Anda di halaman 1dari 14

BAHASA (LANGUAGE)

MARIA FATIMA DINERI DE JESUS (221442204)


PEMBELAJARAN BAHASA DI MASA AWAL

Pekembangan Bahasa dimulai sejak manusia lahir, hal ini didukung oleh pendapat dari Chomsky
(1964) yang menyatakan bahwa Bahasa itu sudah ada dalam diri sejak lahir. Ini artinya anak-anak
memiliki dasar bawaan yang memungkinkan mereka untuk memahami aturan Bahasa secara alami.
Anak-anak belajar Bahasa melalui:
a. Observasi: anak mulai mengamati dan memperhatikan Bahasa sekitar mereka sejak usia dini.
Observasi ini membantu mereka memahami bagaimana Bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Interaksi: interaksi dengan orang dewasa sangat penting dalam pembelajaran Bahasa anak-anak.
Anak-anak memerlukan paparan Bahasa yang cukup dan interaksi yang berkualitas dengan orang
dewasa.

Lingkungan memiliki peran yang penting juga dalam pembelajaran Bahasa pada anak-anak, karena
anak-anak belajar Bahasa melalui observasi dan interaksi, maka perlu menciptakan lingkungan yang
positif bagi proses belajar anak-anak.
Faktor-faktor dalam pembelajaran Bahasa anak

1. Paparan Bahasa awal: anak-anak belajar Bahasa dengan mengamati dan menyerapnya melalui paparan
Bahasa sejak usia dini.
2. Kualitas lingkungan Bahasa: lingkungan yang kaya akan Bahasa akan memudahkan anak-anak memiliki
banyak kosakata dan kemampuan berbicara.
3. Hubungan dengan orang dewasa: interaksi yang hangat dari orang dewasa akan mendukung dan
membantu anak-anak merasa nyaman berbicara dan berekspresi.

Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa


Menurut beberapa sumber seperti Gleason & Ratner (2013) Honing (2007), Pulvermüller (2005), Roselli et al (2014),
Skeide & Friederici (2016) menyatakan bahwa perkembangan Bahasa dimulai sejak bayi baru lahir hingga berusia 11
tahun.
Perkembangan Bahasa ada 9 tahap berdasarkan usia, untuk bahasa reseptif ( menerima) dan bahasa ekspresif
(mengungkapkan)
Usia 5-6 tahun: anak-anak sudah
Bayi baru lahir: Sudah bisa usia 4-5 tahun: balita mulai mulai bisa menggunakan morfologi
menerima Bahasa dari ibu dan sudah memahami sebagian besar untuk menentukan makna dan mulaih
bisa membuat suara ketika merasa percakapan sehari-hari, dan emosi fasih dalam berbicara dan akan
sakit dan senang mereka mulai bisa dipahami oleh menyalahkan orang jika tidak
orang lain. memahami maksud mereka.

Usia 7-8 tahun: memahami urutan


Usia 2-3 tahun: balita mulai kata sebelum dan sesudah dan mulai
Usia 0-3 bulan: Bayi bisa diajak
menanggapi pertanyaan sederhana, membedakan semua bunyi konsonan.
bicara dan membuat suara tangisan
pengucapan mulai jelas, banyak
jika sakit dan lapar, serta bayi sudah Menggunakan kalimat kompleks,
kosakata, dan memberi jawaban yang
mulai mengoceh. melakukan percakapan bermakna,
sesuai dengan pertanyaan.
dan menggunakan kata keterangan.

Usia 7-12 bulan: bayi sudah mulai


Usia 4-6 bulan: bayi tidak memberi Usia 9-11 tahun: dapat bertahan pada
bisa mengikuti petunjuk sederhana
respon jika tidak menyebut namanya. satu topik, memvariasikan
dan merespon saat namanya disebut,
percakapan dengan orang lain, dan
Berbicara dengan diri sendiri, serta bisa diajak bermain. Usia ini
memahami aturan sosail dalam
menggunakan ucapan seperti suara juga bayi mulia meniru ucapan dan
Bahasa.
mulai menggunakan kata pertama.
Bahasa Awal dalam Praktik

1. Disparitas bahasa pada awal hidup: Pada awal kehidupan, terdapat disparitas besar dalam paparan bahasa yang
dialami oleh anak-anak pra-sekolah. Faktor seperti pendapatan keluarga dapat memengaruhi seberapa banyak kata
yang diucapkan dan seberapa sering berbicara dengan anak-anak. Ini dapat menghasilkan perbedaan besar dalam
kosa kata anak-anak sebelum mereka masuk sekolah.
2. Interaksi bahasa pada usia dini: Interaksi bahasa pada usia dini memiliki dampak jangka panjang karena
kemampuan berbicara anak-anak cenderung tetap konsisten dari usia 1 hingga 13 tahun. Oleh karena itu, penting
bagi orang tua dan pengasuh untuk berinteraksi secara aktif dengan anak-anak mereka melalui percakapan,
membacakan buku, dan berbicara tentang lingkungan sekitar.
3. Pengaruh orang dewasa: Penelitian menunjukkan bahwa seberapa sering anak-anak berbicara dengan orang
dewasa memiliki pengaruh signifikan pada kemampuan berbicara mereka. Ini menegaskan pentingnya peran orang
dewasa dalam memberikan dukungan bahasa yang kaya kepada anak-anak.
4. Dampak televisi: Menonton televisi dapat memperlambat perkembangan bahasa anak-anak karena mengurangi
interaksi dengan orang dewasa. Oleh karena itu, penting untuk mengimbangi waktu menonton televisi dengan
waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan anak-anak secara langsung.
Bahasa Penerimaan Dan Bahasa Ekspresif

Bahasa penerimaan dan bahasa ekspresif adalah dua aspek penting dalam komunikasi dan pemahaman
Bahasa.
1. Bahasa Penerimaan: Bahasa penerimaan mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami
kata-kata dan frasa yang dia dengar atau baca. Ini mencakup kemampuan memahami makna kata-
kata, pengenalan struktur tata bahasa, dan kemampuan memahami pesan yang disampaikan oleh
orang lain melalui ucapan atau tulisan. Proses pemrosesan bahasa penerimaan dimulai dengan
mendengar atau membaca kata-kata dan kemudian memahami makna dari kata-kata tersebut.
2. Bahasa Ekspresif: Bahasa ekspresif mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan
pemikiran, ide, atau pesan kepada orang lain melalui ucapan atau tulisan. Ini mencakup kemampuan
menggunakan kata-kata dengan benar, mengatur kalimat dengan baik, dan mengungkapkan diri
dengan jelas dan efektif. Proses pemrosesan bahasa ekspresif dimulai dengan pemikiran dan ide yang
kemudian diubah menjadi kata-kata dan kalimat yang dapat dipahami oleh orang lain
Pemrosesan Bahasa dalam Otak

Pemrosesan bahasa dalam otak melibatkan sejumlah area otak yang bekerja sama untuk memahami dan
menghasilkan bahasa. Berikut adalah beberapa konsep yang dapat dijelaskan berdasarkan informasi yang telah
diberikan:
1. Pemrosesan Sensori: Tahap pertama dari pemrosesan bahasa adalah pemrosesan sensori dari input auditori
(pendengaran) atau visual (bacaan). Ini terjadi ketika seseorang mendengarkan ucapan atau membaca teks.
Pemrosesan sensori melibatkan area otak tertentu, seperti gyrus temporal superior dan sulcus temporal
superior, yang membantu menginterpretasikan konsep dari suara atau teks yang didengar atau dibaca.
2. Pemahaman Makna: Tahap kedua adalah pemahaman makna. Ini melibatkan jaringan otak yang lebih luas,
termasuk AG (angular gyrus), gyrus temporal medial, lobus temporal ventral, korteks parietal medial, korteks
prefrontal medial, dan korteks prefrontal lateral inferior. Pada tahap ini, konsep yang diperoleh dari input
sensori dikaitkan dengan pemahaman makna kata-kata dan kalimat.
3. Pemrosesan Fonologis: Pemrosesan fonologis melibatkan pengenalan dan pemahaman suara-suara bahasa
yang membentuk kata-kata. Area otak seperti planum temporale dan area otak yang terlibat dalam fonologi
membantu mengkodekan suara-suara bahasa.
4. Proses bahasa ekspresif melibatkan penggunaan otak untuk merencanakan dan menghasilkan ucapan. Ini
melibatkan area otak yang terlibat dalam perencanaan motorik-oral dan memilih kata-kata yang sesuai untuk
menyampaikan pesan yang diinginkan.
5. Interaksi Bahasa: Proses pemrosesan bahasa juga dapat mencakup interaksi antara pemrosesan sensori dan
bahasa ekspresif. Misalnya, pendengar dapat mengaktifkan otot-otot oromotor saat mendengarkan sambil
merespons dengan ucapan mereka sendiri, seperti yang sering terjadi dalam percakapan.
Tata Bahasa dalam Praktek
Perkembangan tata bahasa pada anak-anak adalah aspek kritis dalam pemahaman dan penggunaan bahasa.
1. Komunikasi Yang Efektif: Tata bahasa adalah peraturan dan struktur yang memungkinkan seseorang mengungkapkan
pemikiran dan ide dengan jelas dan efektif. Dengan memiliki pemahaman yang baik tentang tata bahasa, anak-anak dapat
menghindari kebingungan dalam komunikasi dan membuat pesan mereka lebih mudah dipahami oleh orang lain.
2. Kemampuan Menyusun Kalimat: Perkembangan tata bahasa memungkinkan anak-anak untuk memahami bagaimana kata-
kata dapat disusun menjadi kalimat yang benar secara gramatikal. Ini penting karena kalimat yang benar adalah dasar
untuk berbicara dan menulis dengan tepat.
3. Pemahaman Konteks: Melalui pemahaman tata bahasa, anak-anak juga belajar bagaimana kata-kata dan kalimat dapat
digunakan dalam konteks yang berbeda. Mereka memahami bagaimana makna kata-kata dapat berubah tergantung pada
bagaimana kata-kata itu digunakan dalam kalimat.
4. Keterampilan Menulis: Perkembangan tata bahasa juga sangat penting dalam menulis. Anak-anak yang memiliki
pemahaman tata bahasa yang baik dapat menulis dengan lebih baik, menghindari kesalahan gramatikal, dan menyusun
karangan yang koheren.
5. Pemahaman Bahasa Yang Lebih Luas: Memahami tata bahasa adalah fondasi untuk memahami konsep bahasa yang lebih
luas seperti semantik (makna kata), pragmatik (penggunaan bahasa dalam konteks sosial), dan fonologi (suara bahasa).
Oleh karena itu, perkembangan tata bahasa membantu anak-anak memahami bahasa secara keseluruhan.
6. Kemampuan Belajar Bahasa Lain: Pemahaman tata bahasa dalam bahasa pertama juga memudahkan pembelajaran bahasa
kedua. Anak-anak yang memiliki pemahaman tata bahasa yang baik dalam bahasa pertama mereka cenderung memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk memahami dan menggunakan bahasa kedua.
Gangguan Bahasa
Gangguan bahasa adalah kondisi yang melibatkan kesulitan dalam memahami, menggunakan, atau menghasilkan bahasa
dengan benar. Gangguan bahasa dapat memiliki dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari individu yang terkena
dampaknya.

1. Kesulitan dalam komunikasi: Individu dengan gangguan bahasa sering mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi secara efektif. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan
benar, membuat kalimat yang koheren, atau memahami bahasa yang digunakan oleh orang lain. Ini dapat
menyebabkan frustrasi dalam percakapan sehari-hari.
2. Pengaruh pada hubungan sosial: Gangguan bahasa dapat memengaruhi hubungan sosial individu. Kesulitan
berbicara atau memahami bahasa dapat membuat individu merasa canggung atau terisolasi dalam interaksi
sosial. Ini juga dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
3. Kinerja akademik: Anak-anak dengan gangguan bahasa mungkin mengalami kesulitan dalam sekolah. Mereka
bisa kesulitan dalam memahami instruksi, mengekspresikan ide mereka dalam tulisan, atau berpartisipasi
dalam diskusi kelas. Gangguan bahasa dapat memengaruhi kinerja akademik dan potensi belajar.
4. Dampak emosional: Gangguan bahasa juga dapat memiliki dampak emosional. Individu yang kesulitan
berkomunikasi dengan baik dapat merasa frustrasi, cemas, atau rendah diri. Hal ini dapat memengaruhi
kesejahteraan emosional mereka
Ilmu Saraf Kognitif Gangguan Bahasa

1. Dampak pada perilaku: Anak-anak dengan gangguan bahasa seringkali menunjukkan gejala internalisasi
dan eksternalisasi yang lebih tinggi daripada populasi umum. Gangguan bahasa pragmatik, yang melibatkan
kesulitan dalam aspek sosial bahasa, sering terkait dengan masalah perilaku, seperti hiperaktivitas dan
keterbatasan perilaku prososial. Kesulitan berkomunikasi dapat menyebabkan frustrasi, yang dapat
tercermin dalam perilaku.
2. Dampak pada fungsi sosial-emosional: Gangguan bahasa juga dapat mempengaruhi fungsi sosial-emosional
individu. Siswa dengan gangguan bahasa sering mengalami kesulitan dalam hubungan sebaya dan gejala
sosial-emosional yang meningkat. Kesulitan dalam berkomunikasi secara efektif dapat memengaruhi
kemampuan individu untuk menjalin hubungan interpersonal yang sehat dan memahami perasaan orang
lain.
3. Kesulitan dalam konsentrasi: Gangguan bahasa dapat mengakibatkan kesulitan dalam fokus dan
konsentrasi. Anak-anak dengan keterampilan bahasa yang lemah sering disalahartikan sebagai kurang
konsentrasi atau kurang termotivasi. Ini dapat memengaruhi kinerja akademik mereka.
4. Keterbatasan dalam komunikasi: Kesulitan berbicara atau memahami bahasa juga dapat menghambat
individu dalam menyampaikan kebutuhan mereka atau memahami instruksi. Ini dapat memengaruhi
kehidupan sehari-hari, termasuk tugas-tugas sehari-hari seperti berbicara dengan teman-teman, mengikuti
instruksi guru, atau berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
Cara Guru Mengatasi Gangguan Bahasa Dalam Praktik
Dukungan untuk Siswa
Intervensi dalam 3
dengan Gangguan
tingkat
Bahasa

1. Pendidikan umum:
Pemahaman: guru perlu
instruksi yang diberikan
memahami siswa dengan
pada siswa adalah
gangguan bahasa
instruksi umum.

2. Dukungan Bahasa
Komunikasi: guru harus
guru: guru dapat
menciptakan lingkungan
memberikan dukungan
yang mendukung
tambahan kepada siswa
komunikasi yang efektif
dengan gangguan bahasa

Modifikasi instruksi: 3. Dukungan khusus dari


guru dapat memodifikasi terapis Bahasa: terapis
instruksi atau tugas atau ahli Bahasa dapat
desuai dengan tingkat memberikan layanan
pemahaman dan langsung kepasa siswa
kemampuan siswa dengan ganggua bahasas

Kolaborasi: guru dapat


bekerja sama dengan
terapis atau ahli Bahasa
dalam meningkatkan
strategi pembelajaran
Pembelajar Bahasa Inggris

Pembelajaran Bahasa inggris sebagai Bahasa tambaha, artinya seseorang sudah memiliki Bahasa asli atau Bahasa
ibu tentu harus belajar dan menguasai Bahasa inggris. Hal ini biasanya terjadi pada seseorang yang pindah ke
lingkungan di mana Bahasa inggris sebagai Bahasa utama atau seseorang memutuskan untuk mempelajari Bahasa
inggris untuk tujuan tertentu.

Ada bebrapa faktor yang mempengaruhi pembelajaran Bahasa inggris sebagai Bahasa tambahan, yakni
1. Kemampuan Bahasa asli seseorang
2. Usia saat memulai pembelajaran Bahasa inggris
3. Tingkat pendidikan
4. Intensitas paparan Bahasa inggris
Neurosains Kognitif Pembelajar Bahasa Inggris

Studi neurosains telah memberikan wawasan berharga tentang bagaimana otak manusia memproses dan
memahami bahasa kedua. Beberapa penemuan utama dalam neurosains terkait pembelajaran bahasa
kedua meliputi:
1. Plastisitas otak, artinya otak dapat mengalami perubahan struktural dan fungsional sebagai respons
terhadap pembelajaran bahasa kedua.
2. Aktivitas otak yang berbeda, Studi neurosains fungsional telah mengidentifikasi area otak yang aktif
saat individu menggunakan bahasa kedua.
3. Peran emosi, artinya emosi juga memiliki peran dalam pembelajaran bahasa kedua.
4. Pembelajaran melalui praktek dan paparan, Studi neurosains mendukung ide bahwa pembelajaran
bahasa kedua lebih efektif melalui praktek berulang dan paparan yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai