125110700111009
125110707111012
125110701111015
2014
Bahasa dan Sastra
Jawa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Brawijaya
MAKALAH
Memenuhi Tugas Kelompok Matakuliah Apresiasi
Budaya Jawa
Yang dibina Ibu Jamila Wijayanti, S.S.
Oleh
Siti Uswatun Hasanah
125110700111009
125110707111012
1251107001111015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II BAHASA DAN SASTRA JAWA
2.1 Bahasa Jawa
2.1.2 Undhak Undhuk Bahasa Jawa
2.1.3 Dialek Bahasa Jawa
2.1.4 Aksara Jawa
2.2 Sastra Jawa
2.2.1 Pembagian Sastra Jawa
2.2.2 Klasifikasi Karya Sastra Jawa
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat
Jawa
memiliki
banyak
hasil
karya
manusia
dalam
kehidupan
dimiliki
menggunakan
masyarakat
bahasa
Jawa
Jawa
sebagai
sehingga
media
kesusastraan
Jawa
BAB II
BAHASA DAN SASTRA JAWA
2.1 Bahasa Jawa
Bahasa Jawa merupakan bagian dari budaya
Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan
suku Jawa baik yang berada di belahan Utara Pulau
Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta)
maupun di berbagai tempat lainnya yang dihuni
secara signifikan oleh para pendatang dari tanah
Jawa dengan berbagai latar belakang (Uddin,
2011). Dalam jumlah besar, masyarakat Jawa juga
banyak ditemukan di Suriname, Kaledonia Baru,
Malaysia, Singapura, dan Belanda.
2.1.1 Undhak-Undhuk Bahasa Jawa
Bahasa Jawa mengenal istilah undhakundhuk atau aturan tatakrama dalam berbahasa,
yang mencakup pertimbangan-pertimbangan relasi
sosial dan peran sosial para penutur yang terlibat
dalam percakapan. Bastomi (1995:65) mengatakan
bahwa tingkatan-tingkatan bahasa Jawa digunakan
untuk
menunjukkan
tingkatan
masyarakat
dengan
bahasa
krama
ngoko
andhap.
Ngoko
lugu
alus
menghormati
yang
orang
tujuannya
yang
diajak
untuk
bicara
kelas
sosialnya,
dan
ketika
orang
yang
diajak
bicara.
badh
tindak
sakmenika
(Kridalaksana, 2001).
Anda mau pergi sekarang.
Pembicara
atau
penutur
Dialek Banten
Bahasa Banten (Dialek Banten) mulai
b.
c.
d.
2.
Dialek Cirebon-Indramayu
Dialek Cirebon-Indramayu atau disebut
b.
c.
d.
3.
Dialek Tegal-Banyumas
Dialek Tegal-Banyumas atau sering disebut
Cilacap,
Kebumen,
Purbalingga,
dan
Bahasa
Banyumasan
masih
(Surakarta-Yogyakarta)
baik
secara
b.
c.
d.
Kepriwe
Banyumas
e.
Kepriben
(bagaimana)
merupakan
dialek
Tegal
4.
Dialek Pekalongan
Dialek Pekalongan adalah salah satu dari
pengucapannya
tak
begitu
"kental"
"tak
mau",
Nghang
priye
artinya
Gandhul (pepaya)
b.
Mbaca (membaca)
c.
6. Dialek Surakarta-Yogyakarta
Bahasa Jawa Dialek Surakarta-Yogyakarta
(Mataraman) adalah dialek Bahasa Jawa yang
diucapkan di daerah Surakarta dan Yogyakarta,
termasuk pula daerah-daerah di bagian tengah
Pulau Jawa (memanjang dari Kabupaten Blitar di
timur hingga Kabupaten Kendal di barat). Menurut
Aji (2013), dialek ini merupakan Bahasa Jawa baku
dan menjadi standar bagi pengajaran Bahasa Jawa
baik
di
dalam
negeri
maupun
secara
7.
Lamuk/jengklong (nyamuk)
b.
8.
Dialek Arekan
Dialek
Arekan
adalah
sebuah
dialek
Meskipun
demikian,
bahasa
dengan
orang
Surabaya,
sebagai
bentuk
b.
Kathuken (kedinginan)
c.
Gurung (belum)
d.
Gudhuk (bukan)
e.
Opoo (mengapa)
9.
Dialek Tengger
Yang
terakhir,
di
Lumajang
adalah
dialek
bahasa
Jawa
yang
dipertuturkan oleh orang Osing (salah satu subSuku Jawa) di Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur. Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua
gaya bahasa yang satu sama lain ternyata tidak
saling berhubungan yakni Cara Osing dan Cara
Besiki (Aji, 2013). Cara Osing adalah gaya bahasa
yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dan
tidak mengenal bentuk Ngoko-Krama seperti
layaknya Bahasa Jawa umumnya. Pembedanya
adalah
pronomina
yang
disesuaikan
dengan
b.
c.
d.
2013).
Banyak
yang
mengatakan
jawa,
aksara
yang
tidak
mendapat
mengarahkan,
mengajar,
memberi
imajinatif,
tidak
dapat
dibuktikan
sastra
Jawa
berdasarkan
di
Jawa
Timur,
keraton
Raja
b.
c.
Kurawa,
Astina.
Baratayuddha
Pncaknya
di
medan
adalah
perang
Kurusetra
dan
tentang
kisah
penciptaan
c.
keraton
Mataram,
dan
kemudian
Purwadi
perkembangan,
(2007:426)
setelah
kesusastraan
Jawa
Prosa Jawa
Dongeng
Menurut
Sutjipto
(Mursini,
2007:46),
rakyat
bagian
dari
kebudayaan
yang
Dapat
disimpulkan
bahwa
dongeng
Babad
Babad yaitu prosa yang menceritakan
Riwayat
Menurut
Purwadi
(2007:427)
riwayat
Wiracarita
Wiracarita berasal dari bahasa Sansekerta,
e.
Sandiwara (Drama)
Sandiwara berasal dari bahasa Jawa (sandi
Puisi Jawa
Puisi Jawa biasa disebut dengan kata
merupakan
berkembang
di
kalangan
dibuat
menonjolkan
seorang penulis
tidak
mau
puisi
Jawa
(Purwadi, 2007:435-455).
a.
Kekawin
Kekawin berasal dari kata dasar kawi yang
kekawin
Garirangsi,
yaitu:
Sikarini,
Kusumawicitra,
Sardula
Jagadita,
Lalitawisama,
Wikridita,
Praharsini,
Aswalalita,
Wasantatilaka, Ragakusuma.
Contoh Kekawin Garirangsi
Singgrong ning paras arars aleye khawan ika ri
tepi kangde kung
Ramyatuntun angelih ika sang ahayu teher inamber
agupyangras
Sobarum rara-raras ika sawinulatan irika n
amangun lengleng
Ardhasor raras ika ri hayu ni sang amunah i sang
garirangsi.
b. Kidung, merupakan sebuah lelagon yang
diformat dengan kata-kata kawi campuran
dengan bahasa Jawa baru. Kidung merupakan
karya untuk mengekspresikan kisah seorang
tokoh. Di jaman Majapahit terdapat kidung Sri
Tanjung, Kidung termasuk karya sastra asli
Jawa, tidak mengenal guru dan lagu (suara
panjang
dan
pendek).
Walaupun
seperti
Macapat.
antaranya
Undayana,
Nama-nama
Kidung
kidung
kidung
Sorandakan,
Ranggalawe,
di
kidung
dan
sebagainya.
c. Tembang
1) Tembang Gedhe, juga sering digunakan
sebagai bawa dan suluk wayang kulit.
Tembang gedhe adalah nama tembang yang
terdiri dari 4 baris, setiap baris jumlah suku
katanya sama. Nama-nama tembang gedhe
Anandha, Badra, Nari, Sri Waneh, Giyanti,
Tanumadya,
Sundari,
Salisir
(Kusumastuti,
KGPAA
Mangnagara
IV:IV:18)
Dari
kutipan
tersebut
dapat
dinyatakan bahwa tembang gedhe adalah
tembang yang aturannya terkait dengan
konversi lampah, yakni kesamaan jumlah
suku kata dalam setiap baris.
2) Tembang tengahan, bentuk tembang ini
berasal dari kidung. Bahasa yang digunakan
pada tembang tengahan yaitu bahasa kawimiring
atau
disebut
bahasa
Jawa
(membaca
empat-empat),
yaitu
pada
akhir
Majapahit
dan
macapat
telah
dikenal
sebelum
Dhandhanggula,
Durma,
merupakan
puisi
yang
mirip
dengan
cangkriman.
Jenis
wangsalan
ada
tiga
yaitu:
wangsalan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bahasa dan sastra jawa merupakan hasil
sebuah proses panjang perjalanan masyarakat Jawa.
Dalam perjalanannya, perkembangan bahasa Jawa
tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sastra.
Dari makalah tersebut dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1.
2.
3.
Kedu,
dialek
Mataraman,
dialek
5.
6.
Klarifikasi
karya
sastra
Jawa
dibedakan
8.
3.2 Saran
Diharapkan
pemateri
lainnya
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Bimo Kusumo. 2013. Macam Varian Dialek
Bahasa
Jawa.
[online].
Tersedia.
http://infobimo.
blogspot.com/2013/11/macam-variandialek-dialek-bahasa-jawa.html.
Diakses
Bahasa
Departemen
1990.
Pengantar
Ilmu
Sastra
Jawa.
Depok:
Keluarga
Tersedia.
Tersedia.
http://bahasa-
nusantara.blogspot.com
daerah-jawa.html.
/2011/02/bahasa-
Diakses
pada
15
Desember 2014.
Wikipedia Bahasa Indonesia. 2014. Aksara Jawa.
[online]. Tersedia. http://id.wikipedia.org/
wiki/Aksara_Jawa.
Diakses
pada
15
November 2014.
Wikipedia Bahasa Indonesia. 2013. Dialek Jawa.
[online]. Tersedia. http://id.wikipedia.org/
wiki/Dialek_Jawa.
November 2014.
Diakses
pada
15