DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
DOSEN PENGAMPUH :
RATMIATI, M.Pd.
Bab ini akan di bahas dua masalah pokok yang menyangkut tentang Bahasa
anak yaitu berkaitan dengan Pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak
mendasari kemampuan mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di
sekolah dasar terutama siswa di kelas rendah. Karakteristik setiap anak tidak sama
sehingga dengan mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat
mengatasi perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya.
Siswa sekolah dasar pada umumnya berlatar belakang dwibahasa bahkan multi
bahasa, sehingga dengan mempelajari materi pemerolehan dan perkembangan bahasa
anak, guru dapat benar-benar memahami konteks sosial budaya lingkungan anak
didiknya dan menghargai keragaman budaya tersebut.
DAFTAR ISI
A. Defenisi pemerolehan bahasa anak
B. Strategi pemerolehan bahasa anak
C. Waktu pemerolehan bahasa anak di mulai
D. Teori pemerolehan bahasa anak dan pengembangan sikap profesional guru
E. Proses perkembangan bahasa anak
F. Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak
G. Tipe perkembangan bahasa anak
H. Nilai asma ul husna pada materi
1
BAB II
PEMBAHASAN
Berbeda dengan orang dewasa, anak kecil cenderung lebih cepat belajar dan
menguasai suatu bahasa. Dalam lingkungan masyarakat bahasa apapun mereka hidup.
Anak-anak hanya memerlukan waktu relatif sebentar untuk menguasai sistem bahasa
itu. Apalagi kalau mereka berada dalam lingkungan bahasa ibunya (Bahasa Pertama)
Sebenarnya strategi apa yang ditempuh anak-anak dalam belajar bahasa sehingga
dengan cepat mereka dapat menguasai itu.
Padahal mereka tidak sengaja belajar atau diajari secara khusus. Ternyata, untuk
memperoleh kemampuan bahasa lisannya mereka melakukannya dengan berbagai cara
seperti :
1. Mengingat
Mengapa memainkan peranan penting dalam belajar bahasa anak atau
belajar apa pun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, direkam dalam
benaknya. Ketika dia menyentuh, mencerap, mencium, melihat, dan mendengar
sesuatu, memori anak menyimpannya. Panca indra itu sangat penting bagi anak
dalam membangun pengetahuan tentang dunianya.
2
Pada setiap awal belajar bahasa, anak mulai membangun pengetahuan
tentang kombinasi bunyi-bunuyi tertentu yang menyertai dan merujuk pada
sesusatu yang dia alami. Ingatan itu akan semakin kuat, terutama apabila
penyebutan akan benda atau peristiwa tertentu terjadi berulang-ulang. Dengan cara
ini, anak-anak mengingat kata-kata tentang sesusatu sekaligus berulang-ulang pula
cara mengucapnya.
Hanya saja, khasanah bahasa yang diingat anak ketika diucapkan tidak salah
tepat. Mungkin lafalnya kurang pas atau hanya suku kata awal atau akhirnya saja.
Hal ini terjadi karena pertumbuhan otak dan alat ucap anak masih sedang
berkembang. Dia menyimpan kata yang dia dengar, yang dia diperlukan dalam
memorinya. Dia pun mencoba mengatakannya. Namun tingkat perkembangannya
yang belum memungkinkan dia melafalkan tuturan sesempurna orang dewasa. Oleh
kareana itu, dalam berbahasa biasanya anak dibantu oleh ekspresi, gerak tangan
atau menunjuk benda-benda tertentu.
Mengingat kondisi itu, dalam berkomunikasi dengan anak biasanya orang tua
atau orang dewasa menyederhanakan bahasanya. Penyerderhanaan itu diwujudkan
dalam tuturan yang pelan, ekspresif, dan modifikasi kata yang mudah diingat dan
diucapkan anak, seperti kata “pus” untuk kucing, “mimi” untuk minum, “mamam”
atau “Ma’em” untuk makan, “bobo” tidur, dan “pipis” untuk kencing.
2. Meniru
Strategi penting lainnya yang dilakukan anak dalam belajar bahasa adalah
peneriuan. Perwujudan strategi ini sebenarnya tak dapat dipisahkan dari strategi
mengingat. Perkataan anak tidaklah selalu merupakan pengulangan searah persis
apa yang didengarnya, seperti halnya beo. Cobalah anda amati atau minta seorang
anak mengulang suatu tuturan yang dicontohlan. Anda akan menemukan bahwa
tuturan anak cenderung mengalami perubahan. Perubahan itu daopat berupa
pengurangan, penambahan, dan penggatian kata atau pengurutan susunan kata.
Mengapat begitu? Sedikitnya ada 2 penyebab. Penyebab pertama, berkaitan dengan
perkembangan otak, penguasaan kaidah bahasa, serta alat ucap dengan demikian
anak hanya akan mengucapkan tuturan yang telah dikuasainya. Penyebab kedua,
berkenaan dengan kreativitas berbahasa anak. Di suatu sisi secara bertahap dia
dapat memahami dan menggunakan tuturan yang lebih kompleks. Di sisi lain secara
bersamaan anak membangun suatu system bahasa yang memungkinkan dia
mengerti dan memproduksi jumlah tuturan yang tak berbatas.
3
Keadaan ini membuat anak senang melakukan percobaan atau eksperimen
dalam berbahasa. Percobaan ini terus berlangsung sampai kemampuan
berbahasanya berpindah pada tingkat yang lebih kompleks. Oleh arena itu, tak perlu
heran apabila suatu ketika anda mendengan anak mampu memproduksi tuturan
yang belum pernah anda dengar sebelumnya. Hal ini terjadi karena dalam belajar
bahasa, seorang anak tidak hanya menagkapkata-kata. Dia pun dapat mencerna
prinsip-prinsip organisasi bahasa secara alami. Dengan demikian, sifat peniruan
anak bersifat kreatif dan dinamis.
3. Mengalami Langsung
Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa pertama anak yang
dipelajarinya adalah berlatih atau praktek berbahasa secara langsung dalam konteks
bahasa yang sesungguhnya. Anak menggunakan bahasa yang dipelajarinya baik
sewaktu berkomunikasi dengan orang lain atau berbicara sendiri. Praktek berbahasa
itu dilakukan anak bukan karena dorongan orang lain, tetapi karena ia
memerlukannya. Kegiatan ini berlangsung dalam situasi informasi, tanpa disadari,
dan tanpa beban.
4. Bermain
Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong pengembangan
kemampuan berbahasa anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai
orang dewasa, sebagai penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan, ibu,
bapak atau anak dalam bermain rumah-rumahan, sebagai dokter atau perawat atau
pasien atau sebagai guru atau murid dalam bermain sekolah-sekolahan.
Rachma, Pradita. 2012. Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak. http://
praditarachman.blogspot.co.id. Diakses Pada Tanggal 7 November 2012.
C. Waktu pemerolehan bahasa anak di mulai
Periode ini disebutkan prelingual karena anak belum bisa mengucapkan bahasa
dalam arti pengucapan kata. Pada periode ini perkembangan bahasa dilihat dari bunyi-
bunyi yang dihasilkan anak. Bunyi bunyi yang dimaksud sudah mulai ada pada minggu-
minggu sejak kelahiran. Menurut Chaer, perkembangan tersebut meliputi tahap bunyi :
(1) bunyi resonansi, (2) bunyi berdekut, (3) bunyi berleter, (4) bunyi berleter ulang, (5)
bunyi vokabel.
4
Tahap pertama, sejak lahir sampai sekitar usia 2 bulan yaitu masa fonasi
(phonation stage). Selama ini bayi sering membuat apa yang disebut "bunyi-bunyi yang
menyenangkan". Ini adalah bunyi-bunyi "quasi vowel (disebut "quasi" karena tidak
sepenuh dan sekaya suara vokal yang dibuat berikutnya). Kuasi vokal dibentuk dari
suara yang mirip bahasa pertama (Dworezky, 1990). Antara usia 2 dan 4 bulan, bayi
biasanya berada pada going stage, yaitu bayi mengucapkan kata sejenis dengan
kombinasi quasi vokal dengan keras, sebagai tanda'awal konsonan. Antara 4 dan 7
bulan anak memproduksi beberapa kata baru, disebut masa expansion stage.
Tahap ketiga, bayi setelah melalui masa kononikal secara meningkat bayi
mempersempit penggunaan fonem mereka, terutama pada fonem yang akan mereka
gunakan daIam bahasa yang mereka pelajari. Ini disebut dengan tabap kontraksi
(contraction stage) dan umumnya terjadi antara usia 10 dan 14 bulan. Pada masa ini
bayi juga memperoleh langkah dan irama bahasa. Tampaknya balikan diperlukan
sebelum masa kontraksi dimulai. Bayi belajar meniru apa yang mereka dengar. Jalongo
(1992:8) mengelompokkan perkembangan bahasa anak tahap pralinguastik ini, sejak
bayi lahir sampai usia II bulan.
Pada tahap perkembangan bahasa ini, anak tampak masih dalam taraf berlatih
mengenal lingkungannya sendiri atas dasar yang dirasakan, dilihat, dan didengarnya.
Ketika anak merasakan sesuatu,sementara dia belum mampu mengucapkan sesuatu,
anak hanya mampu memberikan pertanda bahwa dia senang atau tidak senang.
Ungkapan rasa tidak senang, ditunjukkan dengan menangis atau menunjukkan
kegelisahannya. Ketika anak senang, dia mampu menunjukan kesenangannya,
5
misalnya dengan tidak rewel, melakukan gerakan yang positif,selalu memberikan
respon ketika diajak berkomunikasi.
Pada periode ini anak mulai mengucapkan kata meskipun belum sempurna.
Pada fase ini beberapa kombinasi huruf atau bunyi ucapan masih terlalu sukar
diucapkan. Huruf huruf yang biasanya sukar diucapkan yaitu huruf r, s, k, j, dan t. Pada
fase inilah dibagi menjadi tiga yaitu fase satu kata, fase dua kata, dan fase lebih dari
dua kata.
digunakan, misalnya untuk berbicara pada orang yang lebih tua anak harus
menggunakan kata- kata yang lebih sopan.
Menurut Chaer, periode ini diperuntukkan pada anak dengan usia 5 -6 tahun
menjelang sekolah dasar. Pada periode ini, pembelajaran bahasa sudah diarahkan oleh
pendidikan yang didapatkan dan dengan interaksi penggunaan bahasa yang bersifat
formal di sekolah. Penggunaan bahasa sudah diajarkan secara teratur menurut kaidah
yang benar, sehingga anak sudah bisa menerapkannya dalam komunikasi formal di
sekolah.
6
aspek-aspek seperti pemahaman definisi sikap profesional, sasarannya, dan strategi
pengembangan.
Singkatnya, teori pemerolehan bahasa pada anak-anak menggarisbawahi
pentingnya faktor alam dan pengasuhan, sementara sikap profesional guru dalam
pendidikan Islam memainkan peran penting dalam membentuk praktik pengajaran yang
efektif dan hasil siswa.
8
gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, menyangkut
penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command
(perintah), request (permintaan) dan threat (ancaman), (d) questions
(pertanyaan), dan (e) answers (jawaban). Fungsi dari ‘socialized speech’ ini
adalah untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian social (social
adjustment).
Nilai Asmaul Husna dalam materi pemerolehan bahasa bagi anak sangatlah
signifikan. Asmaul Husna 99 Nama Allah Dapat Digunakan Untuk Menanamkan Nilai
Agama Dan Akhlak Pada Anak Kecil Pembelajaran Asmaul Husna membantu anak
memahami sifat-sifat Allah yang dapat berkontribusi dalam pengembangan karakternya
Penelitian menunjukkan bahwa pengajaran Asmaul Husna dapat meningkatkan
perkembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun, karena melibatkan pengulangan dan
hafalan, sehingga dapat meningkatkan kosakata dan keterampilan berbahasa mereka.
Selain itu, memasukkan Asmaul Husna ke dalam materi pemerolehan bahasa dapat
membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan menumbuhkan rasa hormat
dan taqwa kepada Allah dan nilai-nilai Islam.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, E. R. (2019). Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dengan Metode
Bercerita.
Amalia, E. R. (2019). Meningkatkan perkembangan bahasa anak usia dini dengan metode bercerita