.

Syair

Puisi klasik hasil pengaruh budaya arab. Biasanya terdiri atas empat baris dengan masing-masing baris
terdiri 8 hingga 10 suku kata. Tidak memiliki sampiran karena semuanya adalah isi. Memiliki rima a-a-a-a

Fabel

Cerita yang diisi dengan tokoh-tokoh binatang yang berperan seperti halnya manusia. Berbicara, makan
minum dan berkeluarga. Fabel tidak hanya dikenal di Nusantara namun dikenal hampir seluruh
masyarakat dunia

Hikayat

Cerita yang memiliki tokoh-tokoh atau peristiwa yang masih berhubungan dengan sejarah.

Legenda

Cerita asal usul yang meliputi asal usul dunia tumbuhan, dunia binatang maupun asal-usul terjadinya
suatu tempat.

Teka-teki

Cerita pendek yang menuntut jawaban namun sangatlah memperhatikan keindahan bahasa, dimana
peranan nalar biasanya diabaikan. Teka-teki lebih mementingkan kemampuan penebak dalam
memahami arti kiasan atau ibarat yang dikemukakan.

Pujangga Lama
Bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini
karya sastra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya melayu klasik
dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung
Malaya.

Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya
keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga
Lama.

Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling
terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.

Sastra Melayu Lama

Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 – 1942. Berkembang dilingkungan
masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya, orang
Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa.

Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan
novel barat.

Periode Sastra Indonesia Baru

Sejarah Sastra Indonesia Baru diperkirakan dimulai pada 1920-an, dimana pada periode ini Sastra
Indonesia telah mengalami akulturasi dengan Kesusastraan Barat.
Disamping itu karya sastra di zaman ini hadir dengan nama pengarang yang dinyatakan dengan jelas. Di
masa ini mulai dikenal Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi yang mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia.

Periode ini mewakili Sejarah Sastra Indonesia Baru, sejak awalnya hingga sekarang yang digolongkan
menjadi beberapa angkatan sebagai berikut :

Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)

Mewakili karya sastra yang lahir pada periode 1920-1930-an. Ditandai dengan diterbitkannya Novel
Azab dan Sengsara karya Mirari Siregar ditahun 1920 dan menjadi Novel pertama yang diterbitkan.

Selanjutnya karya-karya sastra dalam periode ini lebih banyak diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka.
Novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli menjadi karya yang paling digemari masyarakat dalam periode ini.

Angkatan Balai Pustaka lebih diwarnai oleh karya sastra bertemakan sosial yang menggambarkan
kesetiaan, kepatuhan, kasih sayang terhadap sesama hingga pentingnya menuntut ilmu.

Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)

Mewakili perkembangan sastra Indonesia antara tahun 1930-1940an. Sebutan Angkatan Pujangga Baru
berasal dari majalah sastra yang terbit di tahun 1933.

Majalah yang diberi nama Pujangga Baroe tersebut melibatkan sejumlah sastrawan dalam
kepengurusannya seperti Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane dan Armin Pane.

Ciri-ciri sastra pada periode ini adalah lebih membebaskan jiwa, dinamis, individualistis dan tidak lagi
selalu terikat dengan tradisi sebagai tema utama serta lebih menggambarkan semangat nasionalisme
yang semakin tinggi.

Angkatan Chairil Anwar (Angkatan 45)


Karena pejuangannya yang sangat besar, Chairil Anwar menjadi tokoh sentral pada periode ini. Disebut
juga sebagai Angkatan Kemerdekaan karena lahir bersamaan dengan suasana proklamasi kemerdekaan
Indonesia.

Angkatan 45 lebih mewakili sikap hidup dan berkarya para pengarangnya yang lebih tegas. Sikap
tersebut diumumkan dan diberi nama Surat Kepercayaan Gelanggang di majalah siasat tahun 1950.

Disamping itu ciri-ciri karya sastra lebih bebas lagi, individualistis, universal dan realitik. Tersebut
beberapa nama pada periode ini seperti Achadiat Kartamiharja, Amir Hamzah, Chairil Anwar, El Hakim,
Idrus, Rosihan Anwar dan Usmar Ismail.

Angkatan 66-an

Angkatan yang dicetuskan oleh H.B. Jassin melalui bukunya ini lebih berwarna protes terhadap kondisi
sosial dan politik. Memang angkatan ini terlahir bersamaan dengan kacaunya kondisi politik akibat teror
dan berkembangnya paham komunis yang mengancam ideologi Pancasila.

Pagar Kawat Berduri karya Toha Mohtar dan Tirani, kumpulan puisi Taufik Ismail adalah dua contoh
karya yang lahir di masa ini. Selain dua sastrawan tersebut, beberapa nama yang produktif adalah
Mansur Samin dan Bur Rasuanto.

Angkatan 70-an

Sangat berbeda dengan sebelumnya, pada periode ini muncul karya sastra yang tidak lagi menekankan
makna kata, muncullah karya sastra yang masuk dalam jenis Sastra Kontemporer.

Sutardji Calzoum Bachri menjadi pelopor karya sastra jenis ini, karena ciri umum puisi sutardji adalah
mengesampingkan unsur makna dan lebih menekankan permainan bunyi dan bentuk grafis. Selebihnya
pada angkatan ini muncul aliran-aliran karya sastra yang sangat beragam seperti Surealis, Arus
Kesadaran, Arketip, Absurd dll.

Adapun nama-nama sastrawan diantaranya Leon Agusta, F. Rahardi, Ibrahim Sattah Umar Kayam,
Ikranegara, Arifin C. Noer, Taufik Ismail, Akhudiat. Darmanto Jatman, Kuntowijoyo, Putu Wijaya, Arief
Budiman, Goenawan Muhamad, Budi Darma. Hamsad Rangkuti, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Motinggo
Busye, Sapardi Djoko Damono, H.B. Jassin, Korrie Layun Rampan dll.

Angkatan 80-an

Pada kisaran tahun 80-an, karya-karya Sastra Indonesia masih mengalir dalam lingkup persoalan
tradisional dan modern. Sebagai misal diantaranya novel tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta
Toer, Burung-burung Manyar (1981) dan Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (1983) karya Y.B. Mangunwijaya. Bako
(1983) karya Darman Moenir serta trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (1982) karya Ahmad Tohari.

Sebagai penanda paling kentara dari Sastra Angkatan 80-an adalah maraknya roman percintaan, Mira W.
Marga T menjadi sastrawan wanita yang cukup vokal dengan fiksi romantisnya.

Juga pada masa ini karya sastra semakin tersebar luas diberbagai majalah dan penerbit umum. Masa ini
juga menjadi awal bagi tumbuhnya karya sastra beraliran pop remaja yang dipelopori oleh Hilman
dengan serial Lupus.

Angkatan Reformasi

Jatuhnya kekuasaan Orde Baru turut melahirkan wacana tentang Sastrawan Angkatan Reformasi,
terlebih di akhir 1990-an. Angkatan ini turut merefleksi keadaan sosial dan politik. Oleh karena itu masa
ini didominasi oleh lahirnya karya-karya sastra bertemakan sosial-politik atau berkisar pada reformasi.

Menariknya penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum
Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, dan Acep Zamzam Noer, ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak
sosial politik mereka.

Hingga akhirnya Angkatan Reformasi hanya menjadi sebuah wacana saja namun tidaklah dikukuhkan
karena tidak memiliki juru bicara.

Angkatan 2000
Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 oleh Korrie Layun Rampan telah diterbitkan oleh Gramedia di
tahun 2002. Buku tersebut menjadi penanda lahir Sastrawan Angkatan 2000 yang kemudian menjaring
seratus lebih pelaku Sastra, baik itu penyair, cerpenis, novelis hingga kritikus sastra.

Masa ini ditandai dengan lahirnya karya sastra yang sangat berani dan vulgar yang mendorong
berkembangnya fiksi sekuler dan seksual. Salah satu yang menonjol adalah Ayu Utami melalui karyanya
yang berjudul “Saman”dan “Larung”.

Sebagai pengimbangnya lahir pula fiksi-fiksi Islami yang dihadirkan dengan eksplorasi dan pengemasan
yang islami sehingga terkesan lebih santun dan bersih dari citra erotis dan vulgar.

Cyber Sastra

Seiring perkembangan internet, berdampak pula pada Sejarah Perkembangan Sastra Indonesia. Banyak
anggota komunitas sastra tidak lagi mempublikasikan karya-karya melalui buku.

Mereka lebih memilih mempublikasikan melalui dunia maya, baik yang dikelola resmi oleh pemerintah,
organisasi nirlaba, maupun situs pribadi.

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra…

TAGS:KESUSASTRAAN SASTRA INDONESIA SASTRA NUSANTARA SEJARAH SASTRA

4 RESPONSES

LIA

10/11/2016 pukul 3:00 pm


Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai sastra. Sastra merupakan sesuatu yang penting yang harus
diajarkan bagi pelajar Indonesia. Saya memiliki beberapa pembahasan sastra yang bisa anda kunjungi di
lepsab.gunadarma.ac.id

Balas

BLOG KULO

06/08/2020 pukul 2:29 pm

Setuju dan terima kasih atas apresiasinya! Bagus situsnya.

Balas

AH

06/08/2020 pukul 8:52 am

Blom ngerti

Balas

BLOG KULO

06/08/2020 pukul 2:30 pm

Mungkin perlu dibaca untuk beberapa kali. Terima kasih atas kunjungannya!

Balas

Average

3.2 Based On 4

TINGGALKAN BALASAN

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Komentar

Nama *

Email *

Kesenian Indonesia

Tari Rejang Bali

Tari Rejang, Bali – Tarian Wali Persembahan Suci Penyambut Para Dewata

Drama Tari Topeng Bali

Drama Tari Topeng, Bali – Sejarah Topeng Pajegan, Panca dan Prembon Bali

Tari Tirik Lalan

Tari Tirik Lalan – Tarian Tradisional Masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan

Tari Sekar Jagat Bali

Tari Sekar Jagat – Tarian Kreasi Khas Bali Untuk Pembukaan Suatu Acara

Selengkapnya

Tradisi Indonesia

Tradisi Selamatan

Upacara Selamatan – Tradisi Ritual Dalam Religiusitas Masyarakat Jawa

Tradisi Pasola

Tradisi Pasola dan Nyale, NTT – Antara Cacing Laut dan Lempar Lembing

tradisi perang pandan bali Indonesia

Perang Pandan (Mekare-kare) – Tradisi Unik Khas Desa Adat Tenganan Bali

Tari Tarek Pukat Aceh

Tari Tarek Pukat, Aceh – Refleksi Keindahan Dari Tradisi Menangkap Ikan
Selengkapnya

Wisata Indonesia

Coban Kabut Pelangi

Air Terjun Kabut Pelangi, Lumajang – Nan Menawan Menguras Ketakjuban

Bukit Holbung

Bukit Holbung Samosir – Ketika Danau Toba Lebih Menawan di Ketinggian

Harga Tiket Masuk Candi Borobudur

Candi Borobudur – Candi Buddha Terbesar di Dunia, Ikon Wisata Indonesia

Pantai Krakal Yogyakarta

Pantai Krakal di Yogyakarta – Eksotika Pantai Tua di Pesisir Selatan Jogja

Selengkapnya

Senarai Indonesia

TN. Komodo - Wisata Terindah di Indonesia

Wisata Terindah di Indonesia – 10 Keindahan Alam Terpopuler di Indonesia

Gunung Tertinggi di Indonesia

10 Gunung Tertinggi di Indonesia – Yang Senantiasa Menanti Pendaki Bernyali

Tari Kalegoa

Tarian Sulawesi Tenggara – 10 Ragam Tari Daerah dari Sulawesi Tenggara

Pakaian Adat Yogyakarta

Pakaian Adat Yogyakarta – 10+ Kelengkapan & Jenis Busana Yogyakarta

Wisata Kota Batu Malang

Wisata Kota Batu – Daftar 7+ Objek Wisata Terpopuler di Batu Malang Raya

Cliffhanger - Film Pendakian Gunung Terbaik

Film Pendakian Gunung – Daftar 10+ Film Pendakian Gunung Terbaik Dunia

Pantai Loang Baloq di Lombok Barat


Tidak Hanya Senggigi, 5 Pantai Di Lombok Barat Ini Juga Wajib Dikunjungi

Pantai Watu Karung

Tempat Wisata di Pacitan – Daftar Objek Wisata Pacitan, Terbaru & Terbaik

Mie Celor Kuliner Palembang

Kuliner Khas Palembang – 12 Makanan Tradisional Khas Wong Palembang

Pantai Terindah di Malang Selatan

Pantai Terindah di Malang Selatan – 10 Pantai Yang Semestinya Dikunjungi

Selengkapnya

ProfilKebijakanDisclaimer

© 2020 Blog Kulo

Anda mungkin juga menyukai