Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Kelompok 11 :
1. Dian Kurnia Sari 230411601150
2. Elsafani Silfia Nur Rahmah 230111601448
3. Geren Davi Fernando 230412608591
4. Izzumi El Minh 230411603966
5. Razita Afza 230411604884

PERTEMUAN KE 6 RANGKUMAN TENTANG


PEKEMBANGAN BAHASA PESERTA DIDIK SERTA PROBLEMATIKANYA DAN
PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK SERTA PROBLEMATIKANYA

1. Hakikat Perkembangan Bahasa


Bahasa merupakan suatu bentuk komunikasi secara verbal (diucapkan dan ditulis) dan
nonverbal (diisyaratkan) berupa kata-kata yang bervariasi dan merupakan kombinasi
keduanya.
Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan yang memiliki dua fungsi
utama: menyampaikan dan menangkap pesan. Kemampuan berbahasa individu berperan
penting dalam proses ini, memungkinkan mereka untuk mengungkapkan pemikiran dalam
bentuk kata dan kalimat yang bermakna, logis, dan sistematis.
Bahasa membantu individu untuk menjelaskan informasi kepada orang lain,
menyampaikan pikiran, perasaan, dan keinginan. Pengungkapan pesan melalui bahasa
membangun komunikasi, dan komunikasi yang dibentuk melalui percakapan membantu
menyampaikan informasi antar individu, kelompok, dan generasi.
Organisasi bahasa melibatkan lima sistem ketentuan: fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, dan pragmatik.
1. Fonologi mempelajari bunyi bahasa, morfologi mempelajari struktur kata, sintaksis
mempelajari struktur kalimat, semantik mempelajari makna kata dan kalimat, dan
pragmatik mempelajari penggunaan bahasa dalam konteks tertentu.Kemampuan
berbahasa dan komunikasi yang baik sangat penting bagi individu untuk dapat
berinteraksi dengan orang lain, menyampaikan informasi, dan mencapai tujuan mereka.
2. Morfologi mempelajari struktur internal kata dengan menganalisis bagaimana morfem-
morfem (satuan bermakna) dikombinasikan untuk membentuk kata-kata, seperti contoh
dalam pembentukan kata "nasionalisme" dengan morfem "-isme" atau kata kerja
"membantu" dengan awalan "me-".
3. Sintaksis membahas cara kata-kata disusun menjadi frasa, klausa, atau kalimat yang
memiliki struktur gramatikal yang benar, seperti dalam kalimat "Budi membantu Ibu".
4. Semantik meneliti makna kata-kata atau kalimat, baik makna denotatif maupun
konotatif, seperti perbedaan antara "wanita" dan "perempuan" dalam menyampaikan
konsep tentang gender.
5. Pragmatik memperhatikan penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi yang
spesifik, mempertimbangkan situasi dan tujuan komunikatifnya, misalnya dalam cara
berbicara yang berbeda antara meminta izin kepada seorang ibu dan meminta izin
kepada seorang teman.
Tahap perkembangan bahasa anak menjadi lima tahap.
1. Tahap pertama adalah Motherese, di mana ibu dan orang dewasa berbicara pada bayi
dengan kalimat-kalimat sederhana dan frekuensi yang lebih tinggi.
2. Tahap kedua adalah Recasting, di mana makna suatu kalimat diungkapkan kembali
dengan cara yang berbeda.
3. Tahap ketiga adalah Echoing, di mana anak mengulang kata-kata atau kalimat yang
didengarnya dari orang di sekitarnya.
4. Tahap keempat adalah Expanding, di mana anak menyatakan kembali dengan bahasa
yang lebih baik dan lebih rinci ide-ide yang ingin disampaikannya kepada orang lain.
5. Tahap terakhir adalah Labelling, di mana anak mulai mengidentifikasi dan memberi
nama pada benda-benda di sekitarnya.
Ini adalah tahapan penting dalam perkembangan bahasa anak yang membantu mereka
memahami, mengungkapkan, dan berinteraksi dengan lingkungan mereka.

2. IMPLEMENTASI DALAM PENDIDIKAN


Implikasi dalam pendidikan terkait dengan perkembangan bahasa anak melibatkan
pemahaman akan karakteristik individu yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
Guru memegang peran penting dalam memahami dan menyesuaikan proses belajar dengan
kebutuhan perkembangan siswa. Lingkungan sekolah dan sekitarnya dapat mendukung
peningkatan kemampuan bahasa anak secara optimal. Keluarga dan masyarakat juga berperan
dalam mendukung perkembangan bahasa anak, dengan memberikan kesempatan untuk
berbicara dan memperkenalkan variasi bahasa.
Strategi pembelajaran di sekolah perlu memperhatikan pengembangan bahasa anak
melalui penyiapan sarana belajar, seperti buku-buku bacaan dan media online, serta melalui
kegiatan seperti diskusi, tanya jawab, dan bercerita yang membantu siswa mengembangkan
kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berbahasa anak dapat ditingkatkan melalui
meningkatkan kemampuan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Orang tua dan
guru perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara dan berkomunikasi, serta
mengubah persepsi masyarakat terhadap diam menjadi emas untuk mendorong anak dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa secara tepat.

3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN BAHASA


Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa meliputi beberapa aspek :
1. Pertama, intelegensi seseorang mempengaruhi kecepatan penguasaan bahasa, dimana
anak yang lebih pintar cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan mampu
mengungkapkan ide melalui cerita.
2. Kedua, kedisiplinan dalam keluarga juga berpengaruh, dimana pola disiplin yang keras
dapat membuat anak lebih pendiam.
3. Selanjutnya, urutan dalam keluarga dan jumlah saudara juga memainkan peran, dimana
anak pertama cenderung lebih aktif berbicara dibandingkan anak kedua atau anak dalam
keluarga besar.
4. Selain itu, faktor ras, peran gender, dan pengaruh faktor biologis seperti otak juga
memiliki dampak pada perkembangan bahasa.
5. Lingkungan, terutama peran orang tua, juga turut mempengaruhi perkembangan bahasa
anak, dengan orang tua yang lebih terlibat dalam pembicaraan dan menyediakan
stimulasi bahasa cenderung memiliki anak dengan perkembangan bahasa yang lebih
baik.
6. Status sosial ekonomi keluarga juga berperan, dimana anak dari keluarga dengan status
ekonomi tinggi cenderung memiliki literasi bahasa yang lebih tinggi.
7. Terakhir, kemampuan bilingualisme juga memberikan keunggulan dalam performa
kognitif anak.

4. TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA


Perkembangan bahasa anak melalui beberapa tahapan yang disesuaikan dengan
kemampuan bahasa pada setiap tahap. Tahapan-tahapan tersebut dimulai dengan prabicara,
yang meliputi menangis, berceloteh, isyarat, dan pengungkapan emosi.
1. Pada usia bayi, tahap awal perkembangan bahasa dimulai dengan menangis, di mana
bayi menggunakan tangisan sebagai bentuk komunikasi untuk menyampaikan
kebutuhan atau emosi kepada orang di sekitarnya.
2. Tahap kedua adalah mendekut, yang terjadi antara usia 2 hingga 4 bulan, dimana bayi
mengeluarkan suara berdeguk untuk mengekspresikan rasa senang ketika berinteraksi
dengan pengasuh. Mendekut ini adalah langkah awal bayi dalam berbicara, dan respons
positif dari orang tua akan mendorong perkembangan bahasa bayi lebih lanjut.
3. Tahap ketiga Celoteh
Pada (6-12 bulan):
 Bayi menghasilkan kombinasi konsonan-vokal ("ma-ma", "da-da").
 Latihan menguasai alat ucap dan bunyi bahasa.
 Mengenali nama sendiri pada usia 5 bulan.
Pada Bahasa Tubuh (8-12 bulan):
 Gunakan gerakan isyarat untuk menunjukkan keinginan.
 Menunjuk ke arah sesuatu.
 Melambai tangan, mengangguk kepala.
Kata Pertama (10-18 bulan):
 Menirukan kata-kata yang didengar.
 Mengucapkan kata pertama, biasanya "mama".
 Memahami lebih banyak kata daripada yang diucapkan.
Perkembangan bahasa bayi dimulai dengan celoteh.Bahasa tubuh berkembang sebelum
kemampuan berbicara. Kosa kata reseptif (kata yang dipahami) berkembang sebelum kosa kata
ekspresif (kata yang diucapkan).

5. SATU KATA
a. Usia 1-2 tahun merupakan masa penting dalam perkembangan bahasa anak. Pada usia
ini, anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya. Kata-kata ini memiliki makna
yang penting dan menunjukkan keinginan atau kebutuhan anak.
b. Pada usia 1 tahun, anak biasanya sudah bisa mengucapkan sekitar 50 kata. Kata-kata
ini umumnya meliputi nama orang terdekat, hewan, benda, makanan, dan salam.
c. Pada usia 2 tahun, anak sudah bisa mengucapkan sekitar 200 kata. Peningkatan kosa
kata ini terjadi secara pesat dan disebut sebagai vocabulary spurt (lonjakan kosa kata).
d. Usia munculnya kata pertama dan vocabulary spurt pada setiap anak berbeda-beda.
Biasanya, kata pertama muncul antara usia 10 hingga 17 bulan, dan vocabulary spurt
terjadi antara usia 13 hingga 25 bulan.

6. DUA KATA
Pada usia 18 hingga 24 bulan, anak mulai menggunakan ungkapan dua kata yang
disebut kata pivot dan kata terbuka. Kata pivot adalah kata-kata yang sering digunakan anak,
sedangkan kata terbuka selalu menggunakan kata-kata baru.
Contoh penggunaan kalimat dua kata antara lain "gi (pergi) susu" yang artinya "anak
tidak mau minum susu lagi". Ungkapan dua kata ini memiliki beragam makna, seperti
identifikasi, lokasi, pengulangan, negasi/sangkalan, kepemilikan, sifat, orang lain-tindakan,
tindakan-objek langsung dan tidak langsung, tindakan-alat, serta pertanyaan. Meskipun
singkat, ungkapan dua kata ini mampu menyampaikan pesan dengan ringkas.

7. KALIMAT KOMPLEKS
Pada usia 2 hingga 3 tahun, perkembangan bahasa anak mulai meningkat dari kalimat
sederhana menjadi kalimat-kalimat kompleks. Mereka menjadi sensitif terhadap bunyi dan
kata-kata di sekitar mereka, mulai menirukan suara dan bunyi, serta mengucapkan semua bunyi
vocal dan sebagian konsonan. Anak-anak juga mulai mengurutkan kata-kata dengan lebih baik,
belajar kata baru setiap jam, dan pada usia 6 tahun, kemampuan berbicara mereka mengalami
peningkatan signifikan.
Antara usia 3 hingga 7 tahun, anak-anak mengalami transisi dari berbicara secara
eksternal menjadi berbicara pada diri sendiri (self-talk), yang kemudian berkembang menjadi
percakapan egosentris yang diinternalisasi menjadi pemikiran mereka. Anak-anak yang
mampu mengembangkan bahasa secara baik cenderung lebih memperhatikan dan
meningkatkan prestasi mereka. Mereka juga mulai belajar mengubah gaya bicara sesuai situasi
dan menyesuaikan diri dengan lawan bicara, serta memulai pembicaraan yang lebih bersifat
sosial.
Selama usia 4 hingga 5 tahun, anak-anak sering berbicara dalam bentuk bualan,
membicarakan pengalaman pribadi, rumah, permainan, acara televisi, dan aktivitas kelompok.
Mereka juga mulai mengkritik dalam bentuk memaki, menggoda, atau memberikan komentar
yang merendahkan dan menertawakan orang lain.
8. PADA MASA AWAL KANAK KANAK MERUPAKAN TAHAP MENGOBROL
Perkembangan bahasa anak usia 7-11 tahun:
Peningkatan kosakata:
a. 7 tahun: 14.000 kata
b. 11 tahun: 40.000 kata
Fungsi bahasa:
a. Berkomunikasi sosial
b. Menyelesaikan tugas
c. Meregulasi diri (bahasa khusus)
Tata bahasa:
a. Mempelajari tata bahasa kompleks (SPOK)
b. Mengkaitkan kalimat
c. Menyusun deskripsi, definisi, dan narasi
Kesadaran metalinguistik:
a. Memahami bunyi bahasa
b. Memahami kosa kata
c. Mendefinisikan kata
Kemampuan menulis:
a. Membuat kalimat
b. Menyusun paragraf
c. Menulis karangan

9. BAHASA PERGAULAN
Remaja telah mampu menggunakan bahasa dalam berbagai konteks dan memahami
fungsinya. Mereka mampu membedakan bahasa yang sesuai dan tidak sesuai, serta
menggunakan bahasa untuk menceritakan kisah dan menulis puisi.
Pergaulan dengan teman sebaya sangat memengaruhi perkembangan bahasa remaja.
Bahasa gaul terus berkembang antar generasi, dengan istilah-istilah baru seperti "mager" dan
"santuy". Bahasa sandi dan bahasa kelompok juga digunakan oleh remaja untuk berkomunikasi
dalam kelompok. Contohnya bahasa "walikan" yang digunakan oleh AREMA (Arek Malang).
Guru perlu memahami bahasa sandi yang digunakan siswa untuk mengetahui pergaulan
dan potensi bahaya yang mungkin terjadi. Contohnya bahasa sandi yang digunakan oleh
pengedar narkoba.
10. PROBLEMATIK PERKEMBANGAN BAHASA
Problematik perkembangan bahasa meliputi:
a. Terlambat bicara: disebabkan oleh kurangnya stimulasi, gangguan pendengaran,
kelainan organ bicara, retardasi mental, autis, mutism selektif, keterlambatan
fungsional, afasia reseptif, dan deprivasi lingkungan.
b. Gagap: disebabkan oleh stres, pengasuhan yang keras, kerusakan otak, faktor neurotik
famial, dan gaya hidup keluarga yang serba cepat.
c. Aphasia: kehilangan atau kerusakan kemampuan berbahasa akibat kerusakan di daerah
Broca atau Wernicke di otak.
Dampak:
a. Kesulitan belajar bahasa tulisan dan mata pelajaran akademik.
b. Kesulitan berkomunikasi dan bersosialisasi.
Solusi:
a. Stimulasi bahasa yang memadai sejak dini.
b. Pemeriksaan dan terapi oleh profesional untuk kasus terlambat bicara, gagap, dan
aphasia.
Dukungan dan pemahaman dari orang tua dan lingkungan sekitar.

11. UPAYA PENGEMBANGAN BAHASA DAN IMPLIKASINA BAGI PENDIDIK


Pengembangan bahasa anak membutuhkan stimulasi dari lingkungan. Orang tua,
saudara, guru, dan lingkungan sekitar berperan penting dalam membantu anak
mengembangkan kemampuan berbahasanya.
Pendidik memiliki peran penting dalam mengajarkan bahasa yang baik dan benar
kepada anak. Guru dapat memberikan contoh penggunaan bahasa yang tepat dan membantu
anak memperbaiki kesalahannya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan bahasa anak:
a. Berbicara dengan anak sesering mungkin.
b. Membacakan buku untuk anak.
c. Bermain permainan bahasa dengan anak.
d. Memberikan contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar.
e. Memperbaiki kesalahan bahasa anak dengan cara yang positif.
Implikasi bagi pendidik:
a. Pendidik perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang perkembangan bahasa anak.
b. Pendidik perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk pengembangan
bahasa anak.
c. Pendidik perlu menggunakan berbagai strategi untuk mengembangkan bahasa anak.
d. Pendidik perlu bekerja sama dengan orang tua untuk membantu anak mengembangkan
bahasa yang optimal.
Pengembangan bahasa anak merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua dan
pendidik. Dengan kerjasama yang baik, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan
berbahasa yang optimal.

PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK SERTA PROBLEMATIKANYA

A. Definisi Perkembangan Sosial Peserta Didik


Perkembangan sosial merupakan bentuk pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial peserta didik, menurut Budiamin, dkk. (Yusuf,2006)
Sedangkan Aisyah (2015) menjabarkan bahwa perkembangan sosial merupakan
kemampuan individu untuk bersosialisasi dengan lingkungan dengan indikator
keberterimaan sikap sosial dari lingkungan .
Dari 2 penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan sosial
merupakan perkembangan individu yang berfokus pada kemampuan individu dalam
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan agar dapat diterima di lingkungan
masyarakat .

B. Pentingnya Mempelajari Perkembangan Sosial Peserta Didik


Perkembangan sosial merupakan sebuah kebutuhan peserta didik untuk dapat
menjadi individu yang mampu diterima dan menjalankan hubungan sosial yang baik,
kondisi ini perlu dipahami untuk mempermudah siswa berkontribusi dengan
lingkungannya di sekolah

C. Karakteristik Perkembangan Sosial Peserta Didik


Dilihat dari segi rentang usianya, karakteristik perkembangan dibedakan menjadi 3,
yaitu:
1. Karakteristik Perkembangan sosial pada anak-anak ditandai dengan:
 Kecenderungan memilih teman dengan kelamin yang sejenis dalam
permainan atau interaksi sehari-hari.
 Agresivitas yang dimiliki anak-anak cenderung lebih meningkat.
 Memiliki kecenderungan untuk bergabung dalam kelompok.
 Memiliki kecenderungan untuk telibat dengan kegiatan yang dilakukan
oleh orang dewasa.
 Pada hubungan teman sebaya menunjukkan rasa kesetiakawanan.
2. Karakteristik Perkembangan sosial pada remaja ditandai dengan:
 Remaja mulai memahami adanya norma dan aturan yang ada di
masyarakat yang harus dipatuhi dan diikuti sebagai bagian dari
masyarakat.
 Remaja mulai menunjukkan kemampuan intelektual dan emosional
dalam hubungan sosial.
 . Remaja juga terlibat dalam kelompok sebaya yang terbentuk sesuai
dengan kondisi diri, kesamaan hobi, dan orientasi pertemanan yang
dibentuknya.
 Remaja mulai mencari dan berusaha menemukan jati diri dari proses
hubungan sosial yang dijalaninya
3. Karakteristik Perkembangan sosial Masa Dewasa
 Individu mulai memiliki kestabilan dalam menjalin hubungan rumah
tangga berdasarkan cinta dan kasih sayang yang dipupuk selama
bertahun-tahun pada dewasa awal.
 Jalinan hubungan yang lebih intim dengan sahabat dekat, kerabat dan
saudara lebih meningkat pada masa dewasa madya .
 Pada masa dewasa madya terjadi sindrom sarang kosong yang
diakibatkan dari anak-anak yang sudah mulai dewasa dan meninggalkan
para orangtua untuk bekerja atau mengikuti pasangan.
 Pada masa dewasa akhir terjadi kondisi yang amat penting dalam
kehidupan diakhir hayatnya yakni ketergantungan terhadap keluarga
dan hubungan dengan cucu.
Dilihat dari karakteristik anak dalam perkembangan sosial terbagi menjadi 5, yaitu
1. Anak Yang Sosial
Anak sosial merupakan anak yang mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan
masyarakat dan orang lain dalam hubungan sosial. Contohnya seperti suka
meolong orang lain, saling berbagi, bekerjasama, dan bertindak jujur.
2. Anak Yang Suka Hidup Berkelompok
Secara khusus individu yang lebih cenderung senang hidup berkelompok
memiliki ciri kepribadian ekstrovert. Contohnya seperti memiliki sifat yang
lebih senang bertemu dengan orang baru, senang hidup dalam berkelompok,
mudah diajak bekerjasama, serta cenderung memiliki banyak teman.
Dalam perspektif pembentukan kelompok, terdapat klasifikasi individu yang
berada dalam kelompok (in-Group) dan individu yang berada di luar kelompok
(out-Group). Individu yang berada dalam kelompok merupakan individu yang
mampu berbaur dan menyesuaikan diri dengan aktivitas dan kondisi kelompok.
Sedangkan individu yang berada di luar kelompok merupakan individu yang
tidak mampu atau tidak berkenan terlibat dalam aktivitas kelompok.
3. Anak Yang Non-Sosial
Anak yang non sosial merupakan anak yang tidak mampu untuk memenuhi
proses sosial yang diharapkan. Contohnya seperti dirinya yang berperilaku tidak
sesuai dengan harapan lingkungan sosialnya, individu juga tidak mampu
memainkan peran sosialnya di masyarakat, serta tidak mampu mengembangkan
sikap sosial untuk melibatkan diri di masyarakat
4. Anak Yang Tidak Sosial (Unsocial)
Anak yang tidak sosial atau unsocial merupakan ciri anak yang cenderung
menarik diri dari kegiatan sosial. Contohnya seperti anak yang menjauhkan diri
dari keterlibatan dunia luar yang mengganggu ketenangan drinya. Bahkan
dalam kasus yang lebih ekstrem anak yang memiliki sikap ini cenderung kasar
jika dipaksa untuk terlibat dengan hubungan sosial yang lebih luas.
5. Anak Yang Anti Sosial
Anak yang anti sosial diidentifikasi sebagai anak yang memiliki sikap melawan
kebiasaan masyarakat dan masyarakat umum. Contohnya seperti mabuk-
mabukan, berkelahi atau tawuran, vndalism serta mengebut dijalan umum. Hal
ini muncul karena kurangnya rasa penyelesalah atau bersalah dari dalam diri
individu tersebut

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Peserta Didik


 Faktor Internal
Kemampuan yang didapatkan dari keturunan orangtua yang telah dibawa sejak
lahir, kemampuan berpikir individu, keadaan fisik yang dimiliki individu, serta
emosi atau temperamen tertentu.
 Faktor Lingkungan Keluarga
a) Status sosial ekonomi keluarga
b) Hubungan orangtua (keutuhan keluarga)
c) Sikap orang tua dalam mendorong, mengembangkan dan
mencontohkan kemampuan hubungan sosial pada anak.
 Faktor Luar Lingkungan Keluarga
Faktor perkembangan sosial individu yang terdiri dari hubungan interkasi anak
ketika bersama teman sebaya, penerimaan lingkungan, kemampuan beradaptasi
dengan lingkungan dan sebagainya.

E. Tahapan Perkembangan Sosial Peserta Didik


Perkembangan sosial dibagi atas delapan tahapan perkembangan menurut Erik
Erickson dengan ditandai adanya setiap krisis dalam tiap tahapan yakni:
1. Trust vs. Mistrust (kepercayaan vs. ketidakpercayaan)
2. Autonomy vs. Doubt (kemandirian vs. ragu-ragu),
3. Initiative vs. Guilt (inisiatif vs. rasa bersalah)
4. Industry vs. Inferiority (ketekunan vs rendah Diri)
5. Identity vs. Role confusion (identitas ego vs. kebingungan peran )
6. Intimacy vs. Isolation (keintiman vs. isolasi)
7. Generativity vs. Self-absorption (generatvitas vs stagnansi)
8. Integrity vs. Despair (integritas vs. putus asa).

F. Problematika Perkembangan Sosial Peserta Didik


Problematika perkembagan sosial peserta didik berkaitan dengan masalah-masalah
yang dialami peserta didik yang diakibatkan oleh ketidakmampuan individu dalam
mencapai tugas perkembangan sosial sesuai dengan tahapan usianya, diantaranya:
1. Maladjustment
Kondisi dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi ini terbagi
menjadi 2 kondisi yaitu, ketika individu mampu menerima dirinya tetapi tidak
diterima oleh lingkungan, dan sebaliknya individu tidak bisa menerima diri/
sikapnya (dalam kepura-puraan) tetapi dirinya dapat diterima oleh lingkungan
2. Memiliki Egosentrisme Yang Berlebihan
Individu dengan egosentrisme yang berlebihan akan mementingkan dan
berupaya menjadikan dirinya poin utama dalam sebuah hubungan. Kondisi ini
tentu akan menjadi masalah bagi individu itu sendiri dan juga orang lain sebagai
pihak yang berhubungan dengan individu tersebut.
3. Memiliki Perilaku Agresif
Agresivitas yang tinggi akan menjadikan individu menjadi ancaman bagi orang
lain. Dalam hubungan sosial, agresivitas merupakan perilaku yang membuat
orang lain tidak nyaman dengan perilaku keras dan frontal yang dilakukan oleh
individu.
4. Memiliki sikap negatif
Contoh sikap negatif yang ditunjukkan orang dalam hubungan sosial antara lain
memaksa orang lain menuruti keinginannya, bersikap tidak sopan, tidak
berempati dengan orang lain, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai