Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemerolehan bahasa (bidang
fonologi, sintaksis, semantik) pada anak tunarungu usia 12-15 tahun di panti sosial bina rungu
wicara melati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dengan
pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti merekam ujaran maupun tingkah laku anak
saat berujar, baik secara visual maupun auditori kemudian data tersebut ditranskripsikan dan
diamati bentuk visualnya. Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina Rungu Wicara Melati
yang berada di Jalan Gebang Sari No. 38 Bambu Apus Jakarta Timur dengan waktu yang
digunakan oleh peneliti adalah 4 x 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian, maka pemerolehan
bahasa anak tunarungu usia 12-13 tahun di panti sosial bina rungu wicara adalah bidang
fonologi, anak tunarungu usia 12-13 tahunlebih sering mengabaikan huruf konsonan karena
artikulasi berada di dalam rongga mulut sehingga sulit untuk dipelajari oleh anak tunarungu
sedangkan vokal lebih mudah untuk ditiru karena vokal mengandalkan gerak bibir yang mudah
untuk dilihat. Pada bidang sintaksis bahwa anak-anak tunarungu usia 12-13 tahun telah
mengenal subjek, predikat, objek, dan keterangan. Saat proses menyusun kalimat-kalimat
tersebut, mereka memang membutuhkan waktu yang cukup lama namun dari hasil yang
dilihat, mereka sudah tampak bahwa mereka telah memahami susunan kalimat yang benar.
Sedangkan bidang semantik, anak tunarungu usia 12-13 tahun dalam tingkat pemahaman
sebuah makna dari nama-nama organ tubuh, mereka belum sepenuhnya memahami. Butuh
pembelajaran lagi dalam hal tersebut.
Kata kunci: Pemerolehan Bahasa, Anak Tunarungu
Abstract: This study aims to find out how language acquisition (phonology, syntax,
semantics) in deaf children aged 12-15 years in social institutions of deaf speech and jasmine.
The method used in this research is the observation method with a qualitative approach. In
this study, researchers recorded the speech and behavior of children when speaking, both
visually and auditory then the data is transcribed and observed in its visual form. This research
was conducted at the Social Institution of the Deaf Wati Melati in Jalan Gebang Sari No. 38
Bambu Apus East Jakarta with the time used by researchers is 4 x 30 minutes. Based on the
results of the study, the acquisition of language of deaf children aged 12-13 years in social
institutions for deaf speech is phonology, deaf children aged 12-13 years more often ignore
consonantal letters because articulation is in the oral cavity so it is difficult to learn by deaf
children while vowels are easier to imitate because vowels rely on lip movements that are easy
to see. In the field of syntax that children with hearing impairment aged 12-13 years are familiar
with the subject, predicate, object, and description. When the process of composing these
sentences, they do require a long time but from the results seen, they already seem that they
have understood the correct sentence structure. Whereas in the semantic field, deaf children
aged 12-13 years in the level of understanding of the meaning of the names of organs, they
do not fully understand. Need more learning in this regard.
Keywords: Language Acquisition, Deaf Children
59
El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran ISSN: 2654-7198
Volume 03, Nomor 01, April 2020 e-ISSN: 2654-5349
PENDAHULUAN
Pemerolehan bahasa merupakan Berdasarkan observasi awal, anak
proses seorang anak dalam penguasaan tunarungu juga mendapat kesulitan dalam
bahasa. Hal ini dikemukakan pula oleh bermasyarakat. Hal ini karena tingkah laku
Dardjowidjojo (2014: 225) bahwa masyarakat yang cenderung menganggap
pemerolehan dipakai untuk padanan istilah mereka orang yang sulit diajak
Inggris acquisition yakni proses penguasaan berkomunikasi sehingga untuk berhubungan
bahasa yang dilakukan oleh anak secara dengan mereka memerlukan waktu dan
natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya kesabaran yang lebih banyak daripada
(native language). Pemerolehan bahasa berhubungan dengan orang normal.
merupakan salah satu hal yang menarik Berdasarkan hal ini, peneliti ingin
untuk dikaji karena menyangkut berbagai mengetahui proses pemerolehan bahasa
aspek perkembangan anak seperti pada anak tunarungu. Oleh karena itu, peneliti
bidang psikolinguistik. merasa tertarik untuk melakukan penelitian
Pemerolehan bahasa yang baik mengenai “Pemerolehan Bahasa Anak
didukung oleh dua indra yaitu pendengaran Tunarungu Usia 12-15 Tahun di Panti Sosial
dan penglihatan. Apabila salah satu tidak Bina Rungu Wicara (PSBRW) Melati”.
dapat berfungsi dengan baik maka bahasa
tidak dapat berjalan dengan lancar. KAJIAN TEORI
Pada konkritnya, anak-anak normal Pengertian Pemerolehan Bahasa
mendapatkan stimulus dari dua panca indra, Bahasa merupakan alat komunikasi
yaitu penglihatan dan pendengaran. Bagi yang digunakan oleh manusia untuk
anak-anak tunarungu masalahnya menjadi berinteraksi dengan sesamanya. Melalui
lebih kompleks karena sarana utama bahasa, manusia bisa berbagi ilmu
menerima bahasa secara normal dan mudah pengetahuan, berbagi ide, memberikan
yang mereka miliki terganggu. informasi dan lain-lain. Dengan kata lain,
Anak tunarungu dalam manusia akan mampu menguasai atau
perkembangannya mendapatkan hambatan- memperoleh bahasa selama dia hidup,
hambatan yang mempengaruhi pribadi dan tumbuh dan berkembang dalam suatu
penyesuaian diri terutama efek dari keadaan masyarakat dimanapun dia berada yang
kurang mendengar. Adapun Amin (1991: 10) selalu menggunakan bahasa. Seperti yang
mengemukakan bahwa anak tunarungu dikemukakan oleh Brown (2008: 6) bahwa
adalah mereka yang mengalami kekurangan bahasa itu dipakai untuk berkomunikasi yang
atau kehilangan kemampuan mendengar beroperasi dalam sebuah komunitas atau
yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak budaya wicara yang pada dasarnya bahasa
berfungsinya sebagian atau seluruh organ itu untuk manusia walaupun bisa jadi tak
pendengaran yang mengakibatkan hanya manusia. Namun tentulah ada proses
hambatan dalam perkembanganya sehingga yang dilalui oleh manusia dalam
memerlukan bimbingan pendidikan khusus. memperoleh bahasa tersebut.
Kurangnya pendengaran mempengaruhi Proses pemerolehan bahasa
pula proses berbahasa. Dalam memperoleh terdapat beberapa perbedaan pendapat
bahasa baik fonologi, sintaksis, maupun dikalangan ahli bahasa. Ada yang
semantik mereka mempunyai karakteristik berpendapat bahwa proses pemerolehan
tersendiri dibanding anak yang mempunyai bahasa itu bersifat Nurture dan ada yang
pendengaran normal. berpendapat bahwa pemerolehan bahasa
60
El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran ISSN: 2654-7198
Volume 03, Nomor 01, April 2020 e-ISSN: 2654-5349
tersebut bersifat Nature. Para pendukung sedangkan manusia hanya bisa menangis
pemerolehan bahasa bersifat nurture pada dan menggerak-gerakkan badannya. Pada
umumnya adalah para ahli bahasa yng usia 6 minggu, anak mulai mengeluarkan
berasal dari aliran Behaviorisme sedangkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi
para pendukung pemerolehan bahasa berifat konsonan atau vokal.
nature umumnya adalah para ahli yang Proses mengeluarkan bunyi-bunyi
menganut aliran navitisme. Oleh karena itu seperti ini dinamakan cooing, yang telah
pembahasan mengenai proses pemerolehan diterjemahkan menjadi dekutan
bahasa ini berkaitan dengan kedua aliran (Dardjowidjojo, 2014: 244). Anak
behaviorisme dan nativisme. mendekutkan bermacam-macam bunyi yang
Dardjowidjojo (2014: 234) belum jelas identitasnya.
menambahkan bahwa pemerolehan bahasa Pada sekitar usia 6 bulan, anak mulai
yang bersifat nurture itu adalah pemerolehan mencampur konsonan dengan vokal
bahasa yang ditentukan oleh alam sehingga membentuk apa yang dalam
lingkungan. Pendapat ini sejalan dengan bahasa Inggris dinamakan babbling, yang
aliran behaviorisme yang meyakini bahwa telah diterjemahkan menjadi celotehan.
setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini Celotehan dimulai dengan konsonan yang
disertai dengan tabula rasa yaitu semacam keluar pertama adalah konsonan bilabial
piring kosong tanpa suatu apapun, kemudian hambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah
sejalan dengan pertumbuhan dan /a/ dengan demikian strukturnya adalah CV
perkembangan yang dilaluinya dalam (Consonant Vocal) dan ini diulang sehingga
lingkungannya, maka piring tersebut akan muncullah struktur kata.
terisi dengan sendirinya, termasuk bahasa. Ketika berumur satu tahun, mereka
Bahasa tersebut akan tumbuh dan berusaha menirukan kata-kata dan
berkembang sejalan dengan pertumbuhan mengucapkan suara-suara yang mereka
dan perkembangan anak tadi. dengar di sekitar mereka, dan kira-kira pada
Proses Pemerolehan Bahasa saat itulah mereka mengucapkan “kata-kata”
Pemerolehan Bahasa dalam Bidang pertama mereka. Pada usia 18 bulan, kata-
Fonologi kata itu berlipat ganda dan mulai muncul
Secara etimologi kata fonologi dalam “kalimat” dua atau tiga kata, umumnya
berasal dari gabungan ‘fon’ yang berarti disebut ujaran-ujaran “telegrafis (bergaya
‘bunyi’ dan ‘logi’ yang berarti ‘ilmu’. Jadi telegram)”.
dapat dikatakan, fonologi adalah ilmu Makin banyak kata yang diucapkan
sebagai bagian dari kajian linguistik yang setiap hari maka semakin banyak kombinasi
mempelajari, membahas, membicarakan kalimat yang dituturkan. Usia 2 tahun, anak-
dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang anak memahami bahasa yang lebih canggih
diproduksi oleh alat ucap manusia (Chaer, dan kecakapan bertutur merekapun
2009: 1). mengembangkan.bahkan dapat membentuk
Dihubungkan pada pemerolehan pertanyaan dan pernyataan.
bahasa, saat dilahirkan, anak hanya Pemerolehan Bahasa dalam Bidang
memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya, Sintaksis
berbeda dengan binatang yang sudah Dalam bidang sintaksis Chaer (2009:
memiliki sekitar 70%. Karena perbedaan 3) mengungkapkan bahwa sintaksis
inilah maka binatang sudah dapat membicarakan penataan dan pengaturan
melakukan banyak hal setelah lahir, kata-kata ke dalam satuan-satuan yang lebih
61
El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran ISSN: 2654-7198
Volume 03, Nomor 01, April 2020 e-ISSN: 2654-5349
62
El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran ISSN: 2654-7198
Volume 03, Nomor 01, April 2020 e-ISSN: 2654-5349
63
El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran ISSN: 2654-7198
Volume 03, Nomor 01, April 2020 e-ISSN: 2654-5349
64
El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran ISSN: 2654-7198
Volume 03, Nomor 01, April 2020 e-ISSN: 2654-5349
65
El-Banar: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran ISSN: 2654-7198
Volume 03, Nomor 01, April 2020 e-ISSN: 2654-5349
REFERENSI
Amin, Mohamad. 1991. Ortopedik Umum. Murni, Winarsih. 2007. Pendidikan Bahasa
Jakarta: Rineka Cipta. bagi Anak Gangguan Pendengaran
Brown, H Douglas Brown. 2008. Prinsip dalam Keluarga. Jakarta : Direktorat
Pembelajaran dan Pengajaran Jendral Pendidikan Nasional.
Bahasa: Edisi Kelima. Jakarta: Putranto, Bambang. 2015. Menangani
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Siswa yang Membutuhan Perhatian
Jakarta. Khusus. Yogyakarta: DIVA Press.
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Sardjono. 1997. Orthopaedagogiek
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Tunarungu I; Seri Pendidikan bagi
__________. 2009. Sintaksis Bahasa Anak Tuna Rungu. Solo: UNS
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Press.
__________. 2009. Pengantar Semantik Somad dan Hernawati. 1996.
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Ortopedagogik Anak Tuna Rungu.
Cipta. Jakarta: Depdikbud.
Dardjowodjojo, Soenjono. 2014.
Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan
Buku Obor Indonesia.
66