d 3 TAHUN
DALAM BAHASA SEHARI-HARI (TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK)
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang pemerolehan bahasa pertama anak usia 0 s.d
3 tahun dalam bahasa sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan tentang tahap-tahap perkembangan bahasa anak dan
mendeskripsikan proses pemerolehan bahasa dalam aspek fonologi, morfologi,
sintaksis dan diksi. Subjek penelitian ini adalah anak-anak yang berusia 0 sampai 3
tahun yang berada dalam lingkugan peneliti. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran mengenai tahap pemerolehan bahasa
anak. penelitian ini juga memaparkan proses pemerolehan bahasa anak. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan
metode cakap. Metode pertama yang digunakan oleh peneliti adalah metode simak.
Adapun teknik yang digunakan dalam rangka melaksanakan metode simak itu adalah
teknik catat dan teknik rekam. Peneliti menemukan bentuk proses pemerolehan
bahasa diantaranya adalah pertama pada usia 0-1 tahun pemerolehan fonologi anak
berfokus pada bunyi. Pemerolehan morfologi, munculnya bentuk morfem bebas.
Pemerolehan sintaksis, anak mampu mengucapkan kata yang membentuk ujaran satu
kata. Pemerolehan diksi pada usia 0-1 tahun belum tampak. Kedua pada usia 1-2
tahun pemerolehan fonologi, anak mampu mengeluarkan beragam bentuk bunyi
terutama bunyi vokal dan konsonan. Pemerolehan morfologi, anak lebih banyak
menggunakan morfem bebas dalam berkomunikasi. Pemerolehan sintaksis, anak
mampu menggunakan dua kata, dan bentuk-bentuk kalimat mengandung unsur
verba, nomina, dan adjektiva sudah mulai tampak. Pemerolehan diksi anak lebih
banyak mengamati mitra tutur berbicara untuk memperbanyak kosakata yang ia
miliki. Ketiga pada usia 2-3 tahun pemerolehan fonologi anak sudah sempurna dalam
bunyi vokal dan diikuti bunyi konsonan. Pemerolehan morfologi bentuk morfem dan
kosakata sudah mencapai beberapa ratus kata. pemerolehan sintaksis anak sudah
mampu menggunakan kalimat rangkaian kata dan kalimat konstruksi yang kompleks.
Pemerolehan diksi anak mampu menggunakan pilihan kata dalam berkomunikasi.
Kata Kunci: Pemerolehan, Bahasa, Anak, Psikolinguistik
Pendahuluan
Komunikasi antara satu orang dengan yang lain itu sangat penting. Hal yang
paling penting dalam berkomunikasi yaitu menggunakan bahasa. Maksud dan tujuan
berbahasa adalah menyampaikan informasi seluas-luasnya dengan jelas sebagai
kebutuhan seseorang dengan yang lainnya. Setiap orang dibekali untuk berbahasa
ketika masih dalam kandungan. Secara tidak langsung ketika dalam kandungan
seseorang tersebut mendapatkan informasi yang dirangsang oleh ibunya. Orang
dewasa selalu terpesona pada perkembangan bahasa yang terjadi pada anak-anak.
Meskipun lahir tanpa bahasa, pada saat mereka berusia 3 atau 4 tahun, anak-anak
secara khusus telah memperoleh beribu-ribu kosakata, sistem fonologi dan gramatika
yang kompleks, dan aturan kompleks yang sama untuk bagaimana cara
menggunakan bahasa mereka dengan sewajarnya dalam banyak latar sosial. Bahasa
merupakan alat perantara dalam proses interaksi manusia dengan manusia lain.
Meskipun bahasa tidak pernah lepas dari manusia, namun belum ada angka pasti
berapa jumlah bahasa di dunia.1
Bahasa berhubungan dengan kebudayaan manusia, dimana kebudayaan
manusia muncul setelah bahasa lahir dan ada pula yang berpendapat bahwa bahasa
merupakan pusat dari sebuah kebudayaan. Bahasa dipandang sebagai produk sosial
atau produk budaya, bahkan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan.
Sebagai produk sosial atau budaya, bahasa adalah wadah aspirasi sosial, perilaku
masyarakat, dan wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan
oleh masyarakat pemakai bahasa itu2. Bahasa dan kebudayaan selalu terealisasi
secara bersamaan, maksudnya ketika belajar bahasa asing maka terlebih dahulu
mengenal kebudayaannya sehingga terjadi timbal-balik di dalamnya. Apabila tidak
ada jalinan antara belajar bahasa dan kebudayaan mengakibatkan proses belajar
bahasa atau kebudayaan tidak maksimal.
Psikolinguistik termasuk salah satu cabang linguistik yang kerap
perkembangannya pesat karena membuka diri dalam temuan disiplin ilmu lain
sebagai alat bantu untuk menginterpretasikan masalah pemerolehan bahasa (language
acguisition) serta komprehensi dan produksi bahasa (speech comprehension and
production). Psikolinguistik merupakan salah satu cabang linguistik yang kompleks.
Ahli psikolinguistik dituntut untuk dapat melakukan analisis pada semua tataran
linguistik (fonologi-morfologi-sintaksis-wacanasemantik- pragmatik) dengan baik
karena psikolinguistik berusaha memahami bagaimana bahasa berbahasa di otak
manusia. Selain itu, psikolinguistik juga mempertanyakan kembali apakah terdapat
1
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. (Jakarta: Rineka Cipta. 2003) Hlm. 33
2
Sumarsono, Paina Pratama. Sosiolinguistik. (Yogyakarta: Sabda. 2002) Hlm. 20
bukti biologis bahwa bahasa bersifat anugerah kodrati (innate properties)
sebagaimana dicetuskan oleh Chomsky. Kajian psikoliguistik akan memberi kajian
yang bermanfaat untuk perencanaan bahasa jika penelitian tentang pemerolehan
bahasa pertama (child language acquisition) ditingkatkan.
Menurut Pateda (1990: 42) terdapat beberapa teori yang digunakan untuk
meneliti perkembangan bahasa pada anak yaitu menurut Nababan (1988), Clara dan
W. Stern (1961), Aitchison (1976) dan menurut Lenne Berg (1975). Perkembangan
bahasa anak menurut Nababan terdiri dari empat tahap. Tahap I Pengocehan (6
bulan), tahap II Satu Kata, Satu Frase (1 tahun), tahan III Dua kata, Satu Frasa (2
tahun), tahap IV Menyerupai Telegram.
Perkembangan bahasa anak menurut Aitchison (dalam Harras dan Andika,
2009: 50-56) terdiri dari sepuluh tahap. Umur 0,3 (mulai dapat meraban), umur 0,9
(mulai terdengar pola intonasinya), umur 1,0 (dapat membuat kalimat satu kata),
umur 1,3 (haus akan kata-kata), umur 1,8 (menguasai kalimat dua kata), umur 2,0
(dapat membuat kalimat empat kata, dapat membuat kalimat negatif, menguasai
infleksi, pelafalan vokal telah sempurna), umur 3,6 (pelafalan konsonan mulai
sempurna), umur 4,0 (penguasaan kalimat secara tepat, tetapi masih terbatas), umur
5,0 (konstruksi morfologis telah sempurna), umur 10,0 (matang berbicara).
Pemerolehan bahasa oleh anak-anak dapat diketahui dengan mengadakan
penelitian mengenai bahasa anak itu sendiri. Penelitian ini penting karena bahasa
anak memang manarik untuk diteliti. Selain itu, hasil penelitiannya pun dapat
membantu mencari solusi pada aneka ragam masalah serta dari hasil penelitian itu
pula jelaslah bahwa fenomena pemerolehan bahasa relevan bagi perkembangan teori
linguistik
Pertumbuhan dan perkembangan berbeda pada setiap anak, tergantung
banyak hal, mulai dari masa anak dalam kandungan sampai dengan masa kelahiran
hingga masa pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir. Faktor gen apakah pria
dan wanitanya merupakan orang-orang yang sehat, tidak membawa sifat keturunan
yang kurang, sehat, pada saat proses pembuahan dalam keadaan sehat pula.
Perawatan dan pemeliharaan selama masa kehamilan tetap terjaga, sehingga janin
dalam rahim tidak mengalami gangguan hingga proses persalinannya apakah normal
atau tidak. Selanjutnya adalah bagaimana proses perawatan dan pemeliharaan anak
oleh orangtuanya dalam masa tumbuh kembang.
Masa bayi atau balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling
signifikan dalam kehidupan manusia. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami
perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama
persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu
agak lama. Untuk membantu perkembangannya, ibu dapat membantu memberikan
stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Sejalan dengan
perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian
dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas. Penelitian
ini bermaksud mengakaji pemerolehan bahasa pertama pada anak usia 0 s.d 3 tahun
dalam bahasa seharihari ditinjau dari segi kajian psikolinguistik.
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah di dalam penelitian
ini adalah Bagaimanakah tahap pemerolehan bahasa anak usia 0-3 tahun? Atas dasar
rumusan masalah utama, maka disusun dalam rumusan masalah sebagai berikut 1.
Bagaimanakah tahap pemerolehan bahasa anak usia 0-1 tahun pada aspek fonologi,
morfologi, sintaksis, dan diksi? 2. Bagaimanakah tahap pemerolehan bahasa anak
usia 1-2 tahun pada aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan diksi? 3. Bagaimanakah
tahap pemerolehan bahasa anak usia 2-3 tahun pada aspek fonologi, morfologi,
sintaksis, dan diksi?.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan tahap pemerolehan
bahasa pada anak usia 0-3 Tahun dalam bahasa sehari-hari. 2. Mendeskripsikan
pemerolehan bahasa pada anak usia 0-1 Tahun Pada tataran fonologi, morfologi,
sintaksis, dan diksi dalam bahasa seharihari. 3. Mendeskripsikan pemerolehan bahasa
pada anak usia 1-2 Tahun Pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan diksi
dalam bahasa seharihari. 4. Mendeskripsikan pemerolehan bahasa pada anak usia 2-3
Tahun Pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan diksi dalam bahasa seharihari.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil dan manfaat bagi berbagai
pihak, dapat digunakan oleh para penutur dalam lingkup keluarga untuk
mempertimbangkan pemerolehan bahasa anak pada usia dini agar mengetahui
batasan- batasan pemerolehan bahasa pada anak dalam praktik berkomunikasi, serta
dapat memperkuat pendidikan karakter dalam lingkup keluarga yang merupakan
salah satu faktor penting yang berpengaruh bagi pembentukan karakter bangsa pada
anak usia dini.
Kajian Pustaka
Teori Perkembangan Bahasa Anak
Penelitian yang digunakan untuk meneliti perkembangan bahasa anak
tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis, atau teori psikologi yang dianut.
Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya tiga pandangan atau teori dalam
perkembangan bahasa anak. Dua pandangan yang kontroversial itu dikemukakan
oleh pakar dari Amerika, yaitu pandangan nativisme yang berpendapat bahwa
perkembangan bahasa anak bersifat alamiah (nature), dan pandangan behaviorisme
yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada anakanak bersifat suapan
(nurture). Pandangan ketiga muncul di Eropa dan Jean Piaget yang berpendapat
bahwa penguasaan bahasa adalah kemampuan yang berasal dari pematangan
kognitif, sehingga pandangannya pun disebut sebagai kognitivisme.3
Perkembangan Akuisisi Bahasa
Perkembangan akuisisi bahasa berhubungan dengan kematangan
neoromuskularnya yang kemudian dipengaruhi oleh stimulus yang diperolehnya
setiap hari. Pada tahap awal tidak ada kontrol terhadap pola tingkah lakunya
termasuk tingkah lau berbahasa. Vokal anak dan otot-otot bicaranya bergerak refleks.
Pada bulan-bulan pertama otaknya berkembang dan mengatur mekanisme syaraf
sehingga dengan demikian gerakan refleks tadi sudah dapat dikontrol. Refleks itu
berhubungan dengan gerakan lidah, atau mulut. Misalnya anak akan mengedipkan
mata kalau cahaya berubah-ubah atau bibirnya akan bergerak-gerak apabila sesuatu
yang disentuhkan pada bibirnya4.
Proses Akuisisi Bahasa
Telah ada keyakinan diantara sesama ahli psikolinguistik bahwa akuisisi
bahasa bersifat dinamis. Artinya bahwa akuisisi bahasa berlangsung dari tahap ke
3
Abdul Chaer. Psikolinguistik Kajian Teoritik. (Jakarta: Rineka Cipta. 2009) Hlm. 221
4
Mansoer Pateda. Aspek-aspek Psikolinguistik. (Flores-NTT: Nusa Indah. 1990) Hlm. 53
tahap yang lain. Di dalam tahap perkembangan akuisisi ini terjadi, Pertama,
perubahan-perubahan, teuratama yang berhubungan dengan struktur bahasa. Kedua,
perkembangan ini ditentukan oleh interaksi personal, berfungsinya saraf secara baik,
dan proses kognitif. Ketiga, bahwa dalam akuisisi terjadi poroses pemilihan kata-kata
dan stuktur yang tidak dianalisis oleh anak. Keempat bahwa teori yang digunakan
bersifat umum. Lain dari kata itu telah disepakati pula bahwa akuisisi bahasa
dipengaruhi oleh penggunaan bahasa sekitar. Dengan kata lain akuisisi bahasa
bergantung pada lingkungan bahasa anak5.
Tahap-tahap Perkembangan Bahasa
Menurut Aitchison (dalam Harras dan Andika, 2009: 50-56), tahap
kemampuan bahasa anak sebagai berikut.
Tahap Perkembangan Bahasa Usia
Menangis Lahir
Mendekur 6 minggu
Meraban 6 bulan
Pola intonasi 8 bulan
Tuturan Satu Kata 1 tahun
Tuturan dua kata 18 bulan
Infleksi kata 2 tahun
Kalimat Tanya dan Ingkar 2,5 tahun
Konstruksi yang jarang dan kompleks 5 tahun
Tuturan yang matang 10 tahun
5
Lowenthal, F et al Ed. Language & Language Acquisition. (New York: Plenum Press. 1982) Hlm. 303
Teori Struktural dikemukakan dan dikembangkan oleh Jakobson (dalam
Chaer, 2009: 185-189), pada intinya teori ini mencoba menjelaskan pemerolehan
fonologi berdasarkan struktur-struktur universal linguistik, yakni hukum-hukum
struktural yang mengatur setiap perubahan bunyi. Jakobson menyimpulkan adanya
dua tahap pemerolehan fonologi, yaitu (1) tahap membabel prabahasa dan (2) tahap
pemerolehan bahasa murni.
Jakobson (dalam Chaer, 2009: 185-189), menyatakan bahwa pemerolehan
bunyi konsonan dimulai dari bunyi bibir (bilabial), sedangkan pemerolehan bunyi
vokal dimulai dengan satu vokal lebar, biasanya bunyi [a]. Jadi, pada waktu yang
akan sama konsonan bilabial, biasanya [p], dan vokal lebar, biasanya [a] membentuk
satu model silabel yang universal yaitu KV (Konsonan + Vokal) yang
memcerminkan apa yang disebut “konsonan optimal +vokal optimal”. Berdasarkan
pola inilah nanti akan muncul satuan-satuan bermakna dalam ucapan anak-anak yang
biasanya terjadi dalam bentuk reduplikasi , misalnya (pa + pa).
Pemerolehan Dalam Bidang Morfologi
Pemerolehan morfologi pada anak adalah pemerolehan bentuk morfem pada
anak, baik morfem bebas dalam bentuk kata, maupun dalam bentuk morfem terkait.
Namun pemerolehan tersebut sering berupa morfem bebas berupa bentuk dasar.
Pemerolehan dalam bidang morfologi berupa Morfem, Alomorf, dan Kata Dasar,
Afiks atau imbuhan, Prefiks atau awalan, Infiks atau sisipan, Sufiks atau Akhiran,
Konfiks atau imbuhan terbelah, Simulfiks atau imbuhan gabung.
Pemerolehan Dalam Bidang Sintaksis
Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu
kata. Kata ini, bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum
dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh
kalimat itu. Yang menjadi pertanyaannya adalah kata yang mana dia pilih?
Seandainya anak tersebut bernama Dodi, dan pesan yang disampaikannya adalah
Dodi mau bubuk, dia akan memilih di (untuk dodi), mau (untuk mau), buk (untuk
bubuk)? Kita pasti akan menerka bahwa dia akan memilih buk. Mengapa? Dalam
pola pikir yang masih sederhana pun tampaknya anak sudah mempunyai
pengetahuan tetntang informasi lama dengan informasi baru kepada pendengarnya.
Kalimat yang diucapkan untuk memberikan informasi baru kepada pendengarnya.
Pada tiga kata pada kalimat Dodi mau bubuk, yang baru adalah kata bubuk. Karena
itulah anak memilih kata buk, dan bukan di, atau mau. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa dalam ujaran yang dinamakan Ujaran Satu Kata (USK), anak tidak
sembarangan memilih kata yang dia akan katakan sebagai informasi baru.
Sekitar umur 2;0 anak mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata (UDK). Anak
mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah.
Untuk mengatakan lampu menyala, anak bukan mengatakan /lampunala/ “Lampu
nyala” tetapi /lampu// nala/ “Lampu nyala” dengan jeda di antara lampu dan nyala.
Jeda ini makin lama makin pendek sehingga menjadi ujaran yang normal. Dengan
adanya dua kata dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bisa menerka apa yang
dimaksud oleh anak karena cakupan makna lebih terbatas. Kalau kita mendengar
anak mengatakan /lampunala/ seperti contoh diatas, kita akan mendengar /lampu/
atau /nala/ saja. Jadi, berbeda dengan USK, UDK sintaksisnya lebih kompleks
(karena adanya dua kata) tetapi semantiknya makin lebih jelas.ciri lain UDK adalah
bahwa kedua kata ini adalah kata-kata dari kategori utama: nomina, verba, adjektiva,
atau bahkan adverbia. Belum ada kata fungsi seperti di, yang, dan, dsb. Karena
wujud ujaran yang seperti bahasa tilgram ini maka UDK sering juga disebut ujaran
telegrafik.
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang mencoba untuk memberikan gambaran secara sistematis
tentang situasi, permasalahan, fenomena, layanan atau program, ataupun
menyediakan informasi tentang, misalnya kondisi kehidupan suatu masyarakat pada
suatu daerah, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap,
pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena,
pengukuran cermat tentang fenomena dalam masyarakat (Widi, 2010: 47−48).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci tentang fenomena
pemerolehan bahasa anak dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan yang dilakukan peneliti adalah pendekatan cross sectional,
metode yang mengambil subjek dari berbagai tigkat umur dan karakteristik lain dari
waktu yang bersamaan untuk memperoleh data yang lengkap dan cepat sehingga
dapat menggambarkan perkembangan individu selama masa pertumbuhan (Wiranta,
2006: 132-149).
Data dan Sumber Data
Sumber data berasal dari aktivitas tuturan anak sehari-hari yang diambil dari
anak-anak yang ada di kalangan keluarga peneliti dan beberapa anak yang ada di
Panti Asuhan Sayap Ibu di daerah Pringwulung, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Keseluruhan data tersebut berasal dari cuplikan yang diambil secara natural dalam
percakapan antara orang tua dengan anak dan peneliti dengan anak. Data diperoleh
dari tuturan masing-masing anak yang dikelompokan usianya. Peneliti
mengelompokan data anak pada usia 0-1 tahun, 1 subjek; anak usia 1-2 tahun, 2
subjek; dan anak usia 2-3 tahun, 2 subjek.
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
6
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. 1984). Hal. 22-23
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode simak dan metode cakap. Metode pertama yang digunakan oleh peneliti
adalah metode simak. Adapun teknik yang digunakan dalam rangka melaksanakan
metode simak itu adalah teknik catat dan teknik rekam. Dari catatan dan/atau
rekaman pertuturan itulah data diperoleh sebagai bahan jadi penelitian pemerolehan
bahasa pertama anak.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumennya adalah peneliti yang berbekal teori
pemerolehan bahasa dibantu dengan metode simak dan cakap. Selanjutnya, ketika
penelitian semakin jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan menjadi penelitian
instrumen sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan
yang telah ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2012: 223- 224). Peneliti telah
melihat bagaimana perkembangan bahasa anak-anak di kehidupan sehari-harinya.
Hal tersebut bisa memudahkan peneliti dalam mengupayakan hasil penelitian secara
maksimal.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada
kajian analisis deskripstif. Analisis deskriptif yang dimaksud adalah analisis dengan
merinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam
bentuk kalimat (Nurastuti, 2007: 203).
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian tentang proses
pemerolehan bahasa anak usia 0 s.d 3 tahun dalam bahasa sehari-hari, peneliti dapat
disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa anak usia 0 s.d 3 tahun dikembangkan
melalui beberapa tahap yaitu (1) tahap menangis, (2) tahap mendengkur, (3) tahap
meraban pada usia 0-1 tahun, (4) tahap pola intonasi, (5) tahap tuturan satu kata, (6)
tahap tuturan dua kata, (7) tahap infleksi dan aglutinatif, dan (8) tahap pola kalimat
tanya dan ingkar. Berdasarkan hasil kesimpulan umum tersebut, kemudian disusun
kesimpulan khusus sebagai berikut.
1. Peneliti juga melakukan penelitian tentang pemerolehan bahasa mengenai
aspek-aspek kebahasaan di antaranya adalah aspek fonologi, morfologi,
sintaksis, dan diksi. Pada usia 0-1 tahun pemerolehan fonologi anak muncul
ketika ia lahir yang mengeluarkan bunyi tangisan diikuti dengan bunyi
ocehan-ocehan pada hari-hari berikutnya guna untuk melatih alat bicaranya.
Pemerolehan morfologi yang muncul pada anak adalah adanya morfem bebas
yang diucapkan sebagai bentuk komunikasi atau isyarat kepada lingkungan di
sekitarnya. Pemerolehan sintaksis pada usia 0-1 tahun anak lebih banyak
berkomunikasi menggunakan langit-langit mulut yang membentuk ujaran
satu kata. Ujaran-ujaran yang dikaitkan kepada sintaksis membentuk kata
verba, nomina, dan adjektiva. Sedangkan Pemerolehan diksi pada anak usia
0-1 tahun belum tampak. Anak lebih banyak mengeluarkan ujaran-ujaran
yang belum dapat dimengerti oleh mitra tutur tentang ujaran-ujaran yang
dikeluarkan oleh anak usia 0-1 tahun ini, dalam hal ini mitra tutur hanya
sebatas menafsirkan apa yang di maksud oleh si anak tersebut.
2. Pada usia 1-2 tahun, anak memperoleh aspek fonologi tahap membabel.
Artinya anak mengeluarkan ragam bunyi dan vokalisasinya baik bunyi vokal
maupun bunyi bunyi konsonan. Ragam bunyi itu bersifat sebagai bentuk
melatih alat bicaranya dan juga sebagai bentuk ungkapan anak dalam
berkomunikasi pada lingkungan disekitarnya. Pemerolehan morfologi muncul
pada usia ini anak lebih banyak menggunakan morfem bebas dalam
berkomunikasi dengan mitra tuturnya. Pemerolehan sintaksis yang lebih
dominan pada usia ini yaitu anak sudah mampu mengucapkan ujaran dua kata
bahkan lebih dalam berkomunikasi dengan mitra tuturnya. Bentuk-bentuk
kalimat yang mengandung kata verba, nomina, dan adjektiva sudah mulai
tampak. Sedangkan pemerolehan diksi pada usia 0-1 tahun ini anak lebih
banyak mengamati dan memahami kata-kata yang didengar di lingkunganya
untuk menambah pembendaharaan kosakata anak itu sendiri.
3. Pada usia 2-3 tahun pemerolehan fonologi anak sudah sempurna terutama
pengucapan pada bunyi vokal dan diikuti dengan bunyi-bunyi konsonan
meskipun pada saat anak berkomunikasi masih ada bunyi konsonan dan vokal
yang belum terdengar secara jelas. Morfologi anak usia ini juga kosakatanya
mencapai beberapa ratus kata. Panjang rata-rata tuturan itu dihitung dalam
hubungannya dengan butir-butir gramatikal yang disebut morfem. Morfem
yang paling dominan yaitu morfem bebas, sedangkan bentuk morfem yang
lain hanya beberapa saja yang terdengar. Dalam hal sintaksis, anak sudah
mampu mencapai kalimat rangkaian kata dan kalimat konstruksi yang
kompleks. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang terdiri dari
beberapa kata terjadi secara bertahap. Diksi anak mulai sangat menonjol
ketika anak berusia 3 tahun, karena ketika usianya masih 0-2 tahun anak lebih
banyak mendengar dan meniru kata-kata yang diucapkan dalam
lingkungannya dan secara tidak langsung anak sudah memperoleh kosakata
yang banyak untuk berkomunikasi di tahap selanjutnya. Ketika anak
menggunakan diksi berarti anak sudah mampu menyampaikan gagasan-
gagasan yang ingin diungkapkanya kepada mitra tutur saat berkomunikasi.
Saran
Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan dalam penelitian ini, ada
beberapa saran yang perlu diperhatikan.
1. Bagi penelitian lanjutan, penelitian ini hanya membahas pemerolehan bahasa
anak dari usia 0 s.d 3 tahun. Apabila jika ditinjau dari ilmu psikolinguistik,
masih banyak aspek yang belum dibahas dalam penelitian ini, misalnya saja
tentang pemerolehan bahasa pada usia pra sekolah.
2. Bagi masyarakat khususnya yang memiliki anak usia balita, sebaiknya lebih
memperhatikan perkembangan dan pemerolehan bahasa anak. Lebih peka dan
teliti dalam mengajarkan tata bahasa kepada anak terutama saat
berkomunikasi dengan anak itu sendiri. Karena setiap usia anak berlanjut
pemerolehan bahasa anak juga akan meningkat dan pemerolehan kosakata
anak juga akan bertambah banyak dan kosakata tersebut lebih banyak
didapatkan pada lingkungan tempat tinggal.
Daftar Pustaka
Andika, Dutha Bachari dan Kholid A. Harras. 2009. Dasar-dasar Psikolinguistik
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.
Jakarta: Grasindo.
Lowenthal, F et al Ed. 1982. Language and Language Acquisition. New York-
London: Plenum Press.
Pateda, Mansoer. 1990. Aspek-aspek Psikolinguistik. Flores-NTT: Nusa Indah
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan
Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Wiranta, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.