Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Mellissa julyane

NIM : 17610028
DOSEN : Jeanne L., MA/Mgr SEN
MATAKULIAH : Psikologi perkembangan
JUDUL TUGAS : Argumentasi positif tentang perkembangan Dwi Bahasa pada masa
anak – anak
TAHAP – TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA PADA MASA BAYI
Tahap – tahap perkembangan Bahasa pada masa bayi menurut hurlock
Ada beberapa bentuk pra bahasa yang normal muncul dalam pola perkembangan
Bahasa pada bayi yaitu menangis, berceloteh dan isyarat. Menangis adalah bentuk pra-
bahasa yang paling banyak dipakai selama bulan-bulan pertama dari yang paling banyak
dipakai selama bulan-bulan pertama dari kehidupan dan sebagai cara pertama bayi
berkomunikasi dengan dunia pada umumnya, walaupun dari sudut pandang jangka
panjang berceloteh adalah lebih penting karena merupakan dasar bagi perkembangan
bahasa yang sebenarnya. isyarat dipakai bayi sebagai pengganti bahasa, sedangkan
pada anak-anak lebih tua atau orang dewasa isyarat dipakai sebagai pelengkap
bahasa. Pada masa bayi ini pun terjadi permulaan dari perkembangan bicara melalui
beberapa tahap yaitu antara lain:
 Para pengoceh (berupa tangisan dan bunyi bahasa tertentu).
 Mengoceh (6-12 bulan).
 Kalimat satu kata (12-15 bulan).
 Kalimat dua kata akan terjadi bila anak telah memiliki perbedaan kata sebanyak
50 kata (18 – 24 bulan ).

Landasan teori perkembangan Bahasa pada anak – anak menurut Jhon W. Santrock
a. Hipotesis holofrase adalah konsep bahwa suatu kata tunggal digunakan untuk
mengartikan suatu kalimat sempurna, ini merupakan ciri kata pertama seorang
bayi. Pada anak usia 18-24 bulan, mereka biasanya mengucapkan pernyataan –
pernyataan yang terdiri dari dua kata. Selama tahap dua kata, mereka dengan
cepat memahami pentingnya mengekspresikan konsep dan peran yang akan
dimainkan oleh Bahasa dalam berkomunkasi dengan orang lain.
b. Berbicara telegrafis adalah penggunaan kata – kata yang singkat dan tepat untuk
berkomunikasi, inilah yang dimaksud dari ucapan dua kata pada anak – anak kecil.
Pengucapan satu dan dua kata mengklasifikasikan perkembangan Bahasa anak
dalam hal jumlah pengucapan.
c. Ada pengembangan konsep dari Brown Panjang rata – rata pengucapan ( mean
length utterance ) atau disingkat MLU, lima tahap MLU telah diidentifikasi yang
memberi indikator yang berharga atas kematangan Bahasa.
1. Usia rata – rata 12 – 26 bulan panjang pengucapan rata rata per kalimat
yaitu 1,00 – 2,00 yang mempunyai karakteristik yaitu perbendaharaan kata
utamanya terdiri dari banyak kata benda dan kata kerja dengan sedikit kata
sifat dan kata keterangan dan urutan kata yang diperhatikan.
2. Usia rata – rata 27 – 30 bulan panjang pengucapan rata – rata per kalimat
yaitu 2,00 – 2,50 yang mempunyai karakteristik yaitu penggunaan kata
jamak, kata depan, dan beberapa preposisi.
3. Usia rata – rata 31 – 34 bulan panjang pengucapan rata – rata per kalimat
yaitu 2,50 – 3,00 yang mempunyai karakteristik yaitu menggunakan
pertanyaan ya atau tidak dan menggunakan kalimat sanggahan.
4. Usia rata – rata 35 – 40 bulan panjang pengucapan rata – rata perkalimat
yaitu 3,00 – 3,75 yang mempunyai karakteristik yaitu melekatkan kalimat
yang satu dalam kalimat yang lain.
5. Usia rata – rata 41 – 46 bulan panjang pengucapan rata – rata per kalimat
yaitu 3,75 – 4,50 yang mempunyai karakteristik yaitu koordinasi antara
kalimat – kalimat sederhana dan hubungan – hubungan proposional.

Argumentasi positif tentang perkembangan dwi Bahasa ( bilingualism) pada anak


Pada anak – anak, kemampuan berbahasa yang cukup baik mereka masuk pada
usia sekitar 6 tahun atau pada masa mereka memasuki pendidikan anak usia dini atau
PAUD dan berlanjut ketika anak – anak memasuki Pendidikan Taman Kanak – Kanak
atau TK. Banyak faktor pendorong bagi perkembangan Bahasa mereka yaitu dari
lingkungan pendidikannya seperti guru yang dapat memberi pengajaran dasar - dasar
kearah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta anak untuk
bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta pengembangan kemampuan
berbahasa. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu digunakan metode
pembelajaran yang sesuai bagi Pendidikan anak usia dini.
Bilingualism atau Bahasa kedua setelah Bahasa ibu terdapat periode sensitif untuk
mempelajarinya, sehingga pengenalan terhadap Bahasa sangatlah penting selama masa
kanak – kanak. Secara umum, pengenalan diri terhadap Bahasa kedua tampaknya
penting untuk menguasai pelafalan yang tepat, terutama jika Bahasa kedua sangatlah
berbeda dengan Bahasa asal anak misal seperti Bahasa ibu adalah Bahasa Indonesia
dan Bahasa kedua adalah Bahasa inggris yang mempunyai perbedaan pelafalan yang
sangat berbeda , selain itu, juga untuk menguasai konstruksi – konstruksi tatabahasa
yang kompleks.
Meskipun tidak terdapat periode sensitif yang mutlak pasti bagi pembelajaran
Bahasa kedua, pemberian pengajaran Bahasa kedua pada masa kanak – kanak awal
memiliki keunggulan yang nyata. Tampak bahwa pembelajaran Bahasa kedua
mendorong peningkatan prestasi di bidang – bidang akademik lain seperti membaca,
kosakata, dan kepekaan anak terhadap hakikat dunia ini yang mengglobal dan
multikultrural karena pada masa usia kanak – kanak sangat peka terhadap
perkembangan Bahasa terlebih didukung daya ingat anak yang masih sangat bagus,
karena 80% perkembangan otak manusia terjadi pada usia nol sampai depan tahun (
Hibana, 2002 : 5 ).
Selain itu anak dikenalkan atau diajarkan Bahasa kedua, agar mereka mempunyai
perbendaharaan kosa kata lebih banyak, sehingga anak mampu menggunakan Bahasa
secara efektif dalam mengekspresikan diri baik lisan maupun tulisan. Hal ini bisa terjadi
karena semakin perbedaharaan kosa kata maka semakin baik ketrampilan membaca dan
berkomunikasi, dengan demikian akan menambah semakin tinggi kepercayaan dirinya.
Dwi Bahasa atau bilingualism juga memiliki keuntungan kurtural dan personal.
Misalnya dalam negara – negara yang menggunakan Bahasa inggris sebagai Bahasa
utama, penguasaan Bahasa inggris lisan dan tulisan tentu saja merupakan syarat mutlak
keberhasilan Pendidikan jangka Panjang. Namun saat seorang warga negara tersebut
merupakan anggota dari suatu komunitas budaya tersebut memerlukan adanya
pengetahuan mengenai bahasanya. (Mcbrien, 2005)
Bilingualism juga memiliki manfaat social di kelas. Dimana kasus dimana para
siswa yang berbeda berbicara hanya dalam satu atau dua Bahasa yang berbeda
misalnya, beberapa siswa hanya mampu berbicara Bahasa Inggris dan beberapa siswa
lainnya hanya mampu berbahasa Spanyol, pengajaran dua Bahasa sekaligus pada para
siswa tersebut meningkatkan interaksi serta meningkatkan pemahaman lintas budaya di
antara mereka (A. Doyle, 1982; Padila, 2006).
Mendorong bilingualsime atau dwi Bahasa tampaknya pendekatan terbaik untuk
mengajar Bahasa asing tergantung situasi. Bagi siswa suatu negara yang sedang
mempelajari Bahasa asing sembari tetap tinggal di tanah airnya sendiri, pendalaman
yang intensif (total immersion) dalam Bahasa asing adalah metode yang sangat tepat,
pendalaman melibatkan ‘listening” mendengarkan dan “speaking” berbicara Bahasa
asing tersebut secara eksklusif artinya (hanya Bahasa itu yang digunakan) dalam kelas.
Misalnya sebagai contoh lazim yang dijumpai di Indonesia yaitu dalam kursus – kursus
Bahasa inggris.
Jadi pada kesimpulannya yaitu penggunaan Dwi Bahasa atau bilingual sebagai
Bahasa pengantar dalam pembelajaran anak di usia dini berpengaruh pada kognitif
sekaligus pertumbuhan lingusitiknya serta bermanfaat untuk memotivasi anak dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa, sehingga anak lebih kaya penguasaan kata
dalam berdialog dan tidak hanya mendorong perkembangan kognitif dan lingustiknya
mereka saja, tetapi juga meningkatkan pemahaman berkomunikasi, berinteraksi, dan
interpersonal di antara para siswa dari latar belakang Bahasa dab kebudayaan yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B . 2004. Psikologi perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
rentang kehidupan. Edisi 5, Jakarta : Erlangga.
Santrock, John W . 2002. Life-span Development : perkembangan masa hidup. Edisi 5
Jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Hibana, SR, 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : PGTK Press.
Omrod, Jeanne Ellis. 2009. Psikologi Pendidikan membantu siswa tumbuh dan
berkembang. Edisi 6 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai