Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENGAMATAN PEMEROLEHAN BAHASA

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Bahasa Indonesia Kelas Rendah

DOSEN MATA KULIAH :


Dra. Sutansi, M.Pd

DISUSUN OLEH :
Cut Syafarina Fildzah (190151602410)
Elsa Simanjutak (190151602607)
Evalin Karona Tarigan (190151602454)
Muhammad Agung Nur Huda (190151602649)
Naila Rona Fathiyyah( 190151602466)
Revita Anggi Tri Wardani (190151602595)
Shilvy Agung Anugradiand (190151602762)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
OKTOBER 2020
LAPORAN HASIL PENGAMATAN

1. Hari / Tanggal pengamatan : Jumat/ 9 Oktober 2020


2. Lokasi yang diamati: Perum New Mulyorejo Asri, Sukun, Malang,Jawa Timur
3. Jam pengamatan: 15.30 – 17.00
4. Tujuan Pengamatan : Mengetahui teori pemerolehan bahasa pada anak.
5. Hasil Pengamatan :
a. Pemerolehan Bahasa Pertama (acquisition)

Proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia
belajar bahasa ibunya (Dardjowidjojo, 2003). Chaer (2009) juga menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang
kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Jadi, pemerolehan
bahasa adalah proses yang berlangsung dalam otak anak-anak untuk menangkap, memahami,
dan menggunakan bahasa pertama atau ‘bahasa ibu-nya’ secara alamiah untuk pemahaman dan
komunikasi. Dalam pemerolehan bahasa pertama, anak-anak menggunakan beberapa strategi.
Adapun strategi yang digunakan dalam pemerolehan bahasa pertama oleh anak, adalah (1)
strategi mengingat, (2) strategi meniru, (3) metode langsung, (4) strategi penyederhanaan, dan
(5) strategi bermain peran. 3 Dalam pemerolehan bahasa, anak melibatkan dua keterampilan,
yaitu kemampuan untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami
tuturan orang lain. Sehingga dalam proses pemerolehan bahasa pada anak terbagi menjadi tiga
tahap, yaitu fonologi, sintaksis, dan semantik. Tahap fonologi dan sintaksis merupakan tahap
perkembangan untuk kemampuan menghasilkan tuturan, sedangkan tahap semantik merupakan
kemampuan memahami tuturan orang lain. Pemerolehan bahasa pada tahap fonologi, secara
umum anak memiliki kesamaan. Menurut Roman Jakobson dalam Dardjowidjojo (2003),
pemerolehan bunyi berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri. Bunyi pertama yang keluar
ketika anak mulai berbicara adalah kontras antara konsonan dan vokal. Dalam hal vokal, hanya
bunyi /a/, /i/, dan /u/ yang akan keluar duluan. Sedangkan mengenai konsonan, Jakobson
mengatakan bahwa konsonan pertama yang muncul adalah bunyi /p-b/, /m-n/, kemudian disusul
oleh konsonan /p/, dan /t/. Pemerolehan bahasa pada tahap sintaksis, memiliki tingkat kesamaan
yang rendah pada anak-anak yang seusia dari pada pada tahap fonologi. Pada umur 2 tahun, anak
mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata (UDK). Anak mulai dengan dua kata yang diselingi jeda
sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah. Kata-kata yang diucapakan dalam UDK adalah kata-
kata dari kategori utama, yaitu nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Dalam tahap ini, anak
akan mulai memproduksi kalimat yang bersifat deklaratif, interogatif ataupun imperatif. Meski
jumlah kata yang digunakan terbatas, anak memperjelas dengan menggunakan kinesik, atau
bahasa tubuh, seperti menunjuk. Pemerolehan pada tahap semantik, dibahas mengenai
pemahaman anak terhadap ujaranujaran yang diujarkan. Sebelum anak dapat mengucap kata, dia
memakai cara lain untuk berkomunikasi. Selain ketiga tahap tersebut, pragmatik juga termasuk
sebagai komponen keempat dalam pemerolehan bahasa. Dalam pemerolehan bahasa, anak perlu
dikenalkan dengan etika bersopan-santun dalam berbicara. Terutama pada anak yang sudah
mulai bersosialisasi dengan teman-temannya.

b. Pandangan teori Mentalistik (nativisme) tentang pemerolehan bahasa kedua

Oleh karenanya dalam teori pembelajaran atau pemerolehan bahasa kedua pada masa
perkembangan pertama tentunya tidak akan jauh melenceng dari penafsiran tersebut. Dalam
masa perkembangan, manusia tinggal melatih apa yang sebenarnya telah dia miliki di dalam
otaknya, yaitu bahasa. Dalam pemerolehan bahasa pertama biasanya seorang anak akan
memperolehnya pada masa perkembangan pertama (0-3 tahun). Dalam rentang waktu ini anak
akan terus berusaha untuk mengingat dan melatih apa yang telah dimiliki dalam dirinya dan dari
hasil proses komunikasi dan interaksi dengan orang terdekatnya. Setelah umur 3 tahun atau
lebih, bisa jadi seorang anak akan mulai menerima kehadiran penutur lain yang mungkin pula
akan membawa bahasa lain. Dalam hal pemerolehan bahasa kedua pada orang dewasa menurut
paham ini, bahwa sebenarnya bahasa kedua hanya akan bisa dipelajari dan tidak bisa diperoleh
hanya dengan berbekal proses atau kebiasaan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
komunitasnya saja. Dengan LAD pada hakikatnya manusia akan bisa menguasai bahasa
keduanya melalui beberapa tahapan pembelajaran

c. Pandangan teori Behaviorisme tentang pemerolehan bahasa kedua

Menurut pandangan teori Behavioristik bahwa bahasa akan dapat diperoleh dan
dikuasai karena faktor kebiasaan. Seorang anak kecil akan dapat menguasai bahasa bila semakin
sering dia mendapat stimulus dari luar yang membuat dia tertarik untuk mencoba berkomunikasi
dengan dengan memberikan respon melalui gayanya sendiri. Stimulus yang diberikan pada bayi
dibawah 3 bulan misalnya, pada awalnya dapat hanya berupa gesture saja. Hal ini dikarenakan
proses pemerolehan bahasa bayi pada periode ini memang baru pada tahap pengenalan saja.
Demikian seterusnya untuk perode-periode pemerolehan bahasa berikutnya. Dalam hal
pemerolehan bahasa kedua, teori behaviorisme yang menganggap bahwa faktor pemerolehan
bahasa adalah faktor kebiasaan melalui proses stimulus-response melahirkan beberapa metode
pemerolehan bahasa dalam usahanya untuk memperoleh dan menguasai bahasa kedua

Pemerolehan bahasa (language acquisition) adalah proses manusia mendapatkan


kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan
komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik,
dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau
manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan
bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan
bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak
atau orang dewasa.

Pemerolehan bahasa pada anak anak yang kami amati dilingkungan sekitar,sangatlah
beragam. Dari segi usia anak - anak yang kami amati ialah 4 – 7 tahun. Pada dasarnya
kebanyakan anak-anak memperoleh bahasa dari kebiasaan,lingkungan dan yang tidak kalah
penting dari pemerolehan bahasa anak pertama,yaitu pemerolehan bahasa ibunya. Kemudian
kemajuan teknoogi juga sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa pada anak- anak seperti
Handphone,Televisi, dan lain sebagainya. Anak – anak sangat banyak mendengarkan sesuatu
dari gadget sehingga mereka terstimulus untuk melontarkan kata kata yang mereka
dengar,walaupun itu tidak sesuai dengan aslinya,dengan kata lain mereka hanya sekedar
menyebutkan kata-kata,karena sering mendengar misalnya : lagu- lagu barat. Dari hasil
pengamatan kami ini,sangat erat kaitannya dengan Teori Behaviorisme tentang pemerolehan
bahasa anak kedua,yang dijelaskan bahwa bahasa yang anak gunakan berasal dari kebiasan anak
tersebut,dan adanya stimulus dan respon pada anak tersebut.

Kemudian kami mengamati pada 3 anak di lingkungan tersebut, jika dia menerima
bahasa baru atau yang jarang ia dengar maka ia cenderung bertanya apa arti atau maksud dari
kalimat yang dilontarkan seseorang kepadanya,ini berarti rasa ingin tahu anak akan bahasa yang
baru sangat terlihat. Ini membuat anak akan mengingat bahasa yang baru ia dengar,dengan
demikian jika ada orang lain yang melontarkan bahasa yang sama, maka ia tidak akan bertanya
kembali disinilah otak anak akan bekerja mengingat dan melatih bahasa yang baru ia peroleh.
Menurut kelompok kami ini termasuk dalam teori Mentalistik (nativisme) tentang pemerolehan
bahasa kedua,dengan anak melatih dan mengingat bahasa yang baru ia dengar,dengan begitu
kosakata yang anak ingat akan bertambah. Tetapi dalam hal pemerolehan bahasa kedua pada
orang dewasa menurut paham ini, bahwa sebenarnya bahasa kedua hanya akan bisa dipelajari
dan tidak bisa diperoleh hanya dengan berbekal proses atau kebiasaan berkomunikasi dan
berinteraksi dengan komunitasnya saja,maka dari itu perlu bimbingan dari sekolah atau pun
orang tua.

6. Kesimpulan Pengamatan :

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa


adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak anak ketika memperoleh bahasa ibunya dan
pemerolehan bahasa kedua dari kebiasaan dan lingkungan anak. Pemerolehan bahasa pertama
terjadi di kehidupan awal seorang anak. Pada pemerolehan bahasa kedua anak menerima
stimulus dari lingkungan,dengan mereka bermain bersama dengan teman teman nya , maka anak
akan berlatih berbahasa dengan anak yang lainnya,kemudian kebiasaan,apa yang sering anak
dengarkan akan di lontarkan kembali oleh si anak ini disebut dengan proses stimulus dan respon.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/
307849678_Teori_Pemerolehan_Bahasa_dan_Implikasinya_dalam_Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai