Anda di halaman 1dari 5

Pemerolehan Bahasa Anak Pada Usia 2- 4 Tahun Di Daerah Ciledug ( Kajian Fonologi )

1
Salsabila Putri Anggraini 2Wilda Amelia Tusoleha
1
salsabilaputrianggraini143@gmai.com 2ameliasolehah2019@gmail.com
1,2
Mahasiswi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
1,2
Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka

Abstrak PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan memaparkan bahasa dari Pemerolehan bahasa (language


kajian aspek fonologi yang meliputi pemerolehan acquisition)termasuk ke dalam ranah (domain)
vokal, pemerolehan konsonan, dan faktor yang psikolinguistik, yaitu ilmu bahasa yang objeknya
mempengaruhi pemerolehan fonologi tersebut. adalah pengetahuan bahasa, pemakaian bahasa,
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan bahasa, dan hal lain yang ada
metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. hubungannnya dengan aspek- aspek tersebut.
Penelitian ini dilakukan di daerah CILEDUG KOTA Pengetahuan bahasa bersangkut paut dengan masalah
TANGERANG .Sumber data diperoleh dari seorang kognitif karena unsur bahasa yang diketahui dan
anak laki- laki dan perempuan yang berusia 2 dan 4 dipahami sebenarnya berproses dalam otak.
tahun . Data artikel ini dikumpulkan melalui Pemakaian bahasa berkaitan dengan praktik
observasi, catatan harian, dan wawancara. Temuan pengetahuan bahasa, yaitu apa yang kita ketahui kita
dalam artikel ini memperlihatkan bahwa anak telah kemukakan dalam bentuk pemakaian bahasa.
menguasai fonem {a}, {i}, {u}, {e}, {o}. Munculnya Sebagai bidang yang termasuk ke dalam ranah
berbagai variasi dalam pemerolehan fonologi anak psikolinguistik, pemerolehan bahasa akhir-akhir ini
sebagian besar disebabkan oleh belum sempurnanya berkembang secara cepat. Hal ini disebabkan oleh
alat ucap anak. adanya perubahan pendangan tentang pengajaran dan
pembelajaran bahasa, serta makin gencarnya konsep
Kata kunci : fonologi; vocal; konsonan;
universal dalam pemerolehan bahasa. Pengajaran
pemerolehan bahasa kajian aspek fonologi
dan pembelajaran bahasa tidak hanya bertumpu pada
Abstract pandangan bahwa bahasa itu adalah seperangkat
kebiasaan sehingga penguasaannya harus melalui
This study aims to describe the language of the
pembentukan kebiasaan tersebut, tetapi juga pada
phonological aspects of the study which includes the
pandangan yang mengatakan bahwa bahasa itu
acquisition of vowels, the acquisition of consonants,
diperoleh melalui pembentukan hipotesis
and the factors that influence the acquisition of these
berdasarkan masukan yang diterima pembelajar.
phonology. The method used in this research is a
Pemerolehan bahasa dapat berupa pemerolehan
qualitative method with a case study approach. This
bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua atau
research was conducted in the area of CILEDUG,
ketiga. Pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila
TANGERANG CITY. The data sources were
kanak-kanak yang sejak semula tanpa bahasa
obtained from a boy and a girl aged 2 and 4 years.
kemudian memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa
The data for this article were collected through
kedua terjadi apabila kanak-kanak atau orang dewasa
observation, diaries, and interviews. The findings in
yang telah menguasai bahasa pertama (bahasa
this article show that the child has mastered the
ibunya), kemudian belajar bahasa kedua secara
phonemes {a}, {i}, {u}, {e}, {o}. The emergence of
formal dan terencana. Pemerolehan bahasa pertama
various variations in the acquisition of children's
memiliki ciri kesinambungan dalam wujud suatu
phonology is largely due to the incomplete speech
rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu
tools of the children.
kata sederhana menuju gabungan kata yang rumit.
Keywords: phonology: vowels: consonants: Kemampuan kanak-kanak untuk menerima bahasa
acquisition of the language of the study of sejalan dengan perkembangan biologis tubuhnya,
phonological aspects khususnya yang berkaitan dengan bagian-bagian
pengucapan. Itulah sebabnya perkembangan bahasa
kanak-kanak yang satu dengan yang lainnya juga berurutan. Vokal minimal akan diperoleh lebih awal
berbeda walaupun usianya sama. Hal yang manarik daripada vokal-vokal lainnya; sedangkan konsonan
dalam perkembangan pemerolehan bahasa pada hambat akan diperoleh lebih awal daripada konsonan
kanak-kanak adalah kecepatan pemerolehannya tidak frikatif, dan konsonan frikatif akan diperoleh lebih
sama, tetapi tahap- tahapannya berlaku secara awal daripada afrikatif. Anak tidak mungkin dapat
umum. Kajian tentang pemerolehan bahasa menguasai frikatif atau afrikat sebelum mereka
mencakupi antara lain pemerolehan fonologi, menguasai konsonan hambat. Kontras antara bilabial
morfologi, sistaksis, dan semantik. Sebagai salah [b] dengan dental [d] dikuasai lebih dahulu daripada
satu kajian pemerolehan bahasa, pemerolehan antara bilabial [b] dengan velar [g] atau dental [d]
fonologi merupakan ranah penelitian yang penting dengan velar [g]. Kontras antara bilabial-dental [b-d]
karena dapat menentukan atau mempengaruhi teori- dikuasai sebelum frikatif [v-s]; bunyi hambat dan
teoiri linguistik. Kajian-kajian fonologi yang frikatif [b-d-v-s] dikuasai sebelum alveo-falatal [ts-
membahas kerumitan, keteraturan, dan keterbatasan dэ]. Hal itu sejalan dengan apa yang disampaikan
sistem bunyi umumnya dapat menjadi penyokong (Ingram 1999) yang menyatakan bahwa konsonan
dan penentu teori-teori linguistik yang dihasilkan pertama yang dikuasai anak adalah [p], [t], [m], [n].
oleh pakarnya. Hal lain yang menjadikan ranah Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
fonologi ini menarik untuk dikaji dalam
bahwa pemerolehan bunyi bahasa pada kanak-
pemerolehan bahasa kanak-kanak adalah karena
kanak berlangsung secara berurutan, yakni dari
pemunculan bunyi ini bersifat genetik. Dengan kata
bunyi yang mudah ke bunyi yang sukar. Dalam
lain, munculnya suatu bunyi tidak dapat diukur
pemerolehan fonologi, khususnya pemerolehan
dengan tahun atau bulan kalender karena
bunyi-bunyi, kanak-kanak mengikuti Kaidah Usaha
perkembangan biologi manusia tidak sama. Dengan
Minimal (the Law of Least Efforts). Untuk
demikian pemerolehan bahasa setiap anak pasti
mengetahui mudah atau sukarnya suatu bunyi, dasar
memiliki variasi. Berdasarkan uraian di atas
yang digunakan adalah cara artikulasinya dan jumlah
tampaknya penelitian tentang pemerolehan bahasa
fitur distingtif yang ada pada masing- masing bunyi.
perlu dilakukan lebih banyak dan lebih mendalam.
Jika makin sukar artikulasi dan makin banyak fitur
Jakobson (1971: 8-20,dan dalam Dardjowidjojo, distingtifnya, makin belakangan bunyi itu dikuasai.
2012) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa pada
Kent dan Miolo (dalam Dardjowidjono,2012:268)
anak sejalan dengan konsep universal pemerolehan
mengatakan bahwa melalui saluran intrauterine anak
fonologi. Pemerolehan bunyi berjalan selaras dengan
telah terekspos pada bahasa ketika dia masih janin.
kodrat bunyi itu sendiri dan diperoleh anak melalui
Kata-kata ibunya yang dia dengar masuk ke janin
suatu cara yang konsisten. Bunyi pertama yang
secara biologis. Kata-kata tersebut mulai tertanam
dikuasai anak adalah kontras bunyi vokal dan
dan melekat pada anak sebelum dia dilahirkan. Itulah
konsonan. Dalam hal bunyi vokal terdapat tiga vokal
sebabnya ada anggapan bahwa anak lebih dekat
utama yang muncul terlebih dahulu, yaitu [i], [u],
kepada ibunya darapada kepada ayahnya.
dan [a]. Sistem kontras seperti itu disebut sistem
Perkembangan bahasa anak yang dimulai sebelum
vokal minimal (minimal vokalic system) dan
dia dilahirkan itu sejalan dengan perkembangan
terdapat dalam semua bahasa. Artinya, dalam bahasa
pikiran, perasaan, sosial, dan lain- lain. Oleh karena
mana pun ketiga bunyi vokal tersebut pasti ada.
itu, bahasa anak pun telah memiliki fungsi
Dalam hal bunyi konsonan kontras pertama yang
komunikasi sebagaimana bahasa orang dewasa.
muncul adalah antara bunyi oral dengan bunyi nasal
Meskipun demikian, fungsi-sungsi bahasa itu masih
([p-b], [m-n]) dan kemudian disusul oleh kontras
sangat terbatas karena perkembangannya sangat
antara bunyi bilabial dengan bunyi dental ([p], [t]).
bergantung pada kemampuan kognitif, usia, dan
Sistem kontras seperti ini dinamakan sistem
lingkungan.
konsonantal minimal (minimal consonantal system).
Lebih jauh Jacobson mengatakan bahwa hubungan Bahasa anak memiliki beberapa tahapan. Bahasa
antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain anak pada tahap maraban pertama (pralinguistik I)
bersifat universal. ditandai dengan mendekur, menangis, atau menjerit.
Tahap maraban kedua ditandai dengan letupan pola
Dengan demikian tampak bahwa pemerolehan
suku kata; tahap holofrastik (linguistik I) ditandai
bunyi-bunyi bahasa itu berlangsung secara
dengan ucapan-ucapan yang merupakan frasa atau
kata-kata tertentu (biasanya pada anak usia 2 tahun). Bunyi vokal [a] dapat diucapkan dengan
Tahap linguistik II ditandai dengan ucapan-ucapan baik dan jelas, baik yang terletak di awal, tengah,
dua kata. Tahapan linguistik III ditandai dengan dan akhir kata. Misalnya, bunyi vokal [a] di awal
perkembangan tata bahasa. Tahap liguistik IV [Ayo] “Ayo” [Awa] “Awas” .Bunyi vokal [a] di
ditandai dengan tata bahasa yang lebih rumit tengah [Alu] “Lalu” [Iam] “Diam” [Utan] “bukan”
(menjelang dewasa). Sedangkan tahap kompetensi [au] “mau” [eah] “merah dan [Izan]
lengkap yang merupakan tahap akhir masa-masa “Hamizan”.Bunyi vokal [a] di akhir [Ua] “Tua” atau
kanak-kanak ditandai dengan struktur sintaksis yang “Dua” [ya] “Iya” dan [da] “Kuda”.
mendekati bahasa ibunya (Tarigan, 1985:263-268). Bunyi vokal [i] dapat diucapkan dengan baik
[1] dan jelas, baik yang terletak di awal,tengah, dan
akhir kata. Bunyi vokal [i] di awal [Itu] “Itu”dan
Berdasarkan dari beberapa pendapat, maka
[Itan] “Ikan” .Bunyi vokal [i] di tengah [Iam]
penelitian ini pada pemerolehan bahasa anak yang
“Diam” [Cak] “Cicak] dan [Diding] “ Dinding”.
ditinjau berdasarkan aspek fonologinya, baik vokal
Bunyi vokal [i] di akhir [ni] “ini”.
maupun konsonan.
Bunyi vokal [u] dapat diucapkan dengan
baik dan jelas, baik yang terletak di awal, tengah,
METODE PENELITIAN dan akhir kata. Misal, bunyi vokal [u] di awal [udah]
Metode yang digunakan dalam penelitian ini “Udah” dan [Uning] “Kuning” . Bunyi vokal [u] di
adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi tengah [utan] “Bukan” [ua] “Dua” atau “Tua” .
kasus. Melalui metode kualitatif ini akan Bunyi vokal [u] di akhir [au] “Mau”.
dideskripsikan pemerolehan dan perkembangan Bunyi vokal [e] dapat diucapkan dengan
fonologi anak pada usia 2 – 4 tahun . Sumber data baik dan jelas, baik yang terletak diawal, tengah, dan
utama penelitian ini adalah ITP pada usia 2 – 4 tahun akhir kata. Misal, bunyi vokal [e] diawal belum
dan sumber data pendukung adalah orang tua ITP. dapat diucapkan ITP. Bunyi vokal [e] ditegah [Eah]
Data ini dikumpulkan melalui observasi, catatan “Merah” [Awat] “Pesawat”. Bunyi vokal [e] diakhir
harian, wawancara antara ITP dengan bapak ibunya. [Dede] “dede”.
Data tersebut kemudian di transkripsikan, Bunyi vokal [o] dapat diucapkan dengan
lalu diamati dan analisa secara empiris. Selanjutnya baik dan jelas. Misal, bunyi vokal [o] di awal [Olen]
data yang sudah diperoleh, diklasifikan sesuai “Oren”. Bunyi vokal [o] ditengah [Oyah] “Sekolah”
dengan masalah yang menjadi fokus penelitian. Jika [Obil] “Mobil” [Oyeh] “Boleh”. Bunyi vokal [o]
si anak telah mengucapkan suatu kata dalam situasi diakhir [Ayo] “Ayo”.
komunikasi tertentu dan dipahami maknanya oleh
lawan bicaranya, disimpulkan bahwa si anak telah Pada usia 4 tahun bunyi vokal yang sedang dikuasai
menguasi bunyi bahasa tersebut. Selanjutnya data oleh ITP adalah bunyi [a], [i], [u], [e], dan [o].
yang telah diperoleh, diklasifikasikan berdasarkan Bunyi vokal [a] dapat diucapkan dengan
kelompok pemerolehan fonologi. baik dan jelas, baik yang terletak di awal, tengah,
dan akhir kata. Misal, bunyi vokal [a] diawal [Atu]
“Aku”. Bunyi vokal [a] ditengah [Maam] “Makan”
HASIL DAN PEMBAHASAN [Mambah] Nambah dan [Bupan] “Bukan”. Bunyi
ITP merupakan anak yang sehat baik vokal [a] diakhir [Bita] “Bisa”.
jasmani dan rohani. Usia nya 2 – 4 tahun. ITP sudah Bunyi vokal [i] dapat diucapkan dengan baik
mulai berbicara pada usia 1 tahunan dalam sehari- dan jelas, baik yang di awal, tengah, akhir kata.
hari ITP selalu berkomunikasi dengan kedua Misal, bunyi vokal [i] di awal belum dapat
orangtuanya. Selain dapat berkomunikasi dengan diucapkan ITP. Bunyi vokal [i] ditengah [Pitas]
keluarganya, ITP juga sudah mampu berkomunikasi “Kipas” . Bunyi vokal [i] diakhir.
dengan orang lain. Bunyi vokal [u] dapat diucapkan dengan
baik dan jelas, baik yang terletak diawal, tengah, dan
Pemerolehan Vokal akhir kata. Misal, bunyi vokal [u] diawal belum
dapat diucapkan ITP. Bunyi vokal [u] ditengah
Pada usia 2 tahun bunyi vokal yang sedang dikuasai [Pupas] “Kupas” [Pupup] “Tutup” [Mbus] “Rebus”.
oleh ITP adalah bunyi [a],[i], [u], [e], dan [o]. Bunyi vokal [u] diakhir [Cucu] “Susu”.
Bunyi vokal [e] dapat diucapkan dengan Bunyi bilabial hambat bersuara seperti bunyi
baik dan jelas, baik yang terletak diawal, tengah, [b] dapat diucapka ITP dengan fasih, seperti kata
akhir kata. Misal, bunyi vokal [e] diawal [Enak] [Bupan] “Bukan’ [Bita] “Bisa” [Boyong] “Bolong”.
“Enak”, Bunyi vokal [e] ditengah [Tangen] Bunyi bilabial hambat tak bersuara seperti [p] [Pitas]
“Kangen” [Teyoy] “Telor”. Bunyi vokal [e] diakhir “Kipas” [Pupup] “Tutup” [Pupas] “Kupas”. Bunyi
belum dapat diucapkan ITP. bilabial nasal, seperti bunyi [m] [Maam] “Makan”
Bunyi vokal [o] dapat diucapkam dengan [Mbus] “Rebus” [Mambah] “Nambah” dan bunyi
baik dan jelas, baik yang diawal, tengah, akhir kata. bilabial nasal seperti bunyi [n] [Nati] “Nasi” [Nandi]
Misal, bunyi vokal [o] diawal . Bunyi vokal [o] “Mandi” [Nuning] “Kuning”. Bunyii bilabial semi
ditengah. Bunyi vokal [o] diakhir. vokal seperti bunyi [w] belum dapat diucapkan ITP.
Bunyi labiodental geseran bersuara [v]
Pemerolehan Konsonan belum dapat diucapkan sama sekali, baik yang
Tidak seperti kosa kata bunyi vokal yang terletak di awal, tengah, maupun akhir kata. Begitu
dimiliki ITP usia 2 tahun , bunyi konsonan lebih sulit pun dengan bunyi labiodental geseran tak bersuara
untuk dikuasai. Banyak bunyi konsonan yang belum [f].
dapat dilafalkan. Bunyi Apicoalveolar hambat bersuara [d]
Bunyi bilabial hambatan bersuara [b] dan belum dapat diucapkan ITP. Bunyi apicoalveolar
bunyi bilabial hambat tak bersuara [p] belum dapat hambat tak bersuara [t] [Teyoy] “Telor” [Tuyus]
diucapkan sama sekali, baik yang terletak diawal, “Dinosaurus”.Bunyi apicoalveolar nasal [n], bunyi
tengah, akhir kata.nasal, seperti bunyi [n] [Ana] apicoalveolar sampingan [l], dan bunyi apicoalveolar
“Mana”. Bunyi bilabial semi vokal seperti bunyi [w] geseran bersuara [z] belum dapat diucapkan ITP.
[wow] “wow” atau bermakna “menakjubkan” [Awa] Bunyi laminopalatal paduan suara [J] dan
“Awas”. Bunyi laminopalatal tak bersuara [c] belum dapat
Bunyi labiodental geseran bersuara [v] diucapkan ITP. Bunyi laminopalatal geseran tak
belum dapat diucapkan sama sekali baik yang bersuara [s] juga belum dapat diucapkan, tetapi bila
terletak di awal, tengah,maupun akhir kata. Begitu bunyi [s] yang terdapat di awal dan akhir kata belum
pun dengan bunyi labiodental geseran tak bersuara bisa diucapkan, malah berganti menjadi bunyi [c]
[f]. seperti pada kata [cucu] “susu”.
Bunyi apicoalveolar hambat bersuara [d] Bunyi dorsoveral hambat bersuara [g] belum
[dede] “Dede”. Bunyi apicoalveolar hambat tak dapat diucapkan. Bunyi ini biasanya akan berganti
bersuara [t] [tata] “Kakak” dan [Tatu] “Satu” . Bunyi menjadi [d] seperti pada kata [Adi] “Lagi”. Bunyi
apicoalveolar sampingan [l] [ilu] “biru” dan [Ambal] dorsovelar hambatan tak bersuara [k] juga belum
“Gambar”. Bunyi apiocoalveolar getar [r] dan bunyi bisa diucapkan. Bunyi ini akan berganti menjadi
apiocoalveolar nasal [n] juga belum dapat bunyi [t], seperti pada kata [Atu] “Aku” [Tangen]
diucapkam oleh ITP.Begitu pun dengan bunyi “Kangen.
laminoalveolar geseran bersuara [z] juga belum
dapat diucapkan ITP. Berdasarkan hasil yang di dapat, ternyata
Bunyi laminopalatal paduan suara [j] belum bunyi konsonan yang didapat paada anak usia 2- 4
dapat diucapkan, seperti pada kata [ijo] “hijau”. tahun tidak semudah saat mengucapkan bunyi vokal.
Bunyi laminopalatal tak bersuara [c] [cak] “cicak”. Hal itu bisa saja terjadi karena alat ucap anak yang
Bunyi laminopalatal geseran tak bersuara [s] [usus] belum sempurna. Ada sebagian bunyi konsonan yang
“susu”. sudah dapat diucapkan dengan baik. Namun, ada
Bunyi dorsovelar hambat bersuara [g] [agi] juga yang belum dapat diucapkan. Bahkan beberapa
“lagi”. Bunyi dorsovelar hambat tak bersuara [k] bunyi konsonan juga masih ada yang bercampur
belum dapat diucapkan ITP. dengan bunyi konsonan lain.

Berbeda dengan Kosa kata bunyi vokal yang


dimiliki ITP usia 4 tahun sudah banyak dikuasai, dan KESIMPULAN
bunyi konsonan juga sudah dapat menguasai banyak Pemerolehan bahasa yang diperoleh ITP
bunyi konsonan. secara umum sudah banyak perkembangan. Sudah
banyak kosakata yang dimiliki oleh ITP. Penguasaan DAFTAR PUSTAKA
pengucapan bunyi vokal [a], [i], [u], [e], dan [o] juga [1] J. Christine, “Pemerolehan Bahasa Anak
sudah sangat baik. Hanya saja untuk bunyi konsonan Tunarungu,” J. Penelit. dan Pengemb.
masih banyak yang belum dikuasai oleh anak usia 2 Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 11, no. 2, pp.
tahun dan pada anak usia 4 tahun sudah banyak yang 131–141, 2016.
dikuasai, tetapi masih ada beberapa bunyi konsonan
yang sulit untuk dikuasai oleh anak usia 2-4 tahun.
Hal itu mungkin saja terjadi karena masih belum
sempurnanya alat ucap ITP. Akan tetapi,
kemampuan pengucapan ITP ini akan berkembang
seiring dengan bertambahnya usia. Berdasarkan hasil
wawancara dengan orangtuanya juga tidak ada
kelainan atau gangguan yang dialami oleh alat
komunikasinya. Selain itu, ITP juga dikenal sebagai
anak dengan kepribadian yang cerdas dan ceria. Dia
mudah bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain
selain anggota keluarganya. Hal ini akan sangat
memungkinkan ITP dapat mengembangkan
kemampuan pemerolehan bahasanya dengan cepat.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh,
terdapat berapa saran. Pertama, Keluarga adalah
orang yang sangat penting, terutama orang tua
karena dalam pemerolehan bahasa pertama pada
anak merupakan bahasa yang diperoleh dari ibu nya.
Orang tua juga harus memberikan dorongan kepada
anak untuk belajar berbahasa seperti mengajak anak
berdialog, bertanya dan menyuruh mengerjakan
sesuatu dan memberi kesempatan anak untuk
bermain atau bergaul dengan teman dan orang lain
disekitar nya agar anak dapat meningkatkan kosa
kata, merangkai kalimat, dan menyatakan yang ada
dalam pikiran anak. Kedua, karena bahasa kedua dan
bahasa ketiga anak merupakan bahasa yang ada pada
lingkungan sekitar.Maka bahasa ibu lah yang
merupakan bahasa yang akan digunakan anak dalam
kehidupan sehari – hari. Ketiga,dari penelitian
observasi ini kami berharap pada anak usia 2 – 4
tahun dapat menguasi lebih banyak kosa kata dalam
belajar berbahasa. Keempat, hasil penelitian
observasi ini masih banyak yang dapat diperoleh
karena setiap anak memiliki keunikan dalam bahasa
nya sendiri akibat alat ucap anak yang belum
sempurna. Dan kami harapkan akan banyak
penelitian lain mengenai perkembangan fonologi
pada anak usia 2 – 4 tahun, sehingga kebenaran teori
pemerolehan bahasa semakin berkembang jelas dan
tervalidasi.

Anda mungkin juga menyukai