Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerolehan Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menajubkan


terlebih dalam proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung
oleh anak tanpa ada pembelajaran khusus mengenai bahasa tersebut kepada
seorang anak atau bayi. Seorang bayi hanya akan merespon ujaran-ujaran
yang sering didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran ibuya
yang sangat sering didengar oleh anak tersebut.

Seorang manusia tidak hanya dapat memiliki satu bahasa saja


melainkan seseorang bisa meperoleh dua sampai empat bahasa tergantung
dengan lingkungan sosiall dan tiangkat kognitif yang dimiliki oleh orang
tersebut. Pada pemerolehan bahasa kita mengenal beberapa tahapan
pemerolehan bahasa itu sendiri, pemerolehan bahasa pertama itu didapatkan
seorang bayi secara langsung dari ibuya atau lingkungan yang dekat dengan
bayi tersebut, sedangkan jika pada pemerolehan bahasa kedua dan seterusnya
itu didapatkan seseorang dengan melalui proses pembelajaran.

Dengan teori pemerolehan bahasa kita ingin mengetahui serta


mengetengahkan teori yang memudahkan anak-anak belajar. Ketiga syarat ini
menentukan atau memberi kerangka bagi telaah pemerolehan bahasa. Suatu
kerangka yang di dalamnya sudut pandang kaum empiris dan kaum
rasiomalis dalam menemui ekspresi dan perasannya.

Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal


paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan perkataan lain setiap
anak yang normal atau pertumbuhan yang wajar, memperoleh suatu bahasa

1
yaitu bahasa pertama atau bahasa asli, bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama
kehidupan di dunia ini. Walaupun tidak disangkal adanya kekecualian
misalnya secara fisiologis ataupun alasan-alasan lain. Peranan pemerolehan
bahasa pertama merupakan sesuatu yang negative terhadap pemerolehan
bahasa kedua. Dengan perkataan lain, pemerolehan bahasa pertama mendapat
andil untuk turut campur tangan dalam belajar pemerolehan bahasa kedua,
seperti adanya ciri-ciri pemerolehan bahasa pertama yang ditransfer ke dalam
pemerolehan bahasa kedua.

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi pertanyaan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pemerolehan bahasa anak usia 2,5 tahun?


2. Bagaimanakah pemerolehan bahasa anak usia 2,6tahun pada tataran
fonologi, morfologi, dan sintaksis?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemerolehan bahasa anak


usia 2,5 tahun pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan sebagai salah satu bahan informasi dalam hal
penelitian tentang pemerolehan bahasa anak, Selain itu, penelitian ini
diharapkan pula sebagai bahan masukan bagi penelitian yang relevan,
khususnya dalam hal pemerolehan bahasa anak usia di bawah 5 tahun.

2
BAB II

PEMBAHASAN

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

A. Pengertian dan Hakikat Bahasa


1. Pengertian Bahasa

Pengertian Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer


(manasuka) yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Fungsi utama
dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan interaksi antar manusia.
Selain itu dapat berfungsi sebagai identitas suatu bangsa dan sebagai alat
pemersatu.

Bentuk bahasa ada dua yaitu bahasa lisan bahasa tulis. Dalam
kajian linguistik, bahasa lisan sangat penting karena dianggap sempurna.
Orang yang sedang berbicara dapat menambahkan unsur-unsur
suprasegmental pada ucapannya. Selain itu, seorang pembicara dapat
menambah kejelasan tuturannya dengan bantuan gerakan anggota badan
(paralinguistik). Sedangkan pada bahasa tulis sebagai objek sekunder
karena jika kita meneliti suatu bahasa yang penuturnya sudah tidak kita
temukan lagi, kita menggunakan bahasa tulis.

2. Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa adalah dasar (intisari) atau kenyataan yang


sebenarnya (sesungguhnya) dari sistem lambang bunyi tersebut. Berikut
beberapa hakikat bahasa:

3
a. Bahasa itu sebuah sistem bahasa bukanlah sebuah unsur yang
terkumpul secara tak beraturan tetapi diatur oleh pola-pola yang
sistematis dan sistemis, yaitu tersusun dari sistem fonologi, gramatika,
dan leksikon
b. Bahasa itu berupa bunyi bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia
c. Bahasa itu arbitrer tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa
dengan yang dilambangkannya. Andai ada hubungan wajib antara
lambang dengan yang dilambangkannya maka di muka bumi ini tidak
akan ada bermacam-macam bahasa.
d. Bahasa itu bermakna. Lambang bunyi [kuda] memiliki makna sejenis
binatang berkaki empat yang bisa dikendarai. Lambang bunyi itu ada
yang wujudnya kongkret dan ada yang abstrak contohnya kata agama
tidak ada acuan (referent) bendanya.
e. Bahasa itu konvensional. Pengunaan suatu lambang untuk suatu konsep
tertentu bersifat konvensional, yaitu berdasarkan kesepakatan
masyarakat penuturnya.
f. Bahasa itu bersifat unik artinya bahasa itu mempunyai ciri khas yang
spesifik yang tidak bisa dimiliki oleh yang lain. Contoh kata nasi dalam
bahasa Indonesia memiliki keunikan dibandingkan dengan bahasa
lainnya.
g. Bahasa itu universal artinya terdapat ciri-ciri yang sama yang dimiliki
oleh setiap bahasa. Contohnya setiap bahasa memiliki satuan-satuan
bahasa yang bermakna, yaitu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
h. Bahasa itu produktif artinya dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang
jumlahnya tidak terbatas.contohnya dari fonem /a/,/i/,/k/,dan /t/ bisa
menghasilkan beberapa kata.
i. Bahasa itu bervariasi yaitu idiolek: variasi bahasa yang sifatnya
perseorangan; dialek: variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok

4
anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu; ragam: variasi
bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau keperluan tertentu
j. Bahasa itu bersifat dinamis. Bahasa mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan zaman. Contohnya pada tataran fonem.
k. Bahasa sebagai alat interaksi social, bahasa dijadikan alat untuk bekerja
sama antar sesama manusia
l. Bahasa merupakan identitas penuturnya, bahasa merupakan penanda
jati diri penuturnya.
m. Bahasa itu berwujud lambang.

B. Pengertian Psikolinguistik

1. Pengertian Psikolinguistik

Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan


neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan,
dan memahami bahasa (wikipedia). Selain itu, Garnham (1985:1)
menyatakan bahwa psikolinguistik adalah kajian tentang mekanisme-
mekanisme mental yang menjadikan manusia menggunakan bahasa. Di
sisi lain, Aitchison(1998:1) berpendapat psikolinguistik adalah studi
tentang bahasa dan minda. Tidak hanya itu, Harley (2001:1) menyebut
psikolinguistik sebagai suatu studi tentang proses-proses mental dalam
pemakaian bahasa. Dilanjutkan dengan pernyataan Clark dan Clark
(1977:4) yang menyatakan psikolinguistik berkaitan dengan tiga hal utama
yaitu komprehensi, produksi dan pemerolehan bahasa.

Kemudian, psikolinguistik juga dapat dikatakan sebagai proses-


proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-

5
kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana
kemampuan bahasa itu diperoleh oleh manusia. Jadi, dapat disimpulkan
psikolinguistik adalah suatu cabang ilmu linguistik interdisipliner yang
mengkaji proses-proses mental manusia dikaitkan dengan perilaku bahasa
seseorang.

Psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak dalam


memproses dan mengkomunikasikan ujaran dan dalam akuisisi bahasa Hal
yang penting adalah bagaimana memproses dan menghasilkan ujaran dan
bagaimana akui sisi bahasa itu berlangsung. Proses bahasa berlangsung
adalah pekerjaan otak. Yang tidak dimengerti dan tidak diketahui yang
pasti ialah bagaimana proses pengolahan bahasa sehingga berwujud
satuan-satuan yang bermakna dan bagaimana proses pengolahan satuan
ujaran yang dikirim oleh pembicara sehingga dapat dimengerti pendengar.
Yang pasti segala sesuatu berada dalambatabatas kesadaran ( Hartley),
Psikolinguistik secara langsung berhubungan dengan proses kode dan
mengkode seperti orang

2. Teori pemerolehan bahasa anak


a. Nativist Theory (hipotesis nurani)

Nativist Theory adalah teori yang menyebutkan bahwa manusia


mmemperoleh bahasa secara alamiteori ini kemudian dikenal dengan
hipotesis nurani yang dipelopri oleh leneberg dan chomsky. Teori
chomsky ini menegaskan bahwa bahasa merupakan warisan, manusia
sejak lahir sudah dibekali genetik untuk berbahasa. Maka hipotesis
naluri berbahsa merupakan suatu asumsi yang menyatakan bahwa
sebagian atau semua bagian bahasa tidaklah diperoleh atau dipelajari,
akan tetapi ditentukan oleh fitur fitur nurani yang khusus dari
organisme manusia.

6
b. Learning teory

nyatakan bahwa pemerolehan bahasa melalui proses


mempelajari. Sebagai penjelasan lebih lanjut dari teori ini bisa
digambarkan tentang bagaimana seorang bayi mulai berbahasa. Pada
tahapan ketika anak memperoleh sistem sistem bunyi bahasa ibunya,
semula dia mengucapkan sistem bunyi yang ada disemua bahasa yang
ada didunia ini.akan tetapi karena lingkungan telah memberikan contoh
terus menerus terhadap sistem bunyi yang ada pada bahasa ibunya, dan
dimotivasi terus untuk menirukan sistem bahasa ibunya, maka yang
akhirnya dikuasai adalah sistem bahasa ibunya.

C. Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua


1. Pemerolehan Bahasa Pertama
Bila kita mengamati perkembangan kemampuan berbahasa anak,
kita akan terkesan dengan pemerolehan bahasa anak yang berjenjang dan
teratur. Pada usia satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata
pertamanya yang terdiri dari satukata yang kadang-kadang tidak jelas
tetapi sesungguhnya bermakna banyak. Contoh anak mengucapkan kata
“makan” maknanya mungkin ingin makan, sudah makan,lapar atau
mungkin makanannya tidak enak, dsb. Pada perkembangan berikutnya
mungkin anak sudah dapat mengucapkan dua kata, contoh, “mama
masak”, yang maknanya dapat berarti: ibu masak, ibu telah masak, atau
ibu akan masak sesuatu. Demikian seterusnya hingga umur enam tahun
anak telah siap menggunakan bahasanya untuk belajar di sekolah dasar,
sekaligus dengan bentuk-bentuk tulisannya.

7
Lenneberg salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat
terkenal (1969) mengatakan bahwa perkembangan bahasa bergantung pada
pematangan otaksecara biologis. Pematangan otak memungkinkan ide
berkembang dan selanjutnya memungkinkan pemerolehan bahasa anak
berkembang. Terdapat banyak bukti,manusia memiliki warisan biologis
yang sudah ada sejak lahir berupakesanggupannya untuk berkomunikasi
dengan bahasa, khusus untuk manusia. Bukti yang memperkuat
pendapatnya itu, antara lain:

a. Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-


bagiananatomi dan fisiologi manusia, seperti bagian otak tertentu yang
mendasaribahasa. Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi semua
anak normal.
b. Kelainan hanya sedikit berpengaruh terhadap keterlambatan
perkembanganbahasa anak.
c. Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain.
d. Bahasa bersifat universal, setiap bahasa dilandasi unsur fonologi,
semantikdan sintaksis yang universal.

2. Pemerolehan Bahasa Kedua

Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh


sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas
tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Ada juga yang menyamakan
istilah bahasa kedua sebagai bahasa asing. Khusus bagi kondisi di
Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu, bahasa asli atau bahasa
utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu sedangkan bahasa kedua
berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan pengajaran
bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua.
Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu, oleh

8
karenanya bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik,
ekonomi dan pendidikan.

Terdapat perbedaan dalam proses belajar bahasa pertama dan


bahasa kedua. Proses belajar bahasa pertama memiliki ciri-ciri : belajar
tidak disengaja, berlangsung sejak lahir, lingkungan keluarga sangat
menentukan , motivasi ada karena kebutuhan, banyak waktu untuk
mencoba bahasa dan banyak kesempatan untuk berkomunikasi.

Pada proses belajar bahasa kedua terdapat ciri-ciri:

a. belajar bahasa disengaja, misalnya karena menjadi salah satu mata


pelajarandi sekolah
b. berlangsung setelah pelajar berada di sekolah
c. lingkungan sekolah sangat menentukan
d. motivasi pelajar untuk mempelajarinya tidak sekuat mempelajari
bahasapertama. Motivasi itu misalnya ingin memperoleh nilai baik
pada waktuulangan atau ujian.
e. waktu belajar terbatas
f. pelajar tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktikan bahasa
yangdipelajari.
g. bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.
h. umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat
sehinggaproses belajar bahasa kedua berlangsung lama.
i. disediakan alat bantu belajar ada orang yang mengorganisasikannya,
yakni guru dan sekolah.

9
D. Tahap Perkembangan Bahasa Anak

M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan bahasa


anak dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini berdasarkan pada ciri-ciri
tertentu yang khas pada setiap periode. Adapun tahap - tahap tersebut sebagai
berikut :

1. Tahap Prelingual (usia 0 – 1 tahun)

Disebut demikian karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa


ucapan’ seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti
aturan-aturan bahasa yang berlaku. Pada periode ini anak mempunyai
bahasa sendiri, misalnya mengoceh sebagai ganti komunikasi dengan
orang lain. Contohnya baba,mama, tata, ayng mungkin merupakan reaksi
terhadap situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi
karena kematangan proses mental pada usia 9-10 bulan.

2. Tahap Lingual Dini (1 – 2,5 tahun)

Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang


pertama, meskipun belum lengkap. Misalnya: atia (sakit), agi (lagi), itut
(ikut), atoh (jatuh). Pada masa ini beberapa kombinasi huruf masih sukar
diucapkan, juga beberapa huruf masih sukar untuk diucapkan seperti r, s,
k, j, dan t. pertambahan kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat
dan dapat dibagi dalam tiga periode, yaitu:

a. Periode kalimat satu kata ( holophrare)

Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu


kalimat, karena hanya terdiri dari satu kata, tetapi para ahli peneliti
perkembangan bahasa anak beranggapan bahwa kata-kata pertama yang
diucapkan oleh anak itu mempunyai arti lebih dari hanya sekedar suatu

10
‘kata’ karena kata itu merupakan ekspresi dari ide-ide yang kompleks,
yang pada orang deawasa akan dinyatakan dalam kalimat yang lengkap.

Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti : Ibu kesini! Ibu kemana?


Ibu tolong saya!, Itu baju ibu, Ibu saya lapar, dst. Pada umunya, kata
pertama ini dipergunakan untuk member komentar terhadap obyek atau
kejadian di dalam lingkungannya. Dapa berupa perintah,
pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dll.

b. Tahap kalimat dua kata

Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperolah dari


lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi-fungsi
lain pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat yang terdiri
dari dua kata. Hal ini terjadi pada sekitar usia 18 bulan, dimana anak
menentukan bahwa kombinasi dua kata tersebut mempunyai hubungan
tertentu yang mempunya makna berbeda-beda, misalnya makna
kepunyaan (baju ibu), makna sifat (hidung pesek), dan lain sebagainya.

c. Kalimat lebih dari dua kata

Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi belum terlihat
perkembangan yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari dua
kata sudah terlihat kemampuan anak di bidang morfologi. Keterampilan
membentuk kalimat bertambah, terlihat dari panjangnay kalimat,
kalimat tiga kata, kalaimat empat kata, dan seterusnya. Pada periode ini
penggunaan nahasa tidak bersifat egosentris lagi, melainkan anak sudah
mempergunakan untuk komunikasi dengan orang lain, sehingga
mulailah terjadi suatu hubungan yang sesungguhnya antara anak dengan
orang dewasa.

11
3. Tahap Diferensiasi (usia 2,5 – 5 tahun)

Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam


mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-
kalimat. Mungkin masih ada kesukaran pengucapan konsonan yang
majemuk dan sedikit kompleks. Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit
mulai berkembang. Kata benda dan karta kerja mulai lebih terdiferensiasi
dalam pemakaiannya, hal ini ditandai dengan penggunaan kata depan, kata
gati dank at kerja bantu. Fungsi bahasa untuk komunikasi benar-benar
mulai berfungsi. Persepsi anak dan pengalamannya tentang dunia luar
mulai ingin dibaginya dengan orang lain, dengan cara memberikan kritik,
bertanya, menyuruh, membri tahu dan lain-lain. Mulai terjadi
perkembangan di bidang morfologi, ditandai dengan munculnya kata
jamak, perubahan akhiran, perubahan kata karja, dan lain-lain.

4. Tahap Perkembangan bahasa sesudah usia 5 tahun

Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur


sintaksis dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat
lengkap. Jadi sudah tidak terlalu banyak masalah. Menurut Piaget, pada
periode ini perkembangan anak di bidang kognisi masih berkembang terus
sampai usia 14 tahun, sedangkan peranan kognisi sangat besar dalam
penggunaan bahasa. Dengan masih terus berkembangnya kognisi, dengan
sendirinya perkembangan bahasa juga masih berkembang.

12
BAB III

PEMBAHASAN

TEORI DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA

A. Teori Bahasa
1. Teori Behaviorisme

Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons)


ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah
diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson
juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran
terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan
stimulus - respons. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang
dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan
terus dipertahankan. Kekuatan serta frekuensinya akan terus
dikembangkan. Bila akibatnya hukuman, atau bila kurang adanya
penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan
disingkirkan. Implikasi teori ini ialah bahwa guru harus berhati-hati dalam
menentukan jenis hadiah dan hukuman. Guru harus mengetahui benar
kesenangan siswanya. Hukuman harus benar-benar sesuatu yang tidak
disukai anak, dan sebaliknya hadiah merupakan hal yang sangat disukai
anak. Jangan sampai anak diberi hadiah menganggapnya sebagai hukuman
atau sebaliknya, apa yang menurut guru adalah hukuman bagi siswa
dianggap sebagai hadiah.\

2. Teori Nativisme

Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa


pembelajaran bahasa ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia

13
dilahirkan sudah memiliki bakat untuk memperoleh dan belajar bahasa.
Teori tentang bakat bahasa itu memperoleh dukungan dari berbagai sisi.
Eric Lenneberg (1967) membuat proposisi bahwa bahasa itu merupakan
perilaku khusus manusia dan bahwa cara pemahaman tertentu,
pengkategorian kemampuan, dan mekanisme bahasa yang lain yang
berhubungan ditentukan secara biologis.

3. Teori Kognitivisme

Menurut teori ini perkembangan bahasa harus berlandaskan pada


atau diturunkan dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar
dan lebih umum di dalam kognisi manusia. Dengan demikian urutan-
urutan perkembangan kognisi seorang anak akan menentukan urutan-
urutan perkembangan bahasa dirinya. Menurut aliran ini kita belajar
disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian
yang terjadi di dalam lingkungan. Titik awal teori kognitif adalah
anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur
dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman, produksi,
komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil dari proses
kognitif anak yang secara terus menerus berubah dan berkembang. Jadi
stimulus merupakan masukan bagi anak yang berproses dalam otak. Pada
otak terjadi mekanisme mental internal yang diatur oleh pengatur kognitif,
kemudian keluar sebagai hasil pengolahan kognitif tadi.

4. Teori Fungsional

Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan


manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia,
untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri
sendiri sebagai manusia lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan
tidak pada tataran fungsional yang lebih dari makna yang dibentuk dari
interaksi sosial. Kognisi dan perkembangan bahasa Piaget

14
menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak dengan
lingkungannya dengan interaksi komplementer antara perkembangan
kapasitas kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa mereka.
Penelitian itu berkaitan dengan hubungan antara perkembangan kognitif
dengan pemerolehan bahasa pertama

5. Teori Konstruktvisme

Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu


sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian
pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun
demikian, dalam membangun pengalaman siswa harus memiliki
kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut
melalui eksperimen dan percakapan atau Tanya jawab, serta untuk
mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan
aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga guru memainkan
peranan penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh
proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan
pendekatan. Dalam rangka kerjanya, ahli konstruktif menantang guru-
guru untuk menciptakan lingkungan yang inovatif dengan melibatkan guru
dan pelajar untuk memikirkan dan mengoreksi pembelajaran.

6. Teori humanisme

Dalam pengajaran bahasa dalam teori ini pernah


diimplementasikan dalam sebuah kurikulum pengajaran bahasa dengan
istilah Humanistic curriculum yang diterapkan di Amerika utara di akhir
tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Kurikulum ini menekankan pada
pembagian pengawasan dan tanggungjawab bersama antar seluruh siswa
didik. Humanistic curiculum menekankan pada pola pikir, perasaan dan
tingkah laku siswa dengan menghubungkan materi yang diajarkan pada
kebutuhan dasar dan kebutuhan hidup siswa. Teori ini menganggap bahwa

15
setiap siswa sebagai objek pembelajaran memiliki alas an yang berbeda
dalam mempelajari bahasa. Tujuan utama dari teori ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah
masyarakat.

B. Pendekatan Bahasa

Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang


hakikat bahasa, pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai
landasan dalam merancang, melaksanakan dan menilai proses belajar-
mengajar bahasa. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain
asumsi yang menganggap bahasa sebagai kebiasaan; bahasa sebagai sistem
komunikasi dan ada pula yang menganggap bahasa sebagai seperangkat
peraturan/kaidah. Di bawah ini akan dibahas beberapa pendekatan yang
selayaknya difahami oleh guru-guru sekolah dasar, baik guru kelas maupun
guru bidang studi.

1. Pendekatan Behaviorisme

Kelompok ini berpandangan bahwa proses penguasaan


kemampuan berbahasa anak sebenarnya dikendalikan dari luar sebagai
akibat berbagai rangsangan yang diterapkan lingkungan kepada Si Anak.
Bahasa sebagai wujud perilaku manusia merupakan kebiasaan yang harus
dipelajari. Jadi kemampuan berkomunikasi anak melalui bahasa pada
dasarnya sangat ditentukan oleh stimulus-respon dan peniruan-peniruan.

2. Pendekatan Nativisme

Pandangan ini berpendapat bahwa anak sudah dibekali secara


alamiah dengan apa yang disebut LAD (Language Acquisition Device).
LAD sudah diprogramkan untuk mengolah butir-butir tatabahasa yang
dianggap sebagai suatu bagian dari otak. LAD membekali anak dengan
kemampuan alamiah untuk dapat berbahasa. Dengan demikian belajar

16
berbahasa pada hakikatnya hanyalah mengisi detail dalam struktur yang
sudah ada secara alamiah.

3. Pendekatan Kognitif

Kemapuan berbahasa anak berasal dan diperoleh sebagai akibat


dari kematangan kognitif anak. Bahasa dalam pandangan kognitif
distrukturlisasi dan dikendalikan oleh nalar. Dengan demikian
perkembangan kognisi sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa.

4. Pendekatan Interaksi Sosial

Pendekatan ini merupakan perpaduan teori-teori yang telah


disebutkan di atas. Kesimpulan teori-teori bahasa anak mempunyai potensi
dasar (kognitif) dari bawaannya yang tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan melalui proses interaksi. Inti pembelajaran interaktif adalah
siswa membuat pertanyaan atau mencari masalah sendiri dan berusaha
menyelesaikan sendiri. Hal ini akan meningkatkan kreativitas dan berfikir
kritis mereka.

5. Pendekatan Tujuan

Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan ‘’cara


belajar tuntas’’. Dengan ‘’cara belajar tuntas’’, berarti suatu kegiatan
belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari
jumlah siswa yang mengikuti pelajaran itu menguasai minimal 75% dari
bahan ajar yang diberikan oleh guru. Penetuan keberhasilan itu didasarkan
hasil tes sumatif; jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat
mengerjakan atau dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal
yang diberikan oleh guru maka pembelajaran dapat dianggap berhasil.

17
6. Pendekatan Struktural

Pandangan ini berpendapat bahwa bahasa adalah data yang


didengar/ditulis untuk dianalisis sesuai dengan tatabahasa. Jadi belajar
bahasa adalah belajar strukturstruktur (tatabahasa).

7. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa


adalah sarana berkomunikasi. Karena itu tujuan utama pengajaran bahasa
adalah meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, bukan kepada
pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan bahasa diajarkan untuk
menunjang pencapaian keterampilan bahasa.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer


(manasuka) yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Fungsi utama
dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan interaksi antar manusia.
psikolinguistik adalah suatu cabang ilmu linguistik interdisipliner yang
mengkaji proses-proses mental manusia dikaitkan dengan perilaku bahasa
seseorang.

Teori pemerolehan bahasa anak yaitu Nativist Theory (hipotesis


nurani), dan Learning teori. Pemerolehan bahasa pertama bila kita
mengamati perkembangan kemampuan berbahasa anak, kita akan terkesan
dengan pemerolehan bahasa anak yang berjenjang dan teratur. Padausia
satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya yang terdiri dari
satukata yang kadang-kadang tidak jelas tetapi sesungguhnya bermakna
banyak. Kemudian Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang
memperoleh sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai
sampai batas tertentu bahasa pertamanya (bahasa ibu). Tahap
perkembangan bahasa anak yaitu Tahap Prelingual (usia 0 – 1 tahun),
Tahap Lingual Dini (1 – 2,5 tahun), dan Tahap Diferensiasi (usia 2,5 – 5
tahun).

Teori Bahasa ada enam yaitu Teori Behaviorisme, Teori


Nativisme, Teori Kognitivisme, Teori Fungsional, Teori Konstruktvisme,
dan Teori humanism. Adapun pendekatan bahasa yaitu Pendekatan
Behaviorisme, Pendekatan Nativisme, Pendekatan Kognitif, Pendekatan

19
Interaksi Sosial, Pendekatan Tujuan, Pendekatan Struktural, dan
Pendekatan Komunikatif.

B. Saran

Pada saat pembuatan makalah kami menyadari bahwa banyak


sekali kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Dengan sebuah pedoman
yang bisa dipertanggung jawabkan dari banyaknya sumber, penulis akan
mekalah tersebut. Oleh sebab itu kami harapkan kritik serta sarnnya
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

20

Anda mungkin juga menyukai