Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dilahirkan berawal pada masa bayi. Masa bayi atau balita (di bawah lima
tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam kehidupan manusia. Pada masa
balita ini, manusia pertama kali belajar atau diperkenalkan dengan suasana yang baru
dalam kehidupan dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya di dalam kandungan.
Setelah 2 minggu bayi mulai mampu melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan
orang lain, mulai dari berbalik, duduk, merangkak dan lain sebagainya. Bayi terus
berkembang hingga datang waktunya untuk memulai mengenali hubungan antarkata
dengan apa atau siapa saja, sehingga bayi memerlukan sebuah ekspresi yang disebut
bahasa. Pada tahap inilah perekmbangan bahasa pada bayi mulai berkembang, mulai
dari mengucapkan satu atau dua patah kata, hingga memahami apa yang dikatakan
oleh orang lain. Hal ini akan terus berkembang hingga si bayi tumbuh sebagai remaja.
Pada fase remaja, bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam menjalani
kehidupan. Karena, bahasa merupakan alat komunikasi antara seseorang dengan
orang lain. Selain itu, bahasa juga menjadi salah satu sarana dalam bergaul dengan
orang lain. Oleh karena itu, perkembangan bahasa mulai dari sejak si bayi
berkomunikasi dengan orang lain sangatlah penting.
Dalam tahap-tahap perkembangan bahasa pada remaja tentu saja dipengaruhi oleh
berbagai factor, termasuk factor dari dalam maupun dari luar, baik yang mendukung
atau menghambat perkembangan bahasa itu sendiri. Termasuk upaya yang diperlukan
dalam perkembangan bahasa peserta didik di sekolah, yaitu peran guru dalam
perkembangan bahasa oeserta didik.
Oleh karena itu, dalam makalah kali ini penulis akan membahas mengenai taap-
tahap perkembangan bahasa peserta didik, factor pendukung dan juga factor

1
penghambat perkembangan bahasa peserta didik, serta bagaimana peran guru dalam
perkembangan bahasa peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan bahasa?
2. Apa saja tahap-tahap dalam perkembangan bahasa peserta didik?
3. Apa saja factor pendukung dan penghambat dalam perkembangan bahasa
peserta didik?
4. Bagaimana peran guru dalam perkembangan bahasa peserta didik?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian dari perkembangan bahasa
2. Mengetahui apa saja tahap-tahap dalam perkembangan peserta didik
3. Mengatahui factor pendukung dan penghambat dalam perkemabngan peserta
didik
4. Mengetahui peran guru dalam perkembangan peserta didik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perkembangan Bahasa


Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam
pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa adalah bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia, bukan bunyi yang dihasilkan alat lain. Bahasa berasal
dari udara yang keluar dari paru-paru menggetarkan pita suara di kerongkongan dan
kemudian terujar lewat mulut. (Abidin, dkk 2010: 1). Sesuai dengan
fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam
pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain, bahasa merupakan alat bergaul.
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun dengan
tanda-tanda dan isyarat.
Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seseorang memerlukan komunikasi
dengan orang lain. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka
perkembangan seseorang (bayi-anak) di mulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa
arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat
sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang
kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasa.
Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat
menyusun dua atau tiga kata. Berikut laju perkembangannya:
1. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif. Misalnya, “Ibu duduk”.
2. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negative. Misalnya, “Ibu tidak
duduk”.
3. Pada usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat berupa keritikan (Ini jelek),
keragu-raguan (mungkin), dan menarik kesimpulan analogi (Ketika anak melihat

3
Ibunya tidur karena sakit, maka setiap dia melihat ibunya tidur dia menggap ibunya
sakit).

2.2. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Peserta Didik


Menurut buku Bidang Pengembangan Kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006 )
Tahap perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu tahap
pralinguistik dan tahap linguistik.
1. Tahap Pralinguistik(Masa Meraban)
Pada tahap ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna.
Bunyi – bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan tertentu. Akan
tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata dan makna tertentu.
Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang dialami oleh
anak yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke dalam dua tahapan,
yaitu:
a) Tahap Meraba Pertama
Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan. Pembagian kelompok
ini bersifat umum dan tidak berlaku persis pada setiap anak. Usia 0 - 2 bulan sudah
dapat mengetahui asal suara. Mereka sudah dapat membedakan suku kata, mereka
bisa merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional suara manusia misalnya,
mereka akan tersenyum jika mendengar suara yang ramah atau sebaliknya mereka
akan menangis jika mendengar suara dengan nada marah. Anak hanya dapat
mengeluarkan bunyi – bunyi refleksif untuk menyatakan rasa lapar, sakit atau
ketidaknyamanan yang menyebabkan anak menangis dan rewel, serta bunyi
vegetative yang berkaitan dengan aktivitas tubuhseperti batuk, bersin, sendawa,
telanan (makanan), dan tegukan(menyusu atau minum). Umumnya, bunyi seperti
bunyi vokal dengan suara yang agak serak. Sekalipun bunyi – bunyi itu tidak
bermakna secara bahasa, tetapi bunyi – bunyi itu merupakan bahan untuk tuturan
selanjutnya.

4
Usia 2 - 5 bulan. Pada usia 3-4 bulan bayi dapat membedakan suara laki – laki
dan perempuan. Anak mulai mendekat dan mengeluarkan bunyi – bunyi vokal yang
bercampur dengan bunyi – bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya muncul sebagai
respon terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang lain.
Pada usia 4 – 7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi
(rentang waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan atau mirip vokalnya lebih
bervariasi. Konsonan nasal/m/n sudah mulai muncul.

b) Tahap Meraba Kedua


Usia 6 – 12 bulan, anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan.
Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan berceloteh. Celotehannya berupa
reduplikasi atau pengulangan konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba ba/,ma
ma ma/, dad a da/. Vokal yang muncul adalah dasar /a/ dengan konsonan hambat
labial /p, b/ nasal /m, n, g/, dan alveolar /t, d/. selanjutnya celotehan reduplikasi ini
berubah lebuh bervariasi. Vokalnya sudah mulai menuju vokal /u/ dan /i/, dan
konsonan frikatif pun, seperti /s/ sudah mulai muncul.
Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh anak usia 6 bulan samapi satu
tahun. Secara fisik ia sudah mulai melakukan gerakan – gerakan. Cara berkomunikasi
pada tahapan ini lebih bervariatif, yaitu tidak hanya menoleh, tersenyum dan
menangis saja tapi ditambah dengan memegang, mengangkat atau menunjuk.

2) Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5 tahun. Pada
tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti bahasa orang dewasa. Tahap
linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan, yakni:
a) Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada periode ini
disebut holofrase, karena anak – anak menyatakan makna keseluruhan frase atau
kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya itu.

5
Contoh :
VERSI SATU KATA VERSI LENGKAP
Mimi!(sambil menunjuk cangkirnya) Minta (mau) minum
Akut! (sambil menunjuk laba - laba) Saya takut laba – laba
Takit!(sambil mengacungkan jarinya) Jariku sakit

b) Ucapan Dua Kata


Berlangsung sewaktu anak berusia 1,5 – 2 tahun. Tahap ini memasuki tahap
pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Komunikasi
yang ingin ia sampaikan adalah bertanya dan meminta.
Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak berkembang dengan cepat.
Tuturannya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah kata
– kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja.
Contoh :
VERSI 2 KATA VERSI LENGKAP
Mamah, makan! Mama, saya mau makan
Ajar, bobo! Fajar mau tidur!
Bapa, ana? Bapak mau pergi ke mana?
Mau ueh! Saya mau kueh!

c) Pengembangan Tata Bahasa


Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Perkembangan ini ditandai
dengan penggunaan kalimat dengan lebih dari dua kata. Tahap ini umumnya dialami
oleh anak usia sekita 2 sampai 5 tahun.
d) Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya dialami oleh anak
yang sudah berumur antara 5 – 10 tahun. Pada tahap ini anak – anak sudah mulai

6
menerapkan struktur tata bahasa yang rumit dan sudah mampu menyusun kalimat
yang lebih rumit.
Tahap – tahap perkembangan di atas, berkembang pula penguasaan mereka atas
system bahasa yang dipelajarinya. System bahasa itu, terdiri atas subsistem berikut:
a. Fonologi yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan bunyi – bunyi
tersebut sebagai sesuatu yang bermakna.
b. Gramatika (tata bahasa) yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsure
tuturan.
c. Semantik leksikal(kosa kata) yaitu pengetahuan tentang kata untuk mengacu
kepada sesuatu hal.
d. Pragmatik yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam berbagai cara
untuk berbagai keperluan.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Peserta Didik


Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu
perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu factor pendukung dan
factor pengahambat.
a. Faktor pendukung
Ada beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan bahasa peserta didik
antara lain :
1. Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,
bertambahnya pengalaman dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan
berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik
dan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ
bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa
remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah

7
mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat
intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
2. Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup
besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda
dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan. Pada dasarnya
bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan
pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan
kelompok sosial lainnya.
3. Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan
kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir.
Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan
menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu
pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang
anak.
4. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi
yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya.
Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus
sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan
tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga
terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa.
5. Kondisi fisik

8
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak
sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.

b. Faktor penghambat
Selain factor pendukung perkembangan bahasa peserta didik, tentu saja terdapat
faktor yang menghambat perkmebangan bahasa peserta didik, diantaranya adalah :
1. Pola asuh orangtua
Anak yang sering diabaikan dapat memengaruhi kemampuanya berbicara dan
memahami bahasa. Anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari
orangtua biasanya tidak mendapatkan banyak kemampuan bahasa sebab tidak
terbiasa diajak komunikasi oleh orangtua. Ketika Ibu mengabaikan si anak ataupun
menghindari apa yang ia butuhkan, anak juga tidak mendapatkan pemahaman
mengenai apa yang ada di sekitarnya. Pola asuh model ini akan membuat anak
memiliki masalah sosial di kemudian hari.
2. Masalah ekonomi keluarga
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of British Coloumbia pada
2009 menunjukkan bahwa kecerdasan dan prestasi akademik sangat ditentukan
dengan latar belakang sosial ekonomi. Ekonomi yang tidak mencukupi memunculkan
stres di dalam rumah. Stres dapat menghambat perkembangan anak dalam bahasanya.
Menurut para peneliti, orangtua harus tetap menimbulkan suara yang nyaman bagi
anak. Sebab, masalah ekonomi bisa diatasi dengan dukungan dari keluarga.
3. Gangguan psikologis
Beberapa masalah psikologis memang akan membatasi kemampuan anak untuk
berbicara dan memahami bahasa. Tidak hanya anak yang menderita autisme saja,
anak yang terlalu pemalu juga berpotensi memiliki masalah dalam berbahasa. Mereka
akan sulit menangkap ekspresi dan berbahasa. Orang tua perlu memeriksakan anak ke
dokter jika ia sulit menangkap apa yang orang tua katakan saat berkomunikasi.

9
4. Tidak pandai dalam bersosialisasi
Pengalaman sosial sangat penting dalam kemampuan seseorang anak dalam
memahami bahasa. Interaksi akan membuat anak memahami bahasa lebih cepat.
Untuk itu, cobalah untuk melatih anak bersosialisasi di lingkungan sosialnya.
Banyak-banyak berlatih di rumah agar anak lebih siap saat bertemu orang baru juga
sangat penting. Interaksi yang tidak lancar dapat menjadi faktor penghambat
perkembangan bahasa anak.

2.4. Peran Guru dalam Perkembangan Bahasa Peserta Didik


Mulyasa, (2005:35) mengemukakan bahwa guru dalam membantu
perkembangan anak mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal baik dalam
membimbing, mengajarkan maupun mengarahkan, minat, bakat, kemampuan dan
potensi-potensi yang dimiliki oleh anak tidak akan berkembang secara optimal tanpa
peran guru. Dalam kaitannya ini guru perlu memperhatikan kesulitan belajar anak
secara individual, karena antara satu anak dengan anak yang lain memiliki perbedaan
yang sangat mendasar.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai peranan guru, menurut Sardiman.
(1992:10) ada beberapa peranan guru, yakni :
a. Informator
Dalam hal ini guru berperan sebagai pengajar yang memberikan informasi baik
akademik maupun umum.
b. Organisator
Guru berperan dalam mengelola kegiatan akademik, seperti membuat silabus,
workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain.
c. Motivator
Guru berperan dalam merangsang dan memberikan dorongan serta penguatan
untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktifitas, daya cipta, sehingga
terjadi dinamika di dalam proses-belajar-mengajar.

10
d. Mediator
Guru berfungsi sebagai mediator antara peserta didik/ kelas dan masalah masalah
yang timbul. Seorang pengajar/guru berperan sebagai mediator yang membantu agar
proses belajar anak berjalan dengan baik.
e. Inisiator
Peranan guru dalam hal ini adalah sebagai pencetus ide-ide dalam proses
belajar, sehingga merangsang anak agar menjadi kreatif.
f. Demonstrator
Peranan guru sebagai demonstrator berarti guru harus dapat menjadi peraga
bagi anak didiknya. Apalagi jika muridnya adalah anak pra sekolah (masa estetika).
Pada masa ini anak lebih suka meniru apa yang dilakukan oleh gurunya. Karena
guru dianggap sebagai figur yang dibanggakan oleh murid. Pengaruh yang baik dari
figur guru akan menjadikan anak menjadi baik pula, dapat berinteraksi dengan baik.
Karena pada dasarnya ia meniru apa yang dilakukan oleh gurunya.
g. Fasilitator
Peranan guru sebagai fasilitator berarti memberikan kemudahan bagi anak
didiknya dalam proses belajar mengajar, misalnya menciptakan suasana belajar yang
sedemikian rupa sehingga tercipta proses belajar-mengajar secara efektif. Sebagai
fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegiatan belajar anak didik, seperti menciptakan lingkungan belajar yang
sehat dan menyenangkan.
h. Evaluator
Peranan guru sebagai Evaluator berarti menuntutnya untuk menilai sejauhmana
keberhasilan anak sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator
yang baik dan jujur dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik
dan intrinsik. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran)
akan tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran).

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa peserta
didik memiliki dua tahap, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguisti. Dimana,
dalam tahap prangulistik terbagi lagi menjadi dua bagian lagi, yaitu tahap meraba
pertama dan tahap meraba kedua. Tahap lingustik juga terbagi menjadi empat
tahapan, yaitu tahapan holofrasis (tahap satu kata), ucapan dua kata, pengembangan
tata bahasa, tata bahasa menjelang dewasa.
Perkembangan bahasa peserta didik juga sangat dipengaruhi oleh factor
pendukung dan penghambat baik dari luar maupun dari dalam, salah satunya ialah
pengaruh ekonomi keluarga.
Untuk meminimalisir pengaruh dari factor penghambat dalam perkembangan
bahasa peserta didik, maka dilakukan berbagai upaya di sekolah peserta didik.
Disinilah peran seorang guru atau pendidik sangat diperlukan sebagai motivator,
fasilitator, evaluator, dan masih banyak lagi.

3.2. Saran
Untuk mengembangkan perkembangan dalam berbahasa, maka perlu kita
ketahui lebih dahulu tentang apa itu perkembangan bahasa dan supaya kemampuan
berbahasa remaja dapat berkembang secara optimal, sejak dini anak perlu
diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kemampuan berbahasa yang
variatif. Situasi yang menunjang perkembangan bahasa juga perlu diciptakan dan
dikembangkan oleh para guru di sekolah. Di sisi lain, masyarakat perlu memberikan
dukungan yang bersifat kondisi psikologi dan sosiokultural bagi perkembangan
bahasa remaja

12

Anda mungkin juga menyukai