Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BAHASA INDONESIA

KELOMPOK 1

1. AA ANDRI RAKA
2. ABDURAHMAN
3. AFGAR MAULANA
4. GILANG GUSTIAWAN PUTRA
5. SANDI KURNIAWAN

1. Jelaskan tentang konsep pemerolehan bahasa


2. Apa bedanya pemerolehan bahasa kesatu dengan kedua
3. Sebutkan dan jelaskan teori yang mendukung pemerolehan bahasa anak
4. Sebutkan dan jelaskan strategi pemerolehan bahasa anak
5. Sebutkan dan jelaskan tahapan pemerolehan bahasa anak
6. Sebutkan dan jelaskan kunci keberhasilan bahasa anak

1. Pemerolehan bahasa diartikan sebagai suatu proses yang pertama kali dilakukan
oleh seseorang untuk mendapatkan bahasa sesuai dengan potensi kognitif yang
dimiliki dengan didasarkan atas ujaran yang diterima secara alamiah. Pemerolehan
bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa
berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak-anak
mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah suatu proses yang diperlukan
oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang semakin bertambah
rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin
sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai ia memilih berdasarakan
suatu ukuran atau takaran penilaian, tata bahasa yang baik serta paling sederhana
dari bahasa. 
2. Salah satu perbedaan antara pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua ialah
bahwa pemerolehan bahasa pertama merupakan komponen yang hakiki dari
perkembangan kognitif dan sosial seorang anak, sedangkan pemerolehan bahasa
kedua terjadi sesudah perkembangan kognitif dan sosial seorang anak sudah selesai,
dalam pemerolehan bahasa pertama pemerolehan lafal dilakukan tanpa kesalahan,
sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua itu jarang terjadi, dalam pemerolehan
bahasa pertama dan bahasa kedua ada kesamaan dalam urutan perolehan butir-
butir tata bahasa, banyak variabel yang berbeda antara pemerolehan bahasa
pertama dengan pemerolehan bahasa. 
3. Teori pemerolehan bahasa pada anak meliputi teori behaviorisme, nativisme,
kognitivisme, dan interaksionisme. 
-Teori behaviorisme menyoroti aspek perilaku kebahasaan yang dapat diamati
langsung dan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (response). Sebagai
contoh, seorang anak mengucapkan bilangkali untuk barangkali. Sudah pasti si anak
akan dikritik oleh ibunya atau siapa saja yang mendengar kata tersebut. Apabila
suatu ketika si anak mengucapkan barangkali dengan tepat, dia tidak akan
mendapatkan kritikan karena pengucapannya sudah benar. 
-Teori Nativisme ,Chomsky merupakan penganut nativisme. Menurutnya, bahasa
hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa
manusia. Pendapat Chomsky didasarkan pada beberapa asumsi. 
Pertama, perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik), setiap
bahasa memiliki pola perkembangan yang sama (merupakan sesuatu yang universal),
dan lingkungan memiliki peran kecil di dalam proses pematangan bahasa. 
Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga, lingkungan
bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup bagi penguasaan tata bahasa
yang rumit dari orang dewasa. 
Menurut aliran ini, bahasa adalah sesuatu yang kompleks dan rumit sehingga
mustahil dapat dikuasai dalam waktu yang singkat melalui “peniruan”. Nativisme
juga percaya bahwa setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat
untuk memperoleh bahasa (language acquisition device, disingkat LAD). Mengenai
bahasa apa yang akan diperoleh anak bergantung pada bahasa yang digunakan oleh
masyarakat sekitar. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan di lingkungan
Amerika sudah pasti bahasa Inggris menjadi bahasa pertamanya. 
-Teori Kognitivisme,Aliran kognitivisme berawal dari pernyataan Jean Piaget (1926)
yang berbunyi “Logical thinking underlies both linguistic and nonlinguistic
developments.” Pernyataan ini memancing para ahli psikologi kognitif menerangkan
pertumbuhan kemampuan berbahasa karena menilai penjelasan Chomsky tentang
hal itu belum memuaskan. Menurut teori kognitivisme, yang paling utama harus
dicapai adalah perkembangan kognitif, barulah pengetahuan dapat keluar dalam
bentuk keterampilan berbahasa. Dari lahir sampai 18 bulan, bahasa dianggap belum
ada. Anak hanya memahami dunia melalui indranya. Anak hanya mengenal benda
yang dilihat secara langsung. Pada akhir usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti
bahwa benda memiliki sifat permanen sehingga anak mulai menggunakan simbol
untuk mempresentasikan benda yang tidak hadir di hadapannya. Simbol ini
kemudian berkembang menjadi kata-kata awal yang diucapkan anak. 
-Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil
interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan lingkungan bahasa.
Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan adanya interaksi antara masukan
“input” dan kemampuan internal yang dimiliki pembelajar. Setiap anak sudah
memiliki LAD sejak lahir. Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak
dapat menguasai bahasa tertentu secara otomatis. Singkatnya teori ini
menggabungkan antara teori nativisme dan kogintifisme. 
Dalam pemerolehan bahasa pertama anak sangat dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Benar jika ada teori yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa
si anak telah ada sejak lahir (telah ada LAD). Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai
penemuan seperti yang telah dilakukan oleh Howard Gardner. Dia mengatakan
bahwa sejak lahir anak telah dibekali berbagai kecerdasan. 
Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbahasa Campbel, dkk.,
dalam (Mudini et al. 2016). Akan tetapi, yang tidak dapat dilupakan adalah
lingkungan juga faktor yang memengaruhi kemampuan berbahasa si anak. Banyak
penemuan yang telah membuktikan hal ini.
 
4. Ada 4 strategi yaitu diantaranya:
Mengingat
        Mengingat memainkan peranan yang cukup penting dalam belajar bahasa atau
belajar apa pun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, dicatat dalam
benaknya. Ketika dia menyentuh, menyerap, mencium, mendengar dan melihat
sesuatu, memori anak merekamnya. Ingatan itu akan semakin kuat apabila
penyebutan akan benda atau peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Dengan cara ini
anak akan mengingat bunyi, kombinasi bunyi atau kata, tentang sesuatu sekaligus
mengingat pula cara mengungkapkannya.
 Meniru
        Dalam belajar bahasa anak pun menggunakan strategi peniruan. Peniruan disini
berarti mencontoh secara kreatif atau menginspirasi. Peniruan yang dilakukan anak
tidak selalu berupa pengulangan yang persis sama atas apa saja yang didengarnya. Di
satu sisi, anak secara bertahap dapat memahami dan menggunakan tuturan yang
lebih rumit. Di sisi lain secara bersamaan anak pun membangun suatu sistem bahasa
yang kemungkinan dia mengerti dan memproduksi tuturan dalam bentuk dan jumlah
yang tidak terbatas.
 Mengalami Langsung
        Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa pertamanya adalah
mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang nyata. Anak
menggunakan bahasanya baik ketika berkomunikasi dengan orang lain, maupun
sewaktu sendirian. Dia menyimak dan berbicara langsung, dan sekaligus
memperoleh tanggapan dari mitra bicaranya. Dari tanggapan yang diperolehnya,
secara tidak sadar anak memperoleh masukan tentang kewajaran dan ketepatan
perilaku berbahasanya, dan dalam waktu yang sama juga si anak mendapat masukan
dari tindak berbahasa yang dilakukan mitra berbicaranya.
Bermain
        Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong pengembangan
kemampuan berbahasa anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai
orang dewasa, sebagai penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan, ibu,
bapak atau anak dalam bermain rumah-rumahan, sebagai dokter atau perawat atau
pasien atau sebagai guru atau murid dalam bermain sekolah-sekolahan.
5. Tahap pemerolehan bahasa pertama dibagi menjadi empat tahap,diantaranya :
(1) Tahap pemerolehan kompetensi dan performansi, dalam memperoleh bahasa
pertama anak mengambil dua hal abstrak dalam teori linguistik yaitu kompetensi
dan performansi. Kompetensi adalah pengetahuan mengenai gramatika bahasa ibu.
Dimana gramatika terdiri atas tiga komponen, yaitu semantik, sintaksis, dan fonologi
yang diperoleh secara bertahap, (2) Tahap pemerolehan semantik, pemerolehan
sintaksis bergantung pada pemerolehan semantik. Bagian pertama yang diperoleh
oleh anak bukanlah struktur sintaksis melainkan makna (semantik). Sebelum mampu
mengucapkan kata sama sekali, anak-anak akan rajin mengumpulkan informasi
tentang lingkungannya.
(3) Tahap pemerolehan sintaksis, konstruksi sintaksis pertama pada anak dapat
diamati saat usia 18 bulan. Pembentukan satu atau dua kata yang terucap pada anak
merupakan susunan untuk mengungkapkan sesuatu. Anak mampu memproduksi
bahasa sasaran untuk mewakili apa yang ia maksud.
(4) Tahap pemerolehan fonologi, secara fonologis, anak yang baru lahir memiliki
perbedaan organ bahasa yang amat mencolok dibanding orang dewasa dan
berkembang melalui bunyi-bunyi dasar.
6. Dalam perkembangan bahasa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya antara
lain:
Umur seorang anak : Ketika umur seorang anak bertambah maka secara langsung
semakin matang pula pertumbuhan fisiknya, kemudian pengalaman seorang anak
juga dapat bertambah dan meningkat pula kebutuhannya. Kemampuan bahasa pada
seorang anak dapat berkembang sejalan dengan bertambahnya pengalaman dan
kebutuhan anak tersebut.
Kondisi lingkungan : lingkungan merupakan tempat dimana seorang anank tumbuh
dan berkembang. Lingkungan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam
kemampuan berbahasa. Kemampuan dalam perkembangan bahasa di lingkungan
perkotaan akan berbeda dengan lingkungan yang berada di pedesaan. Sama halnya
dengan perkembangan bahasa di daerah pegunungan, daerah terpencil, di daerah
pantai, maupun di dalam kelompok-kelompok sosial yang lain.
Kecerdasan seorang anak : di dalam meniru lingkungan tentang suara atau tentang
bunyi, gerakan maupun dalam mengenal tanda-tanda maka seorang anak
memerlukan kemampuan motorik yang sangat baik. Kemampuan motorik seorang
anak dapat berkolerasi positif dengan kemampuan-kemampuan intelektual atau
tingkat berfikir. Ketepatan dalam meniru, memproduksi pembendaharaan kata yang
diingat, kemampuan memahami kemampuan menangkap atau menyimak maksud
dari pernyataan pihak lain, dan kemampuan menyusun kalimat dengan baik biasanya
dipengaruhi oleh beberapa kecerdasaan yang dimiliki oleh seorang anak.
Sosial ekonomi keluarga : sebuah keluarga yang memilki status sosial ekonomi yang
baik, maka akan mampu untuk menyediakan situasi baik bagi kemampuan
perkembangan bahasa anak-anak dan beberapa anggota keluarga lainnya. Beberapa
rangsangan dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak untuk dapat ditiru oleh
anak-anak atau keluarga anggota lain yang status siosialnya rendah. Hal tersebut
akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak-anak yang hidup di dalam
sebuah keluarga yang terdidik dan tidak terdidik. Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan keluarga berpengaruh pula terhadap perkembangan kognitif anak.

Anda mungkin juga menyukai