Anda di halaman 1dari 15

Perkembangan Peserta Didik

Kelompok 4 :

Hamida Suri Sinaga (859866125)


Hizrah Muftiah Pasaribu (859865639)
Kamsiwar Nainggolan (856068245)
Soedarni (856065984)
Sri Hastuti Simatupang (856064714)

Tutor : Drs. Burhanuddin Nasution, M.Pd


Modul 03
Tahap Perkembangan Bahasa dan
Kemampuan Berpikir Matematis

Kegiatan Tahap Perkembangan Bahasa


Belajar 1
A. BAHASA DAN KOMPONEN PENYUSUNNYA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah
sebuah sistem kata, simbol, atau lambang bunyi yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.

Bahasa juga mencakup sesuatu yang abstrak, tetapi


mengandung pesan sehingga seseorang dapat menerjemahkan
dan menangkap pesan tersebut.
 A. Fonologi
1. Komponen
Penyusun Fonologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang
Bahasa
mengkaji bunyi ujar dalam bahasa tertentu. Fonologi adalah mengkaji
bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan t e r k e c i l d a r i u j a r a n b e s e r t a
dengan gabungan antar bunyi yang membentuk silabel
atau suku kata (Chaer 2009:5).

Da l a m f o n o l o g i , t e r d a p a t d u a p a n d a n g a n d a l a m
mempelajari bunyi, yaitu fonetik dan fonemik. fonetik
adalah cabang fonologi yang membahas bunyi ujar tanpa
memperhatikan fungsi bunyi tersebut. contohnya : kata
“bebek” (unggas) dan kata “bebek” (rujak yang
ditumbuk).

sementara itu, f o n e m i k a d a l a h c a b a n g f o n o l o g i y a n g
membahas bunyi dengan memperhatikan fungsi bunyi
tersebut sebagai pembeda makna. contohnya :
penggunaan bunyi “s” pada kata “sari”, dan bunyi “d”
pada kata : “dari”. perbedaan 1 bunyi akan
membedakan arti.


B. Morfologi

Morfologi adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji
pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Cabang ilmu ini
tidak hanya membahas bagaimana kata itu terbntuk, tetapi juga membahas
seluk-beluk bentuk kata dan fungsi perubahan-perubahan bentuk kata.
Dalam pembentukan kata, terdapat unsur terkecil yang disebut dengan
morfem. Dalam bahasa Indonesia, morfem dapat ditemukan pada kata yang
menggunakan imbuhan, seperti membaca maka morfem dalam kata tersebut
adalah “meN”; pada kata mempelajari, maka morfem imbuhannya adalah
awalan “meN” dan akhiran “i”.

C. Semantik

Semantik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji
makna yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi.
Semantik akan memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan sintax dan
pragmatik yang akan dibahas selanjutnya.
D. Sintax
Sintax adalah aturan dalam pembentukan kalimat agar mampu
dimengerti dengan benar. Contohnya : Ani berkata kepada ibunya,
“Aku sedang buah dan sayur makan”. Kalimat tersebut tidak
dituliskan/diucapkan dengan tata kata yang baik sehingga makna yang akan
disampaikan tidak ditangkap oleh orang lain. Maka dari itu, sintax berfungsi
dalam menata kata hingga membentuk kalimat yang utuh.

E. Pragmatik
Pragmatik adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang
mengkaji penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan konteks
pemakaiannya.
2. Teori
Perkembangan Bahasa

a. Teori empiris
Teori empiris atau yang dikenal dengan teori belajar menunjukkan
bahwa ketika bayi dilahirkan, mereka dikelilingi oleh bahasa. Kita
berbicara dengannya setiap waktu walaupun kita tahu kalau mereka
tidak dapat mengerti dan merespon apa yang kita sedang bicarakan.

Ketika seseorang mengajak bayi berbicara, itu merupakan salah satu


cara bagaimana bayi belajar memproduksi bahasa. Pada tahap awal, bayi
akan mengikuti suara yang sering mereka dengar, kemudian mereka
belajar untuk menangkap makna kata dan meniru peraturan tata bahasa
berdasarkan apa yang mereka dengar.

Pencetus teori empiris ini menegaskan betapa pentingnya


persetujuan orang tua dan penghargaan positif kepada anak dalam
memengaruhi suara, kata dan kalimat yang akan diproduksi oleh bayi
nantinya.
b. Teori nativisme
Noam Chomsky adalah ahli bahasa terkemuka yang mengatakan bahwa
manusia terlahir dengan perangkat akuisi bahasa atau language acquisition
device (LAD). Chomsky tidak mempercayai jika bayi belajar
mengembangkan bahasa dengan cara mengikuti perkataan orang dewasa
disekitarnya karena orang dewasa sangat jarang berbicara dengan
menggunakan tata bahasa yang benar. Hal tersebut tidak memungkinkan
anak belajar mengembangkan bahasa dari orang dewasa.
Dalam mengembangkan bahasa, terdapat tiga bagian otak yang
digunakan, yaitu :
1. Broca, seseorang akan memproduksi kemampuan berbahasa atau dikenal
dengan pusat bahasa.
2. Motor Context, berfungsi untuk mengatur gerakan sadar.
3. Wernicke, berasal dari nama seorang psikiater dan ahli syaraf dari Jerman.
Pada otak, bagian Wernicke berfungsi untuk memahami bahasa yang
kemudian digabungkan ke otak bagian broca melalui syaraf.

ketiga bagian otak ini saling berkaitan dalam memproduksi bahasa


sehingga jika terdapat kerusakan pada satu bagian, akan berpengaruh pada
bagian otak yang lainnya.
c. Teori interaksi
Teori ini menjelaskan interaksi antara perkembangan bahasa,
perkembangan kognitif dan kemampuan berfikir secara umum. Teori ini
banyak terkait mengenai teori kognitivitas dari Piaget. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif adalah sebuah proses genetik yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf.

Dengan semakin bertambahnya umur seseorang, semakin kompleks


susunan sel syarafnya dan semakin meningkat pula kemampuannya. Oleh
karena itu, kemampuan anak umur 1 dan 3 berbeda dalam proses belajar.
Berikut adalah tahapan pemerolehan bahasa yang terjadi :

Ada seseorang berbicara didengar oleh orang lain diingat oleh orang

tersebut diingat kembali kata-kata yang memiliki arti terjadi proses

berpikir mengucapkan apa yang telah disampaikan dalam ingatan.


B. TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA
1. Periode Pralinguistik
Tahap perkembangan bahasa sudah terjadi sejak bayi. Walaupun
mereka belum dapat berbicara atau mengatakan apa yang mereka mau,
mereka mengirimkan pesan dengan berbagai cara, seperti ekspresi wajah
dan suara (menangis, berteriak, tertawa, dan sebagainya).

2. Periode Holophrase
Tahap ini dikenal dengan one-world period atau tahap satu kata.
Pada tahap ini, anak belum memulai mengombinasikan kata-kata, tetapi
mereka sedang belajar untuk menangkap makna yang lebih sulit dari
pada tahap sebelumnya. Contohnya, pada tahap pralinguistik, anak akan
menangis jika ia haus. Namun, pada tahap ini anak akan mulai
membentuk makna dari satu kata, seperti susu. Maka kemungkinan anak
ingin minum susu walaupun ia tidak mengatakan dengan kalimat yang
lengkap, “Aku mau susu.”
3. Periode Telegrafis
Pada tahap telegrafis, anak mencoba membentuk makna dengan
mengombinasikan dua kata. Contohnya, anak mengatakan “mam nasi”
yang sebenarnya anak itu ingin sampaikan adalah ia sedang makan nasi
atau ia ingin makan nasi. Namun, kemampuannya masih terbatas
sehingga ia hanya mengatakan dua kata.

4. Perkembangan Bahasa Usia Dini, Kanak-kanak dan Remaja


sebagai pendidik, penting untuk mengetahui tahap perkembangan
bahasa anak. Selain untuk berkomunikasi, bahasa juga digunakan
sebagai alat pendeteksi gejala-gejala yang terjadi pada anak dalam proses
perkembangannya. Contohnya, anak dengan keterlambatan berbicara
atau speech delay dengan kondisi yang serius dapat menunjukkan
adanya gangguan pendengaran. Mereka sulit berkomunikasi dan
mengekspresikan keinginannya. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui tahapan perkembangan bahasa pada anak agar tetap dapat
memahami kondisi peserta didik.
Menurut Benner (dalam Palupi, 2002), perkembangan bahasa dibagi menjadi empat tahap

No Tingkatan Usia Kemampuan

1 Prabicara Lahir s.d. 10 1. Perkembangan suara (persepsi dan hasil)


bulan 2. Perkembangan isyarat
3. Penambahan persepsi suara; bicara bayi meruapakan hasil menangis dan
keributan; bermain dengan suara termasuk mengulang bicara dengan
orang lain yang dimulai usia 3 bulan; antara enam (6) sampai dengan
sepuluh (10) bulan dapat menggunakan konsonan dan huruf vokal
terbatas.

2 Kata-kata 10 s.d. 13 1. Pengertian kata tunggal


pertama bulan 2. Menghasilkan kata tunggal
pemunculan 3. Perbedaan individual dalam penggunaan kata tunggal
nama 4. Fungsi isyarat sebagai kata
5. Perhatian dapat diarahkan dengan nama objek (lihat Anjing, Ami, anjing);
Mulai 13 bulan menerima kosakata dari 17 sampai dengan 97 kata.

3 Kombinasi 18 s.d. 24 1. Penggunaan satu kata tunggal dengan arti kompleks untuk ungkapan
Kata bulan multikata. Contoh : “Susu” (artinya dapat minta susu atau meminta ASI)
2. Penggunaan kombinasi kata untuk kalimat, contoh : mama kue (maksudnya
mama minta kue)

4 Tata bahasa 20 s.d. 30 1. Kecepatan memperoleh morfem


bulan 2. Perkembangan bahasa yang unik pada usia ini, seperti mulai menggunakan
kata ganti saya, kita, dia, kamu.
3. Penggunaan kalimat dalam pola dan aturan yang teratur.
Shaffer dan Kipp (2014) juga mengategorikan kemampuan berbahasa berdasarkan
komponen penusunnya

Usia Fonologi Semantik Morfologi/Sintax Pragmatik

0–1 Menerima suara Mengisyaratkan Menekankan pola asli Memperhatikan keadaan sekitar, seperti
Ucapan dan ucapan Bahasa objek di sekeliling
mulai bubbling orang lain

1- 2 Menyederhanak Muncul Mulai memproduksi Menggunakan isyarat dan gerakan


an pengucapan kata0kata dua kata untuk memperjelas pesan yang akan
kata pertama disampaikan

3–5 Peningkatan Kosakata Menyadari aturan tata Menyesuaikan saat berbicara dengan
dalam berkembang Bahasa orang yang berbeda
pengucapan

6– Pengucapan Pengembangan Mengoreksi tata Mampu mendeteksi dan memperbaiki


Remaja menjadi seperti kosakata, bahasa yang salah pesan yang dikirim serta menerima
orang dewasa bahkan kata
abstrak
C. BILINGUALISME

Pemerolehan bahasa kedua dilakukan setelah seseorang


sudah menguasai bahasa pertamanya. (Elis Maharani dan
Astuti, 2018) berpendapat bahwa pembelajaran bahasa kedua
akan lebih mudah jika seseorang telah menguasai bahasa
pertamanya dengan baik karena kemampuan bahasa pertama
dapat berguna dalam proses pembelajaran bahasa kedua.
Berbeda dengan proses pemerolehan bahasa pertama, bahasa
kedua pada umumnya diperoleh dari proses sadar melalui
pembelajaran.
Bambang Kaswanti Purwo (1989) meneliti pemerolehan bahasa
kedua, khususnya bahasa Inggris oleh anak sekolah dasar (SD). Dari
penelitian tersebut disimpulkan hal berikut :

1. Masa emas seseorang belajar bahasa kedua adalah saat ia berusia 6 –


12 tahun sehingga pembelajaran bahasa kedua pada masa ini harus
dilakukan dengan maksimal.
2. Pada pembelajaran usia 6 – 8 tahun, kemampuan yang lebih
ditonjolkan adalah penguasaan fonologi (tata bunyi/pelafalan). Hal
ini terjadi karena kondisi psikologi yang belum matang sehingga
belum bisa berpikir tentang tata kalimat.
3. Pada usia 9 – 12 tahun, kemampuan anak ditonjolkan pada
penguasaan morfologi dan sintaksisnya karena fonologi sudah
dikuasai saat mereka berada pada usia 6 – 8 tahun. Pada usia ini,
kondisi psikologi anak lebih siap untuk mengonstruksi kata dan
kalimat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai