Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN BAHASA PADA ANAK

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi terpenting bagi manusia.Bahasa yang
dimiliki oleh manusia ini bersifat dinamis,sehingga bahasa tersebut selalu mengalami
perkembangan secara terus-menerus. Bahasa adalah alat komunikasi yang diperoleh manusia
sejak lahir. Keterampilan berbahasa seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama
mereka, yang sering disebut sebagai bahasa ibu mereka. Mempelajari bahasa adalah proses
yang sangat panjang, karena seorang anak tidak mengetahui suatu bahasa sampai dia
menguasainya. Pemerolehan bahasa merupakan proses yang terjadi pada otak anak ketika
mereka memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibunya (Fatmawati, 2015).
Menurut Dardjowidjojo (2008), istilah pemerolehan ini digunakan untuk
menerjemahkan pemerolehan bahasa Inggris, yang diartikan sebagai pembelajaran bahasa
alami seorang anak sambil mempelajari bahasa ibunya. Chaer dan Agustina (2014).
Ellis dalam Chaer (2002:242) menyebutkan bahwa ada dua jenis tipe pembelajaran
bahasa di kelas, yaitu naturalistik dan formal. Pertama, tipe naturalistik adalah alami, tanpa
guru, dan pembelajaran yang tidak disengaja terjadi di lingkungan sosial. Ada banyak tipe
naturalistik dalam masyarakat bilingual dan multilingual. Mempelajari bahasa menurut tipe
naturalistik ini sama prosesnya dengan pemerolehan bahasa pertama, yang dilakukan secara
ilmiah, sehingga pembelajaran bahasa berbeda antara anak-anak dan orang dewasa. Kedua,
pembelajaran bahasa formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, bahan dan alat
disiapkan, pembelajaran bahasa jenis ini disengaja atau disadari, pembelajaran bahasa formal
seharusnya lebih baik daripada pembelajaran naturalistik, tetapi pada kenyataannya tidak
demikian. Ada berbagai alasan atau faktor yang mempengaruhi pembelajaran bahasa.
Nurhadi (dalam Char 2002:144) Meskipun penelitian tentang metodologi pembelajaran
bahasa kedua (atau bahasa asing) bersifat jangka panjang dan melibatkan banyak upaya, hal
itu tidak mengubah cara orang belajar bahasa secara signifikan.
Artinya belajar bahasa adalah proses pembentukan kebiasaan yang merupakan hasil
masukan dan kebiasaan yang memperkuat kebenaran positif dan penguatan negatif kesalahan.
Seorang anak adalah kanvas kosong dalam pembelajaran bahasa melalui peniruan sebagai
keseluruhan kebiasaan. Kesalahan dipandang sebagai gangguan yang tidak diinginkan dari
kebiasaan bahasa ibu anak.
Suci Ratna Fatmawati (2015:66) menjelaskan beberapa teori yang menjelaskan
pemerolehan bahasa, yaitu:
1. Teori Behaviorisme
Teori behavioris menekankan perilaku bahasa yang dapat diamati dan diteliti secara
langsung hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons). Perilaku
bahasa yang efektif adalah respons yang tepat terhadap rangsangan. Reaksi ini biasanya
adalah reaksi ketika termotivasi. Misalnya, seorang anak mengucapkan kata "mungkin"
"katakan" ibunya atau orang lain pasti akan mengkritik anak tersebut setelah mendengar
kata tersebut. Situasi seperti itu disebut respons yang tepat terhadap rangsangan dan sangat
penting untuk mempelajari bahasa pertama.
2. Teori nativisme Chomsky
Teori ini didukung oleh nativisme. Menurutnya, seseorang hanya bisa menguasai bahasa
manusia, hewan mungkin tidak dapat menguasai ucapan manusia. pendapat Chomsky
berdasarkan beberapa asumsi. Pertama, perilaku linguistik adalah sesuatu seperti ini turun-
temurun (genetik), setiap bahasa memiliki model perkembangan yang sama (yaitu sesuatu
yang universal), dan lingkungan memainkan peran kecil dalam proses pematangan
Bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Ketiga,
lingkungan ucapan anak mungkin tidak memberikan informasi yang cukup untuk
menguasai tata bahasa lebih kompleks daripada orang dewasa. Menurut arus ini, bahasa
adalah sesuatu yang kompleks dan rumit,jadi tidak mungkin dikuasai dengan cara
"meniru" dalam waktu singkat.
3. Teori kognitivisme
Asal usul teori ini dikembangkan oleh Jean Piaget (1954) yang mengatakan demikian
Bahasa adalah salah satu dari banyak keterampilan yang berasal dari kematangan kognitif
Dengan demikian, urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan
bahasa.
4. Teori Interaksionisme
Teori interaksionis mengasumsikan bahwa akuisisi bahasa adalah hasil interaksi
kemampuan belajar dan lingkungan linguistik. Ini terbukti dengan sendirinya dengan
berbagai penemuan seperti Howard Gardner. Dia berkata bahwa anak memiliki kecerdasan
yang berbeda sejak lahir. Salah satu orang bijak itu mengacu pada kecerdasan linguistik.
Namun, ini tidak boleh dilupakan Lingkungan juga menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan berbahasa seorang anak.
Ruty J. Kapoh (2010: 88) memaparkan beberapa faktor yg mensugesti pertumbuhan
bahasa anak dalam pemerolehan bahasa pertama, yaitu:
1. Urutan usia (chronological age)
Anak yg terlahir menggunakan fisik yg normal akan mengalami perkembangan indera-
indera berbicara seiring bertambahnya usia. Perkembangan yg normal dalam indera-indera
berbicara anak berakibat terhadap seorang anak sehingga lebih lebih reponsif dalam
menangkap bunyi-bunyi yg terdapat pada sekitarnya. Hal ini berakibat pemerolehan
bahasa yg sinkron menggunakan usia & perkembangan anak tadi.
2. Faktor kesehatan
secara generik Anak-anak yg berada pada syarat fisik yg sehat akan lebih aktif & responsif
terhadap pengetahuan yg terdapat pada sekelilingnya. Sebaliknya, jika anak berada pada
syarat fisik yg kurang baik, maka hal tadi akan mensugesti proses pertumbuhannya, baik
pada berbahasa maupun juga fisiknya.
3. Faktor disparitas jenis kelamin
Beberapa output penelitian sudah memutuskan bahwa pertumbuhan bahasa dalam anak-
anak wanita itu lebih cepat jika dibandingkan dengan anak-anak lelaki. Hal itu bisa
dijumpai pada hubunganya menggunakan jumlah kosa istilah, panjangnya kalimat-
kalimat, & pemahaman. Perbedaan- disparitas itu tampak dalam 5 tahun pertama (periode
sekolah dasar) sedangkan diantara tahun kelima & keenam kita lihat anak pria & anak
wanita mempunyai disparitas-disparitas setara antara keduanya.
4. Faktor kecerdasan
Kecerdasan mempunyai interaksi yg erat terhadap kemampuan berbahasa. Anak-anak yg
mempunyai kecerdasan yg lemah akan mulai berbicara lebih lambat apabila dibandingkan
dengan anak-anak yamg mempunyai kecerdasan pada atas rata-rata. Hal tadi tidak berarti
bahwa seluruh anak yg terlambat pada bicara mempunyai kecerdasan yg lemah, karena
pada hal ini terdapat beberapa faktor lain yg mensugesti dalam keterlambatan berbicara,
tetapi belum bisa dipastikan pula akan memepengaruhi kecerdasan oleh anak.
5. Faktor milieu
Milieu merupakan lingkungan sosial yg sebagai lokasi tinggal & berinteraksi seseorang.
Faktor ini mempunyai pengaruh ataupun dampak yang sangat besar dalam kualitas
pemerolehan bahasa dalam anak. Anak yg tinggal & berinteraksi menggunakan
lingkungan yg menyenangkan & penuh menggunakan hal-hal positif akan memperoleh
bahasa yg lebih baik. Sedangkan anak-anak yg tinggal & berinteraksi menggunakan
lingkungan yg jauh menurut istilah layak akan memperoleh bahasa yg tidak terarah
bahkan sedikit kasar.
Ada beberapa tahapan dalam pembelajaran bahasa anak sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Arifuddin dalam Suci Rani Fatmawati (2015:70) menjelaskan langkah-
langkahnya Penguasaan bahasa pertama pada anak yaitu:
1. Fase pra-bahasa (waktu sentuh)
Pada tahap ini, bunyi ujaran yang dihasilkan anak belum signifikan. Suara sebenarnya, itu
menyerupai vokal atau konsonan tertentu. Namun, suara secara keseluruhan tidak
mengacu pada kata dan makna tertentu. Fase ini berlanjut sejak kelahiran anak Hingga
usia 12 bulan.
a. Pada usia 0-2 bulan, anak hanya mengeluarkan suara reflex menunjukkan rasa lapar,
sakit atau ketidaknyamanan. Bahkan jika suara-suara itu tidak ada bermakna secara
linguistik, tetapi bunyi adalah materi linguistic Nanti.
b. Antara 2 dan 5 bulan, anak mulai mendengar vokal campuran dengan suara seperti
konsonan. Nada ini biasanya terdengar sebagai respon pada senyum atau ucapan
ibunya atau pada senyum atau ucapan orang lain.
c. Pada usia 4-7 bulan, anak mulai mengeluarkan suara yang cukup lengkap, durasinya
bervariasi. lebih lama. Suara seperti konsonan atau vokal lebih fleksibel.
d. Pada usia 6-12 bulan, anak mulai berkontraksi. Pembicaraannya adalah pengulangan
konsonan dan vokal yang sama dengan /ba ba ba/, ma ma ma/, da da da/.
2. Langkah pertama - kata-kata
Tahapan ini terjadi saat anak berusia 12-18 bulan. Pada masa ini seorang anak
menggunakan kata yang memiliki makna yang mewakili keseluruhan gagasan. Tepatnya
satu Kata mewakili satu atau lebih klausa atau kalimat. Itu sebabnya frasa ini disebut juga
frase holofrase.
3. Langkah Kedua - Kata-kata
Tahapan ini terjadi saat anak berusia sekitar 18-24 bulan. saat ini, Kosakata dan tata
bahasa anak-anak berkembang pesat. Bahasa anak-anak mulai bisa berceloteh dari dua
kata dalam setiap ucapannya yang terdengar seperti seperti pesan yang mulai bisa kita
pahami. Dalam pengucapan kata oleh anak pada tahap ini biasanya hanya kata-kata
penting seperti kata benda, kata sifat dan kata kerja. Ucapan atau pesan yang tidak penting
dihilangkan.
4. Polifasik - Kata-kata
Fase ini berlanjut saat anak berusia 3-5 tahun atau bahkan hingga dimulai pergi ke sekolah
Pada usia 3-4 tahun, tuturan anak mulai menjadi lebih panjang dan gramatikal reguler Dia
tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga atau lebih. 5-6 tahun sepanjang tahun,
bahasa anak lebih mirip dengan orang dewasa.

KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa orang tua dan lingkungan itu
memainkan peran penting dalam proses pembelajaran bahasa ibu anak-anak. Seorang anak
yang sering mengajak orang tua atau orang disekitarnya untuk berkomunikasi memperoleh
kosa kata yang lebih beragam. Orang tua harus bisa menciptakan insentif untuk ini
Komunikasi ramah anak sehingga anak dapat belajar bahasa yang baik.

Anda mungkin juga menyukai