NIM : 857038331
Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik
Kode Mata Kuliah : PDGK4002
Program Studi : S1 PGSD / BI.2
Tugas : II (Modul 3 & Modul 4)
Modul 03 Tahap Perkembangan Bahasa dan Kemampuan Berpikir Matematika
Kegiatan Belajar 1 Tahap Perkembangan Bahasa
A. Bahasa dan Komponen Penyusunnya
Menuru KBBI, bahasa sebuah sistem kata, simbol atau lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa tidak hanya sebatas kata-kata, juga mencakup sesuatu
yang abstrak, tetapi mengandung pesan sehingga seseorang dapat menerjemahkan dan
menangkap pesan tersebut. Bahasa juga mencakup simbol yang memiliki pesan,
contohnya adalah simbol emoji yang sering muncul diaplikasi pesan di gawai kita.
b. Morfologi, adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji
pembentukan kata atau morfem-morfem dalam suatu bahasa. Dalam
pembentukan kata, terdapat unsur terkecil yang disebut dengan morfem.
Morfem dapat ditemukan pada kata yang menggunakan imbuhan, seperti
membaca maka morfem dalam kata tersebut adalah “meN”; pada kata
mempelajari, maka morfem imbuhannya adalah awalan “meN” dan akhiran “i”.
c. Semantik, adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji makna
yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Semantik
akan memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan sintax dan pragmatik.
e. Pragmatik, adalah cabang dari linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji
penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan konteks pemahamannya. Perhatikan
gambar berikut.
Haikal berkata “Lihat, itu anjing.”
Secara tata kata, anak tersebut sudah mengatakannya dengan benar. Namun, jika
ditinjau dari konteks, kalimat tersebut salah karena ia seharusnya mengatakan
bahwa hewan digambar itu adalah sapi, bukan anjing.
2. Teori Perkembangan Bahasa
a. Teori empiris, atau yang biasa dikenal dengan teori belajar menunjukan bahwa
ketika bayi dilahirkan, mereka dikelilingi oleh bahasa. Ketika seseorang mengajak
bayi berbicara, itu merupakan salah satu cara bagaimana bayi belajar
memproduksi bahasa. Pada tahap awal, bayi akan mengikuti suara yang sering
mereka dengar, kemudian mereka belajar untuk menangkap makna kata dan
meniru peraturan tata bahasa berdasarkan apa yang mereka dengar.
b. Teori nativisme, Noam Chomsky adalah ahli bahasa terkemuka yang mengatakan
bahwa manusia terlahir dengan perangkat akuisisi bahasa atau language
acquistion device (LAD). Dalam mengembangkan bahasa, terdapat tiga bagian
otak yang digunakan, yaitu broca, motor context, dan wernicke. Pada bagian broca,
seseorang akan memproduksi kemampuan berbahasa atau dikenal dengan pusat
bahasa. Sementara itu, motor context berfungsi untuk mengatur gerakan sadar.
Bagian wernicke berfungsi untuk memahami bahasa yang kemudian digabungkan
ke otak bagian broca melalu syaraf.
2. Periode Holophrase
Tahap ini dikenal dengan one-word period atau tahap satu kata. Pada tahap ini, anak
belm memulai mengombinasikan kata-kata, tetapi mereka sedang belajar untuk
mengangkap makna yang lebih sulit dari pada tahap sebelumnya. Contohnya, pada
tahap prangualistik anak akan menangis jika ia haus. Namun, pada tahap ini anak
akan mulai membentuk makna dari saru kata, seperti susu. Maka kemungkinan anak
ingin munum susu walaupun ia tidak mengatakan dengan kalimat yang lengkap, “Aku
mau susu.”
3. Periode Telegrafis
Jika pada tahap holophrase, anak mencoba menyampaikan pesan melalui satu kata,
pada tahap telegrafi, anak mencoba membentuk makna dengan mengombinasikan
dua kata. Contohnya, anak mengatakan “mam nasi” yang sebenarnya anak itu ingin
sampaikan adalah ia sedang makan nasi atau ia ingin makan nasi. Namun,
kemampuannya masih terbatas sehingga ia hanya mengatakan dua kata
4. Perkembangan Bahasa Usia Dini, Kanak-Kanak dan Remaja
Sebagai contoh, anak dengan keterlambatan berbicara atau speech delay dengan
kondisi yang serius dapat menunjukkan adanya gangguan pendengaran. Mereka sulit
berkomunikasi dan mengekspresikan keinginannya. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui tahapan perkembangan bahasa pada anak. Menurut Benner (dalam
Palupi, 2002), perkembangan bahas dibagi menjadi empat tahap.
No. Tingkatan Usia Kemampuan
1. Prabicara Lahir s.d. 1. Perkembangan suara (persepsi dan hasil)
10 bulan 2. Perkembangan isyarat
3. Penambahan persepsi suara; bicara bayi merupakan hasil
menangis dan keributan; bermain dengan suara termasuk
mengulang bicara dengan orang lain yang dimulai usia 3 bulan;
antara enam sampai sepuluh buan dapat menggunakna
konsonan dan huruf vokal terbatas
2. Kata-kata 10 s.d. 1. Pengertian kata tunggal
pertama 13 bulan 2. Menghasilkan kata tunggal
pemunculan 3. Perbedaan individual dalam penggunaan kata tunggal
nama 4. Fungsi isyarat sebagai kata
5. Perhatian dapat diarahkan dengan nama objek (lihat anjing,
Ami, anjing), mulai 13 bukan menerima kosakata dari 17
sampai dengan 97 kata
3. Kombinasi 18 s.d. 1. Pengunaan satu kata tunggal dengan ati kompleks untuk
kata 24 bulan ungkapan multikata. Contoh: “susu” (artinya dapat minta susu
atau meminta ASI)
2. Penggunaan kombinasi kata untuk kalimat, contoh: mama kue
(maksudnya mama minta kue)
4. Tata bahasa 20 s.d. 1. Kecepatan memperoleh morfem
30 bulan 2. Perkembangan bahasa yang unik pada usia dini, seperti mulai
menggunakan kata ganti saya, kita, dia, kamu
3. Penggunaan kalimat dalam pola dan aturan yang teratur
Semakin lama anak akan semakin berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan
cara yang lebih abstrak, tidak lagi belajar menggunakan benda konkret atau
berimajinasi untuk menyelesaikan masalaj. Akan tetapi, anakna akan mulai
belajar memecahkan masalah yang lebih abstrak, seperti menyelesaikan soal
aljabar dan sebagainya.
Terdapat dua kategori emosi dalam tahap perkembangan emosi, yaitu basic emotions
dan complex emotions. Basic emotions adalah sekumpulan emosi yang muncul saat bayi
terlahir atau tahun pertama tumbuh kembangnya. Complex emotions adalah tahap sadar
diri atau dapat mengevaluasi diri yang muncul pada than ke-1 ke atas dan sebagian
bergantung pada perkembangan kognitif, kemampuan diri, selft-evaluation, serta
stimulus lingkungan sekitar.
1. Definisi Temperamen
Temperamen adalah kecenderungan seseorang unutk merespons dengan cara yang
dapat diprediksi terhadap peristiwa lingkungan, termasuk merespons tingkat
aktivitas, lekas marah, ketakutan, dan kemampuan bersosialisasi (Shaffer & Kipp,
2014). Gillibrand dkk (2016) menungkapkan bahwa temperamen merupakan
kecenderungan yang menjadi dasar umum untuk berperilaku dengan cara tertentu.
Hal ini menunjukkan stabilitas, keberlanjutan, kebergantungan, dan kemunculan dini.
Klasifikasi temperamen pada anak terdiri dari tiga, yaitu:
a. Temperamen anak yang mudah (easy child), mudah sekali bersosialisai dengan
orang lain, mudah diatur dalam aktivitasnya, dan mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
b. Temperamen anak yang susah diatur (difficult child), sulit dalam melakukan
aktivitasnya. Dalam bersosialisai dengan orang baru, mereka takut dan sering
menangis bahkan ketika mereka tidur pun gelisah.
c. Temperamen anak yang berada di tengah-tengah (slow to warm up to child),
memiliki respon yang lambat. Dalam mencoba sesuatu yang baru, mereka
cenderung bersikap pasif, tetapi ketika hal baru tersebut diulangi, mereka
menjadi tidak tertekan.
2. Teori Belajar, merupakan teori yang mengasumsikan bahwa seseorang bayi akan
memiliki keterikatan terhadap orang yang memberikan makan dan juga memenuhi
kebutuhan mereka.
3. Teori Kognitif, merupakan teori yang mengingatkan kepada kita bahwa terjadinya
sebuah keterikatan juga bergantung pada tingkat kemampuan perkembangan
kognitif yang dimiliki oleh seorang anak.
4. Teori Etologikal, juga dikenal dengan istilah sosiobiologi, yaitu bidang studi ilmiah
yang didasarkan pada asumsi bahwa perilaku sosial telah dihasilkan dari evolusi dan
upaya untuk menjelaskan dan memeriksa perilaku sosial dalam konteks tersebut.
2. Keberartian (Significant)
Merupakan sebuah kepedulian, perhatian, afeksi dan ekspresi kasih sayang yang
diterima oleh seseorang dari orang lain yang menjadi tanda bahwa seseorang
tersebut diterima keberadaannya.
3. Kebajikan (Virtue)
Menunjukkan suatu ketaatan mengikuti dan bertingkah laku sesuai dengan etika,
moral, dan agama. Kemudian menjauhi larangan moral, etika dan agama.
4. Kemampuan (Competence)
Yang dimaksud disini adalah kemampuan dalam menunjukkan performa yang tinggi
dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai prestasi.
C. Perkembangan Konsep Diri
Lingkungan, pengalaman dan polah asuh orang tua merupakan faktor yang signifikan
memengaruhi terbentuknya konsep diri seseorang. Perkembangan konsep diri anak
selama tahun-tahun sekolah dasar terbagi menjadi tiga yaitu,
1. Karakteristik Internal
2. Karakteristik Aspek Sosial
3. Karakteristik Perbandingan Sosial
G. Pengaruh Teman Sebaya dan Budaya Terhadap Konsep Diri dan Capaian Akademik
Teman sebaya dan budaya yang baik akan membangun konsep diri yang positif. Konsep
diri yang positif akan membangun motivasi belajar yang tinggi. Motivasi belajar yang
tinggi akan mempermudah seseorang untuk mencapai pencapaian akademik terbaiknya,
oleh karena itu, teman sebaya dan budaya memengaruhi konsep diir dan pencapaian
akademik.
E. Altruisme
Merupakan kepedulian tanpa pamrih untuk kesejahteraan orang lain yang di ekspresikan
melalui tindakan prososial, seperti berbagi, bekerja sama, dan membantu. Komponen
altruisme yaitu:
1. Prososial Moral Reasoning
Merupakan pemikiran yang ditampilkan orang ketika memutuskan apakah akan
membantu, berbagi atau menghibur orang lain ketika tindakan ini bisa terbukti mahal
untuk diri mereka sendiri.
2. Simpati Empatik Gairah
Merupakan perasaan atau simpati atau kasih sayang yang dapat ditimbulkan ketika
kita mengalami emosi orang lain yang tertekan: dianggap menjadi mediator penting
altruisme.