Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HASIL PENELITIAN PEMEROLEHAN

BAHASA PADA ANAK USIA DINI (ASPEK


FONOLOGIS, SINTAKSIS, SEMANTIK)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu: ..................................

LOGO

Oleh:
................................

UNIVERSITAS ...................
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa
merupakan wujud dari kehidupan manusia tersebut. Bahasa diperoleh seorang
manusia mulai sejak lahir, ketika dia pertama kali menangis. Pada saat manusia
berumur 3 hingga 4 bulan, ia mulai memproduksi bunyi-bunyi. Mulai mengoceh
saat umur 5 dan 6 bulan, kemudian ocehan ini pun lama-kelamaan semakin
bertambah sampai sang anak mampu memproduksi perkataan yang pertama.
Pemerolehan bahasa merupakan suatu proses perkembangan bahasa
manusia. Manusia sejak lahir telah diberi kemampuan untuk memperoleh
bahasanya. Pemerolehan bahasa ini dipengaruhi pula oleh interaksi sosial dan
perkembangan kognitif anak. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan dan
kerumitan. Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi menjadi
melakukan ekspresi dengan berkomunikasi, yang juga berubah dari komunikasi
melalui gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu
mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat memikat
orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti
bertanya, berdialog dan bernyanyi. Sejak usia 2 tahun anak menunjukkan minat
untuk menyebut nama benda. Minat tersebut terus berkembang sejalan dengan
bertambah usia dan menunjukkan bertambah pula perbendaharaan kata. Dengan
perbendaharaan kata yang dimilki, anak mampu berkomunikasi dengan
lingkungannya yang lebih luas.
Kemampuan berbahasa seseorang diperoleh melalui sebuah proses
sehingga perlu ada pendekatan-pendekatan tertentu di dalamnya. Pendekatan ini
pun diarahkan berdasarkan tujuan pencapaian tertentu seperti kemampuan
sintaksis, semantik, dan fonologis yang dalam proses pemerolehannya, dilakukan
secara bertahap. Atas dasar uraian tersebut penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pemerolehan bahasa anak usia 3 tahun pada tataran sintaksis,
semantik, dan fonologi. Objek dalam penelitian ini yaitu seorang anak laki-laki
berusia 3,1 tahun bernama Aidul Rivani Zaky (Zaky).
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini adapun yang menjadi rumusan masalah adalah
apakah anak usia dini sudah mampu berujar secara sempurna dengan
memperhatikan beberapa aspek yaitu fonologi, sintaksis, dan semantik?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah anak
usia dini sudah mampu berujar secara sempurna dengan memperhatikan beberapa
aspek yaitu fonologi, sintaksis, dan semantic.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pemerolehan Bahasa Anak


Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan
orang lain. Jika dikaitkan dengan hal itu, maka yang dimaksud dengan
pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik
berupa pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui
kegiatan pembelajaran formal (Tarigan dkk,1998).
Ada juga pendapat Kiparsky dalamTarigan (1998) mengatakan bahwa
pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang digunakan oeh anak-anak untuk
menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat
memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan paling sederhana dari bahasa
yang bersangkutan.
Kemerdekaan bahasa ditunjukkan mulai sekitar usia satu tahun di saat
anak-anak mulai menggunakan kata-kata lepas atau kata-kata terpisah dari
sandi linguistik untuk mencapai tujuan sosial mereka.Pengertian lain
mengatakan bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang
gradual yang muncul dari prestasi-prestasi kognitif pra-linguistik (McGraw,
1987 ; 570).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemerolehan
bahasa :
1. Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar tanpa beban
danberlangsung di luar sekolah (lingkungan tempat tinggalnya).
2. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga- lembaga
pendidikan seperti sekolah atau kursus.
3. Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan.
4. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang
bermakna bagi anak.

B. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak


Kemampuan berbahasa merupakan suatu potensi yanng dimiliki semua
anak manusia yang normal. Kemampuan itu diperolehnya tanpa melalui
pembelajaran khusus. Yang sangat menakjubkan ialah, dalam waktu yang
relatif singkat, anak sudah dapat berkomunikasi dengan orang-orang di
sekitarnya. Bahkan, sebelum bersekolah, ia telah mampu bertutur seperti orang
dewasa untuk berbagai keperluan dan dalam bermacam situasi.
1. Tahap Pralinguistik (Masa Meraba)
Pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah
bermakna. Bunyi-bunyi itu memang telah menyerupai vokal atau
konsonan tertentu. Tetapi, secara keseluruhan bunyi tersebut tidak
mengacu pada kata dan makna tertentu. Fase ini berlangsung sejak anak
lahir sampai berumur 12 bulan.
a. Pada umur 0-2 bulan, anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi refleksif
untuk menyatakan rasa lapar, sakit, atau ketidaknyamanan. Sekalipun
bunyi-bunyi itu tidak bermakna secara bahasa, tetapi bunyi-bunyi itu
merupakan bahan untuk tuturan selanjutnya.
b. Pada umur 2-5 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi vokal
yang bercampur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan. Bunyi ini
biasanya muncul sebagai respon terhadap senyum atau ucapan ibunya
atau orang lain.
c. Pada umur 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh
dengan durasi yang lebih lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip
vokalnya lebih bervariasi.
d. Pada umur 6-12 bulan, anak mulai berceloteh. Celotehannya
merupakan pengulangan konsonan dan vokal yang sama seperti/ba ba
ba/, ma ma ma/, da da da/.
2. Tahap satu - kata
Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12-18 bulan. Pada masa ini, anak
menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan
idenya. Tegasnya, satu – kata mewakili satu atau bahkan lebih frase atau
kalimat. Oleh karena itu, frase ini disebut juga tahap holofrasis.
3. Tahap dua – kata
Fase ini berlangsung sewaktu anak berusia sekitar 18-24 bulan. Pada masa
ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat. Anak-anak
mulai menggunakan dua kata dalam berbicara. Tuturannya mulai bersifat
telegrafik. Artinya, apa yang dituturkan anak hanyalah kata-kata yang
penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Kata-kata yang
tidak penting, seperti halnya kalau kita menulis telegram, dihilangkan.
4. Tahap banyak – kata
Fase ini berlangsung ketika anak berusia 3-5 tahun atau bahkan sampai
mulai bersekolah. Pada usia 3-4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang
dan tata bahasanya lebih teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya dua
kata, tetapi tiga kata atau lebih. Pada umur 5-6 tahun, bahasa anak telah
menyerupai bahasa orang dewasa.
Pada tahap-tahap perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan
mereka atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa terdiri atas
subsistem berikut:
a. Fonologi, yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan
bunyi-bunyi tersebut sebagai sesuatu yang bermakna.
b. Gramatika (tata bahasa), yaitu pengetahuan tentang aturan
pembentukan unsusr tuturan
c. Semantik leksikal (kosakata), yaitu pengetahuan tentang aturan
pembentukan unsur tuturan
d. Pragmatik, yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam
berbagai cara untuk berbagai keperluan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Identitas Objek
Nama : Aidul Rivani Zaky
TTL : Pas. 29 September 2013
Umur : 3 tahun 3 bulan
Alamat : Gg. Kelurahan, Desa Suwayuwo, Kec. Sukorejo

B. Hasil Penelitian
Berikut ini adalah beberapa dialog antara peneliti dan objek penelitian.
Zaky : assalamualaikum
Rosul : wa’alaikumsalam
Zaky : mak acun nang ndi cak losung (rosul)
Rosul : yo golekono, ojo takok tok ae
Zaky : wohh… gelot ta! Ket takok lho aku
lek cak ijang (rizal) kalo nopan (novan) nang ndi
Rosul : singitan polane ono jaki (zaky)
jaki rene karo sopo?
Zaky : kalo mama
Rosul : lha ayahmu nangndi kok karo mama
Zaky : ayah kelja, dolek uwek
Rosul : sepedaan karo mamamu tok ta?
Zaky : yo gak, kalo yek oni (roni) gawe sepeda bang jalwo (cb)
Rosul : iyo ta?
Zaky : iyo… nangndi che mak acun, aku luwe kate maem
Rosul : lha lapo ng omaku kok jalok maem, mamamu gak masak ta ki…
Zaky : yo macak, mama macak wenak
Rosul : lhakok ape maem nduk omaku
Zaky : yo baba…

Dari dialog tersebut dapat kita analisis menggunakan beberapa aspek, yaitu
dari segi fonologi, sintaksis, dan semantic. Berikut dibawah ini adalah analisis
dialog diatas:
1. Segi Fonologi
Fonologi adalah bidang linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa
menurut fungsinya. Dari segi fonologi, Zaky yang berumur 3 tahun 4
bulan sudah mampu untuk berujar. Namun ada beberapa huruf yang Ia tak
mampu untuk melafalkannya. Contohnya seperti huruf r, l, v. Sebenarnya
Ia bisa melafalkannya namun pada pola-pola tertentu Ia kesulitan untuk
melafalkan huruf-huruf tersebut.

Contoh:
Pada saat Zaky menyebut nama losung (Rosul) lijang (Rizal) Ia tidak bisa
melafalkan huruf ‘r’ karena mungkin huruf ‘r’ tersebut sulit untuk
diucapkan diawal kata dan makhroj huruf ‘l’ berdekatan dengan ‘r’ maka
dari itu Ia memilih melafalkannya dengan huruf ‘l’.
Selanjutnya, Zaky juga belum mampu melafalkan huruf ‘f’ ataupun ‘v’
karena untuk menghasilkan bunyi ‘f’ dan ‘v’ itu butuh gigi atas. Karena
untuk ujaran, gigi atas mempunyai peran. Gigi dapat berlekatan dengan
bibir bawah untuk membentuk bunyi labiodentals yaiitu ‘f’ dan ‘v’.
contohnya pada saat dia menyebut nama ‘Novan’ menjadi ‘Nopan’.
2. Segi Sintaksis
Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam
tuturan. Pada dasarnya, sintaksis berurusan dengan hubungan antar kata
dan kalimat. Secara umum, struktur sintaksis terdiri atas susunan subjek
(S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Dan keempat fungsi
tersebut tidak harus selalu ada, karena banyak pakar mengatakan bahwa
dalam suatu struktur sintaksis minimal ada subjek dan predikat. Fungsi-
fungsi sintaksis tersebut merupakan ‘kotak-kotak kosong’ yang tidak
bermakna apa-apa karena kekosongannya. Agar kotak kosong tersebut
mempunyai makna, maka harus diisi oleh sesuatu yang mempunyai
kategori dan peran tertentu.
Dari segi sintakis, Zaky yang berumur 3 tahun 4 bulan pada umumnya
sudah mampu menyusun kalimat secara baik. Hal ini sesuai dengan teori
diatas bahwa pada umur 3-5 tahun tuturan anak mulai lebih panjang dan
tata bahasanya lebih teratur. Begitu juga dengan Zaky, dia tidak lagi
menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga kata atau lebih. Contohnya
seperti kutipan dialog diatas, Zaky sudah banyak berujar. Zaky sudah
mampu menyusun kalimat sesuai dengan pola. Contohnya pada kalimat
“mama macak wenak” kalimat tersebut berpola S-P-K. Mama sebagai
subjek, macak sebagai predikat dan wenak sebagai keterangannya.
3. Segi Semantik
Ilmu semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-
tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, atau ilmu tentang
makna atau arti. Batasan cakupan dari semantik adalah makna atau arti
yang berkenaan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
Dari segi semantik, Zaky yang berumur 3 tahun 4 bulan sudah tergolong
mampu dalam berujar dan dapat pula dipahami maknanya. Ia mampu
memilih kosakata yang baik dalam penyusunan kalimatnya. Dia juga
sudah mampu membedakan antara benda yang satu dan yang lainnya. Dia
juga sudah mampu memahami ujaran yang diujarkan oleh lawan
bicaranya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang anak yang
berumur 3 tahun 4 bulan tergolong sudah mampu untuk berujar dan bercakap-
cakap. Hanya saja dalam segi fonologi, masih tergolong kurang untuk
melafalkan bunyi-bunyi tertentu. Patokan umur ini sangat relative. Namun
pada segi sintaksis dan semantik, seorang anak sudah mampu untuk berujar
sesuai dengan struktur sintaksis dan dapat dipahami maknanya dan dia pun
mampu memahami makna yang diucapkan lawan bicaranya sehingga lancar
dalam berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan teori. Kemampuan-kemampuan
verbal berkembang sejak dini dan menjelang usia 3 tahun, anak sudah
menjadi pengoceh yang terampil. Pada akhir masa anak usia dini, mereka
dapat menggunakan dan memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat
dalam pembicaraan yang berkelanjutan dan mengetahui tentang bahasa
tulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. . Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta


Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Irawati, Retno Purnama. Pengantar Memahami Linguistik Umum. Semarang:
Publishing
Praditarachman.blogspot.com/2012/11/pemerolehan-dan-perkembangan-bahasa-
anak.html?/=1

Anda mungkin juga menyukai